Di sebelah ruangan Rindha adalah ruangan Syabila. Syabila
termasuk seorang perempuan yg berkulit putih bersih juga. Mirip dgn Rindha,
memiliki tubuh yg langsing semampai, tetapi dgn buah dada yg lebih membulat dan
bokong yg lebih berisi. Waktu Ridwan dan Sahid mengetuk pintu dan mengucap
salam, Syabila sedang mendengarkan musik mp3 sembari membaca sebuah novel.
“Wah tumben ada yg dateng malam-malam, ikhwan lagi. Siapa
ya?” pikirnya. Syabila waktu itu menggunakan daster batik. Dia buru-buru
mengecilkan suara mp3 dari laptopnya dan meletakkan novel di meja. Tak lupa dia
menyambar jilbab coklat untuk dia pakai sebelum membuka pintu.
Begitu pintu dibuka, Syabila kaget melihat kedua laki-laki yg
tak ia kenal. Kedua laki-laki itu pun langsung memaksa masuk dan mendekap tubuh
Syabila. Tetapi Syabila bukan perempuan sembarangan, dia adalah pemegang sabuk
coklat beladiri J*******. Waktu Sahid maju dan mencengkram lengan kirinya, dgn
refleks yg sudah terlatih hempaskan tangan Sahid yg mencengkram lengannya
sembari kemudian membanting Sahid ke samping. Ridwan yg menyaksikan kejadian
itu buru-buru menutup pintu dan menguncinya.
Terkejut mendapatkan perlawanan, Sahid bangkit lagi dan
mencoba merengkuh daster Syabila. Tetapi kembali Syabila berhasil mengelak
bahkan kembali membanting tubuh Sahid. Untungnya dia jatuh ke ranjang sehingga
tak terlalu sakit.
Sahid tak menyerah. Kali ini dia berusaha menjaga jarak dari
Syabila dan mencoba melancarkan pukulan jab yg berhasil ditangkis Syabila. Di
sinilah kecerdikan Ridwan, dia bergerak cepat ke belakang tubuh Syabila,
kemudian menendang punggung Syabila sehingga dia terjengkang ke depan. Dari
depan Sahid langsung melancarkan tendangan lurus. Syabila yg kaget ditendang dari
belakang tak sempat menangkis sehingga kaki Sahid bersarang di perut Syabila.
Perempuan itu terduduk menahan sakit. Melihat Syabila mulai tak berdaya, Ridwan
dgn cepat menarik baju perempuan itu dari belakang. Syabila terangkat berdiri
sembari menahan perih di lambungnya. Kemudian Ridwan menghempaskan tubuh
Syabila ke ranjang.
”Sialan nih bocah, berani-beraninya ngelawan gue,” ujar
Sahid. Sahid yg kesal karena dibanting Syabila dua kali langsung menindih tubuh
Syabila di ranjang. Syabila tak bisa fokus untuk melawan karena menahan sakit
di perutnya. Sahid langsung menduduki perut Syabila yg terlentang dan membuka
kedua tangan Syabila ke kanan dan kiri. Syabila baru akan teriak waktu sebuah
tamparan keras mendarat di pipi kirinya. Pipinya langsung merah bekas tangan
Sahid. Dari belakang Ridwan langsung memasang lakban di mulut Syabila.
Dalem kondisi ini, Syabila menjadi tak berdaya. Perutnya
kesakitan dan diduduki Sahid, sementara pipinya panas dan perih karena ditampar
dia tak bisa berteriak. Plak… sekali lagi Sahid menampar pipi kanan Syabila
karena masih kesal dibanting oleh Syabila.
“Udah Hid, ntar abis mukanya. Sayg cantik-cantik gitu,”
sergah Ridwan pada Sahid.
Sahid tersadar dari amarahnya, kemudian ia mulai menikmati
kecantikan wajah Syabila yg mulus. Tampaknya mulutnya sedang merintih kesakitan
dalem bekapan lakban, air matanya mulai mengalir.
Ridwan terus bekerja. Dia mengikat kedua tangan Syabila di
atas kepala Syabila. Setelah itu dia mulai melepaskan celananya.
”Hid, saya duluan ya. Kamu pegang dulu lah perempuan ini,”
ujar Ridwan pada Sahid.
”Oke, kamu duluan lah, aku nanti belakangan, biar puas
kukerjai dia,” jawab Sahid.
Maka Sahid bergerak ke atas memegangi tangan Syabila,
sementara Ridwan mulai mengangkat daster batik Syabila hingga pinggang. Ridwan
dgn cekatan menurunkan celana training yg dipakai Syabila dan celana dalem
kremnya. Ridwan sengaja meninggalkan sepasang kamus kaki terpasang di telapak
kaki Syabila. Kemudian ia kangkangkan kaki Syabila sedapatnya. Maka tampaklah
kemaluan Syabila yg masih tertutup rapat dihiasi rambut-rambut halus di atas
dan sampingnya. Seperti halnya Rindha, Syabila memiliki kemaluan yg berwarna
putih seperti kulit tubuh lainnya.
Mulut Ridwan mulai menyosor kemaluan itu, kedua jempolnya
menarik ke samping bibir kemaluan luar Syabila, sementara lidahnya berusaha
menguak bibir dalemnya agar merekah. Merasa bagian kehormatannya mulai
dikerjai, Syabila mulai sadar dari perihnya dan berusaha berontak, tetapi waktu
itu pula ia menerima tamparan lagi di pipi dari Sahid sehingga ia kehilangan
kekuatan lagi.
Ridwan terus berusaha melumuri kemaluan Syabila dgn ludahnya
hingga licin. Baru kemudian dia terduduk mendekatkan kemaluannya yg sudah
ngacung ke lobang kemaluan itu. Diarahkannya moncong meriam itu ke target
sasaran, dan mulai ia dorong pelan-pelan. Ia terus berusaha mendorong sembari
kedua tangannya menahan kedua paha Syabila yg bulat supaya tak menutup.Syabila
berusaha bergerak menghindari sesuatu yg menerobos di lobang kehormatannya,
tetapi bagian atas tubuhnya ditekan kuat-kuat oleh Sahid.
Ridwan terus berusaha mendorong hingga perlahan mulai masuk.
Kepala kemaluannya mulai menguak bibir dalem kemaluan Syabila. Perlahan kepala
itu mulai tenggelam dan berusaha menembus selaput yg menghalangi. Terus dia
tekan hingga akhirnya selaput itu berhasil dia tembus. Kemudian masih terus ia
tekan hingga batang kemaluannya mulai ikut masuk. Syabila berusaha terus
bergerak tetapi kakinya ditahan kuat-kuat oleh tangan Ridwan. Hingga akhirnya
semua kemaluan Ridwan masuk ke kemaluan Syabila.
Kemaluan Ridwan merasakan dekapan yg sangat erat dari
kemaluan Syabila, dekapan kemaluan perawan yg sudah lama ia tak rasakan sejak
memerawani istrinya. Ia tarik sedikit kemaluannya, kemudian dia dorong lagi.
Semua ia lakukan perlahan untuk menikmati setiap gesekan kemaluan Syabila pada
kemaluannya. Makin lama sodokannya makin cepat. Waktu ia membuka mata maka
tampak perempuan pelajar yg air manis dan masih berjilbab melenguh setiap ia
sodokkan kemaluannya. Pemandangan itu tampak sangat erotis baginya.
Buru-buru dia angkat daster Syabila hingga Bhnya tersembul,
langsung ia angkat pula BH itu ke atas sehingga kedua buah dada Syabila
mencuat. Dia remas-remas kedua buah dada itu sembari mempercepat sodokannya.
Kombinasi antara pemandangan yg erotis ditambah ketatnya dekapan kemaluan
Syabila pada kemaluannya membuat Ridwan tak tahan lagi. Maka ia semprotkan dgn
kuat air maninya di dalem kemaluan Syabila.
”Ah, kemaluan perawan, peret banget Hid,” ujar Ridwan sembari
terengah-engah.
“Iya, apalagi perawan galak kayak gini. Kamu cepatlah
gantian, aku juga sudah tak sabar,” jawab Sahid.
Sebenarnya tanpa dipegangi pun Syabila sudah sulit untuk
melawan, alasan rasa sakit di kepala dan perutnya, ditambah lagi di kemaluannya
membuat dia malas bergerak. Tetapi Ridwan dgn sigap menjaga tubuh Syabila
sementara Sahid melampiaskan hajat mesumnya.
“Hei, jangan lupa kamu rekamlah dgn HPmu adegan ini,” ujar
Sahid mengingatkan. Maka Ridwan langsung mengeluarkan HPnya untuk merekam
adegan mesum Sahid memperkosa perempuan cantik ini.
Sahid tak banyak basa-basi. Langsung ia keluarkan
kemaluannya, dan ia gesekkan ke permukaan kemaluan Syabila. Sesekali ia meraba
rambut halus di atas kemaluan itu, kemudian dia cabut beberapa helai dgn kasar,
membuat Syabila makin kesakitan dan meninggalkan ruam merah di bagian yg
dicabut.
“Rasakan kamu perempuan galak,” umpat Sahid.
Kemudian Sahid langsung memasukkan kemaluannya ke lobang
kemaluan Syabila dan mulai menyodokkan dgn keras dan cepat. Jempol tangan
kirinya menekan-nekan daerah klitoris Syabila sementara tangan kanannya
mencubiti putting kanan dan kiri Syabila bergantian. Hal ini membuat Syabila
terlonjak-lonjak tetapi bila ia mulai melawan waktu itu pula Ridwan menahan
tubuhnya dan sesekali menampar wajahnya. Sahid terus melakukan perbuatannya
sembari tersenyum puas, berusaha mengerjai perempuan yg sudah membantingnya itu.
Sahid tak lama bertahan karena peretnya kemaluan Syabila.
Begitu merasa akan keluar air maninya, ia langsung meloncat dan membuka lakban
penyumpal mulut Syabila. Ia arahkan kemaluannya ke mulut Syabila yg ia buka
paksa dgn tangannya, ia kocok kemaluannya kuat-kuat hingga air maninya
menyembur deras masuk ke dalem mulut Syabila. Beberapa semprotan terakhir ia
arahkan ke mata dan pipi Syabila. Jadilah wajah air manis itu berlumuran air
mani Sahid bercampur air matanya.
Tetapi setelah air maninya habis, tak serta merta ia menarik
kemaluannya. Tampaknya ia masih ingin mengeluarkan sesuatu. Maka dalem beberapa
detik memancarlah air kencing Sahid ke dalem mulut Syabila dan ke mukanya.
Syabila gelagapan terkena siraman air kekuningan yg sedikit berbau kopi itu. Semua
itu terekam oleh HP Ridwan.
”Biar rasa kamu perek galak,” umpat Sahid lagi. Ridwan cuma
geleng-geleng kepala melihat kegilaan temannya itu.
Sementara enam temanan mesum mulai bergerak mengendap ke
lantai dua. Sakti maju paling depan dan Wisnu paling belakang. Mereka terus
mengendap sembari memperhatikan keadaan sekitar.
Didin : Gelap semua ruangannya, cuma ruangan nomor sepuluh
itu yg diujung yg lampunya nyala. Jangan-jangan yg dua sudah pada tidur.
Mikael : Coba kuintip dulu ruangan sepuluh.
Mikael perlahan mengendap mengintip ruangan sepuluh lewat
jendela. Kebetulah gordyn jendela itu terbuka. Mata Mikael mengintip perlahan,
kemudian kembali lagi.
Mikael : Ternyata mereka bertiga ada di ruangan ujung itu.
Bagaimana jadinya?
Valdo : Ya sudah, jika begitu kita labrak sama-sama. Gimana?
–semua mengangguk setuju.
Sakti: Tunggu dulu bentar. Coba kulihat ruangan yg lain
sebentar ya.
Valdo : Loh, mahu apa lagi kamu?
Sakti : Ah pokoknya sebentar lah.
Sakti masuk ke ruangan delapan yg tak dikunci, kemudian keluar
mengambil sebilah cutter.
Sakti : Ini akan memudahkan pekerjaan kita.
Maka Valdo yg maju untuk mengetuk pintu ruangan sepuluh, yg
lain bersembunyi supaya tak terlihat jika penghuni ruangan mengintip lewat
jendela. Sakti bersiap dgn cutternya untuk memberikan kejutan.
Naima, Rindha dan Fully memutuskan untuk tidur bertiga di
ruangan sepuluh, karena mereka bertiga sedikit penakut. Naima berwajah sangat
air manis, yg paling air manis di antara kelima perempuan di sana. Kulitnya
paling putih, mukanya paling cantik, dan tubuhnya sangat langsing. Fully juga
kulitnya putih, tetapi tak seputih Naima. Tubuhnya lebih berisi. Sedangkan
Rindha kulitnya sedikit coklat gelap, tetapi tubuhnya yg paling montok.
Mereka bertiga sedang ngobrol sembari menunggu kantuk sebelum
pintu itu diketuk. Naima yg tuan rumahnya ruangan langsung berdiri dan
menghampiri pintu. Mereka semua berdaster dan segera memakai jilbab begitu tahu
ada yg datang. Naima tak curiga sedikitpun jadi tak perlu merasa melihat
melalui jendela dan langsung membuka pintu.
Pintu pun dibuka. Naima terkejut mendapati seorang pria yg
tak ia kenal di hadapannya.
”A…ada apa ya Pak?” tanya Naima gelagapan.
Tak sempat dijawab, Valdo langsung mendorong pintu dan Sakti
dgn cepat memiting leher Naima sembari menghunus cutter di wajahnya.
“Jangan ada yg bergerak, jangan ada yg teriak, ato teman
kalian mati,” ujar Sakti mengancam Fully dan Rindha.
Semua temanan mesum itu berhamburan masuk ruangan dan
menguncinya sementara Fully dan Rindha cuma terkejut menganga.
“A…ampun Pak, itu laptop saya di dalem tas dekat meja. Itu
dompet saya di meja. Jangan sakiti kami Pak…” Naima memohon pada Sakti.
Temanan mesum itu tertawa terbahak-bahak.
“Kamu pikir kami tak sanggup beli laptop hah? Kamu pikir kami
ga punya duit. Bodoh kamu…” jawab Mikael sembari tertawa.
“Ba…bapak mahu apa Pak? Tetapi tolong jangan sakiti kami…”
ujar Fully berusaha membantu Naima.
”Tenang, kami tak akan menyakiti kalian, selama kalian
bekerja sama. Mengerti?” ujar Sakti.
Fully dan Rindha cuma mengangguk lemah masih tak paham.
Sementara Naima gemetaran karena ada cutter di depan hidungnya.
”Kamera, siapkan!” perintah Sakti. Maka Mikael dan Wisnu
mengeluarkan HPnya masing-masing dan mulai merekam.
”Oke, sekarang kalian berdua buka baju kalian!” perintah
Sakti pada Fully dan Rindha. Keduanya terhenyak tak percaya dgn apa yg mereka
dengar.
”Cepat!!!” hardik Sakti lagi.
”Ja…jangan Pak, jangan…” pinta Fully lirih.
”Jangan melawan! Apa kalian mahu lihat leher teman kalian ini
putus? Cepat buka!!” ancam Sakti lagi. Sakti menguatkan pitingan pada leher
Naima sehingga Naima mulai merasa tercekik. Hal ini menyebabkan Fully dan
Rindha panik.
”Ba… baik Pak…” ujar Fully pelan.
Kedua perempuan itu melirik satu sama lain kebingungan, tak
bergerak. Tetapi Sakti menghardik lagi dan Naima mulai mengaduh kesakitan. Maka
Fully perlahan mulai membuka risleting belakang dasternya. Melihat Fully
melakukan itu, Rindha pun mengikutinya.
”Berdiri kalian berdua,” perintah Mikael. Maka Fully dan
Rindha pun berdiri di tengah ruangan. Kemudian dgn perlahan mereka terus
menarik resleting daster mereka, hingga habis.
“Turunkan daster kalian, cepat!” perintah Valdo.
Maka keduanya pun dgn sangat malu menjatuhkan daster mereka
di hadapan para lelaki mesum itu. Selama ini mereka selalu berjilbab panjang
dan rapi kemana pun, bagaimana sekarang mereka akan bugil di hadapan lelaki yg
tak mereka kenal sama sekali.
Maka semua lelaki mesum itu mengeluarkan HPnya untuk mereka
atau mengambil foto adegan ini kecuali Sakti yg masih menahan Naima. Kedua
perempuan yg berjilbab sedada tetapi tak berpakaian kecuali pakaian dalem
mereka. Fully dgn BH putih dan celana dalem putih, sementara Rindha dgn BH pink
dan celana dalem hijau.
Mikael menyuruh mereka menyingkapkan jilbab mereka ke
belakang sehingga bagian dada, perut, pinggang, paha hingga kaki kedua
perempuan ini terpampang jelas. Mikael memerintahkan mereka untuk membuka BH
mereka, meski dgn ragu dan perlahan akhirnya mereka membuka BH mereka. Tampak
meski kulit Rindha lebih gelap, tetapi buah dadanya lebih besar daripada Fully.
Sakti kemudian mendorong Naima ke arah temannya. Sakti
menyuruh Naima mengikuti apa yg dilakukan Fully dan Rindha. Maka Naima pun
mulai membuka dasternya diikuti dgn BH kremnya. Buah dada Naima adalah yg
terkecil di antara mereka, mungkin cuma segenggam telapak tangan, tetapi
kulitnya benar-benar bening, ditambah sorot lampu ruangan yg membuat tubuhnya
berkilau keemasan.
”Oke, sekarang kalian buka celana dalem kalian. Cepat!”
perintah Sakti sembari mengacungkan cutter pada Naima. Mereka bertiga yg sudah
mulai berlinangan air mata tak bisa menolak. Perlahan mereka menurunkan celana
dalem mereka hingga mata kaki.
Wisnu : Amboi, ini perempuan bening betul, macam marmer saja.
–sembari mengelus bokong Naima.
Didin : Iya nih, kayanya paling bisa merawat diri ni
perempuan. Lihat aja jembutnya, paling sedikit, paling rapi. Gak kaya yg dua
ini, gondrong hahaha… –yg lain ikut tertawa. Muka Fully dan Rindha bersemu
merah mendengar komentar cabul para lelaki itu terhadap rambut keperempuanan
mereka. Mereka terus mengambil gambar ketiga perempuan ini hingga puas.
Sakti : Oke kalian bertiga, berlutut. –ketiganya lalu
berlutut menuruti perintah Sakti.
Lalu Mikael, Valdo dan Wisnu melepas celana mereka hingga
kemaluan mereka mencuat. Kemudian mereka mendekatkan kemaluan mereka ke mulut
para perempuan itu.
Sakti : Kalian hisap kemaluan yg ada di depan kalian itu
sembari kalian jilat. Cepat!!
Ketiganya kebingungan dan merasa jijik, di samping belum
pernah sama sekali melakukan blowjob sehingga tak tahu bagaimana memulai apa yg
diperintah Sakti. Tetapi di samping rasa jijik, ada juga rasa penasaran karena
ini benar-benar pertama kali mereka melihat kemaluan lelaki dewasa secara
langsung. Batang-batang kokoh kehitaman dgn ujung lonjong meruncing kemerahan
itu membuat birahi keperempuanan mereka menjadi terusik, meski mereka adalah
perempuan-perempuan yg alim.
Sakti : Cepat atau teman kalian ini mahu kusayat kah? –Sakti
mulai menghardik.
Karena ketiga perempuan itu diam saja, Mikael maju dan
menempelkan kemaluannya ke bibir Rindha. Rindha awalnya enggan, tetapi karena
dipaksa Mikael dan kepalanya ditarik, maka mulut Rindha pun terbuka. Mikael
mulai memasukkan kemaluannya ke dalem mulut Rindha.
Mikael : Mana lidahnya? Jilat kemaluanku ini yg benar. Jilat
kepalanya. Awas jangan kena gigi, jika kena kutampar kamu –perintah Mikael pada
Rindha.
Rindha pun mulai menjilati kemaluan Mikael. Fully mulai
melakukan hal yg sama pada Valdo dan Naima pada Wisnu. Sementara yg lain tetap
merekam Karena ketiga perempuan ini benar-benar belum pernah melakukan hal ini,
ketiga lelaki mesum itu tak merasakan kenikmatan yg diharapkan.
Mikael : Sudah-sudah, gak enak. Dasar amatiran. –sembari
menarik kemaluannya keluar, diikuti teman-temanya.
Didin : Oke, sekarang kalian bertiga duduk Mengangkang.
Cepat!
Ketiga perempuan ini kemudian menuruti perintah itu. Mereka
duduk di lantai, tetapi mereka merapatkan kaki mereka.
Didin lalu duduk dan mencontohkan cara duduk yg dia maksud.
Duduk dgn kedua tangan bersandar di belakang, sementara lutut ditekuk dan
mengangkang selebar mungkin. Ketiga perempuan itu tentu tak mahu karena itu
akan memperlihatkan daerah keperempuanan mereka dgn jelas. Tetapi Sakti kembali
menempelkan cutternya ke tubuh Naima sembari mengancam sehingga mereka bertiga
terpaksa mengikuti perintah Didin.
Kini ketiga perempuan itu benar-benar dipermalukan. Dgn
jilbab panjang yg masih menempel di kepala mereka tetapi disingkapkan ke
belakang, mereka duduk mengangkang seolah memamerkan keindahan buah dada dan
kemaluan mereka kepada temanan mesum itu. Temanan mesum itu berebut mengambil
foto ketiganya, sementara wajah mereka bertiga makin merah padam menahan malu.
Didin : Oke, sekarang kalian semua, kencing semua!
Rindha : Ga…ga bisa Pak. Malu…
Didin : Halah pake malu segala. Mahu kalian yg kencing, atau
muka kalian mahu kami kencingi hah?
Mendengar ancaman itu, ketiga perempuan tersebut berusaha
mengikuti perintah Didin. Lebih baik kencing saja sekalian malu, toh kemaluan
mereka sudah terlihat semua, daripada sudah malu, dikencingi pula. Mulai dari
Fully yg pertama air kencingnya memancar. Kebetulan memang dia belum kencing
dalem beberapa jam sehingga airnya paling banyak dan memancar paling jauh.
Disusul Naima dan terakhir Rindha yg paling sedikit kencingnya karena baru
setengah jam yg lalu dia kencing.
Air kencing ketiga perempuan itu spontan membasahi lantai
ruangan Naima yg beralas karpet tebal, dgn aroma khas yg sedikit pesing. Tetapi
itu tak sampai memadamkan nafsu bejat keenam pria mesum itu, mahal makin
membangkitkannya.
Temanan mesum itu tertawa terpingkal-pingkal melihat
pemandangan ini sembari berusaha mengambil gambar close up bagaimana kemaluan
mereka memancarkan air seni. Naima memiliki kemaluan yg berkulit bening seperti
Rindha dan Syabila, beda dgn Fully dan Rindha yg kulit di sekitar kemaluannya sedikit
gelap kehitaman, lebih gelap daripada kulit tubuh mereka. Meski demikian untuk
beberapa pria, kemaluan yg sedikit hitam justru lebih seksi daripada yg terang,
apalagi jika disekitarnya dihiasi rambut-rambut yg halus. Mikael sampai
membantu menyingkap bibir kemaluan Fully supaya terlihat jelas lobang yg
menyemprotkan air seni itu.
Kemudian Marco mengambil alih komValdo.
Marco : Baik, sekarang kalian menungging semua. Buka tudung
kalian.
Ketiganya mulai melepaskan tudung masing-masing sehingga
mereka sekarang benar-benar telanjang bulat. Rindha memiliki rambut paling
panjang, hampir sepinggang, sementara Fully dan Naima sama-sama sepunggung.
Marco : Kalian sekarang nungging semua. Buka kaki kalian
lebar-lebar.
Mereka dgn ragu mengikuti perintah itu. Mereka mulai
menungging seperti kuda menunjukkan kemontokan bokong mereka, dgn kaki dibuka
lebar memperlihatkan keindahaan dubur dan belahan kemaluan mereka dari
belakang.
Marco mulai meremas bokong Rindha dan menjilat dubur dan
kemaluannya. Rindha merasa kegelian dan ingin tertawa tetapi ia tahan sekuat
tenaga. Valdo melakukan hal yg sama pada Fully dan Sakti pada Naima. Hal ini
membuat ketiga perempuan tersebut terserang birahi, dimana dgn mahir ketiga
lelaki mesum itu menjilat kemaluan para perempuan ini sembari sesekali meremas
buah dada mereka.
Suasana makin memanas, ketiga penjilat tersebut makin
bernafsu sementara tak sadar Fully dan Naima melenguh setiap titik sensitif di
kemaluan mereka tersentuh lidah para penjilat. Penasaran dgn sebelahnya, maka
para penjilat itu bergeser posisi untuk menikmati dubur dan kemaluan perempuan
disebelahnya. Ketiga teman mereka yg lain juga tak ketinggalan ikut serta,
sehingga semua lidah lelaki itu merasakan dubur dan kemaluan ketiga perawan
tersebut.
Valdo : Yg ini bo-olnya cantik nih, ada kerutan-kerutannya,
ada bulunya pula –sembari menunjuk lobang dubur Fully.
Mikael : Tetapi yg ini sempurna teman, bening kali lobang
bokong ini, tak ada yg hitam-hitam sedikitpun. Seingatku bo-ol perek-perek di
tempat langgananku, alamak… hitam semua –Mikael cekikian sembari memuji dan
mengelus bokong Naima. Yg lain ikut tertawa.
Kemudian ketiga perempuan itu disuruh duduk mengangkang
kembali. Bedanya, sekarang Naima disuruh menjilat kemaluan Fully. Naima pun
menurut dan membungkuk mendekatkan mulutnya ke kemaluan Fully. Awalnya dia
merasa jijik, tetapi waktu bokongnya ditampar oleh Sakti, dia langsung
menggerakan lidahnya menyapu bagian-bagian kemaluan Fully. Fully merasa
kegelian sehingga sering menggelinjang dan matanya terpejam. Entah apa yg
dirasakan lidah Naima, cairan keperempuanan Fully bercampur sisa air seninya,
ditambah air liur pada lelaki mesum itu, kini ia harus menjilat semuanya.
Tetapi Rindha tak tinggal diam, ia disuruh menjilat dubur dan
kemaluan Naima dari belakang. Hal ini membuat Naima juga menggelinjang kegelian
akibat sapuan lidah Rindha. Sementara dubur dan kemaluan Rindha yg sedang
menungging pun tak luput dari jilatan atau rabaan temanan mesum di belakangnya.
Sudah bosan dgn jilat-menjilat, dan semakin kerasnya kemaluan
mereka berenam, maka ditariklah ketiga perempuan itu ke ranjang. Ketiga
penjilat itu kini akan menyetubuhi ketiga perempuan tersebut, sementara ketiga
temannya memegangi.
Marco mulai menggesekkan kemaluannya mencari titik yg tepat
untuk menerobos kemaluan Rindha yg dipegangi Wisnu. Sakti melakukan hal yg sama
pada Naima dipegangi Didin dan Valdo pada Fully dibantu Mikael. Maka tak lama
terdengarlah jeritan dan erangan ketiga perempuan itu yg diperawani secara
bersamaan. Persis yg terjadi pada Rindha dan Syabila di lantai bawah.
Maka yg terjadi adalah pesta serbaunik123 yg tak dibaygkan
sebelumnya. Karena ketiga perempuan itu sudah tak berdaya melawan, setiap pria
mesum bisa menyelupkan kemaluannya di antara ketiga perempuan sementara
rekannya membantu memegangi sang perempuan. Hingga akhirnya keenam pria mesum
itu benar-benar dapat merasakan legitnya ketiga liang sanggama para perempuan
tersebut.
Perasaan sakit, jijik dan marah di dada ketiga perempuan itu
bersatu dgn rasa nikmat yg tak terlawan di selangkangan mereka. Mata mereka
terpejam selama dikerjai temanan itu, tetapi mulut mereka tak jarang mengaduh
atau mengerang. Erangan ini justru menjadi hal yg erotis bagi temanan mesum
itu, sehingga mereka makin semangat memompakan kemaluan mereka ke kemaluan
ketiga perempuan itu.
Maka tak jelas siapa ejakulasi di mana. Lobang kemaluan
ketiga perempuan itu kini berlumuran cairan air mani yg putih kental kemerahan
karena bercampur darah kehormatan mereka. Sementara tubuh mereka pun basah
berlumur peluh, karena mereka juga merasakan kenikmatan waktu kemaluan temanan
mesum tersebut mengaduk-aduk lobang kenikmatan mereka. Hingga ketiga perempuan
itu terkulai lemas di ranjang.
Jam setengah dua belas, kesebelas pria mesum itu sedang
berkumpul di ruang tengah, sembari merokok dan minum kopi yg dibuatkan oleh Pak
Dalimin sendiri. Kesepuluh rekannya tampak tersenyum puas menikmati malam itu.
Sakti : Min, makasih banyak ya. Aku tau kamu orang yg setia
teman. Tak percuma kita datang jauh-jauh nengok kamu, ternyata bisa menikmati
perawan-perawan berjilbab itu.
Perkataan Sakti itu diiyakan dan disambut tawa oleh yg lain.
Pak Dalimin cuma tersenyum kecut.
Mereka terus ngobrol dan tertawa bercanda dgn suara keras
sehingga membangunkan Mirna dan Bu Martinah di ruangan. Kebetulan karena malam
itu sangat panas, mungkin juga karena ada aura neraka yg malam itu beredar di
rumah itu, membuat Bu Martinah dan Mirna kehausan. Hampir bersamaan mereka
keluar dari ruangan masing-masing untuk minum di dapur. Sialnya untuk ke dapur
harus melewati ruang tengah sehingga kesepuluh temanan mesum itu serasa kembali
di pancing kejantanannya.
Bu Martinah dan Mirna buru-buru ke dapur menghindari tatapan
mata teman-teman Pak Dalimin yg kurang mengenakkan. Mikael yg dari awal sudah
kesengsem melihat kemontokan Bu Martinah mulai bangkin nafsu jahatnya. Dia
melirik ke Frank yg juga bernafsu terhadap Mirna.
Mikael : Hai Min, kita kan teman akrab. Berhubung kamu sudah
serahkan bocah kosmu itu pada kami, bagaimana jika kamu biarkan aku mencicipi
istrimu yg montok itu Min?
Mendengar itu Pak Dalimin langsung bangkit dari duduknya
ingin menampar Mikael, tetapi Sakti dan Ridwan menahan Pak Dalimin.
Pak Dalimin : Bangsat kamu, awas kamu berani-berani sama
istriku…
Mikael : Sak, sudah tanggung nih. Kemaluanku pun ngaceng lagi
lihat bokongnya istri si Dalimin, bagaimana menurutmu Sak? –Mikael minta
persetujuan Sakti.
Ridwan : Iya Sak, udah kepalang tanggung, kita tambah lagi
lah istri dan bocah Dalimin itu. Mumpung kita di sini. Gimana yg lain, setuju
kah?
Yg lain menganggukkan kepala tanda mereka juga ingin
merasakan bagaimana nikmatnya istri si Dalimin sehingga dia tak pernah lagi ke
lokalisasi. Awalnya Sakti tak ingin sejauh itu, tetapi atas desakan
teman-temannya, akhirnya ia setuju juga.
Robert kemudian mengeluarkan lakban dan membekap mulut Pak
Dalimin, sementara kedua tangannya diikat ke kursi. Mereka lalu menunggu Bu
Martinah dan Mirna lewat ruang tengah itu. Tak lama keduanya, datang. Keduanya
langsung terkejut melihat Pak Dalimin sudah dibekap dan diikat di kursi dgn
sebuah pisau buah terhunus di lehernya yg dipegang oleh Sakti.
Sakti : Bu Martinah, Mirna, ke sini kalian –Sakti menghardik.
Bu Martinah : Bapak… Apa-apaan ini? Kalian apakan
pasangankua?
Mikael : Maaf merepotkan Bu. Tetapi begini, kami ini dulu
sama-sama sering ke perekan. Tetapi sejak Pak Dalimin menikah dgn kamu, kenapa
Pak Dalimin jadi tak pernah ikut lagi. Jadi Bu, sekarang kami ini, istilah
ingin mencicipi kenikmatan Ibu…
Bu Martinah menggelengkan kepala tanda tak percaya.
Bu Martinah : Tidak, tidak mungkin. Pasangan saya tidak
pernah itu ke perekan. Dia bersih kok. Kurang ajar kalian. Sudah bertamu, malah
nuduh macam-macam.
Sakti : Kamu berdua jangan coba-coba melawan, atau kusayat si
Dalimin ini.
Melihat pasangannya terancam sebilah pisau, Bu Martinah jadi
bingung. Dia ingin teriak keluar, tetapi takut pasangannya menjadi korban.
Bu Martinah : Tolong Pak lepaskan pasangan saya. Dia sudah
baik sekali sama kalian. Salah apa dia?
Frank : Salah dia ya karena dia punya istri semontok kamu dan
bocah perempuan secantik Mirna ini.
Sakti : Bu, kami tak akan menyakiti siapa pun asal Ibu dan
Mirna mahu mematuhi perintah kami.
Mengerti Bu?
Bu Martinah : Tidak, aku tidak sudi nurut perintah kalian.
Pergi kalian. –Bu Martinah mulai mengusir.
Karena Bu Martinah tak menurut, maka Sakti merasa perlu
melakukan sesuatu. Di iriskannya lah sedikit pisau itu ke pipi Pak Dalimin
sehingga mengeluarkan darah. Melihat hal itu nyali Bu Martinah jadi ciut.
Sakti : Kamu dengar ya, aku ga akan ragu menyayat pasanganmu
jika kamu tak nurut. Mengerti kamu?
Bu Martinah : I…iya Pak. Ma..af…
Bu Martinah dan Mirna mulai panik melihat darah mengucur di
pipi Pak Dalimin.
Mikael : Nah sekarang kalian nurut kan. Baik, ke sini kamu
Ani. –Bu Martinah mendekat perlahanbergandgn dgn Mirna. Sementara Mikael mulai
menurunkan celananya.
Mikael : Hisap kemaluanku Ani, seperti kamu hisap kemaluan si
Dalimin. Cepat!!
Bu Martinah disuruh berlutut dan sempat tertegun mendapati
kemaluan lelaki lain di depannya. Selama ini kemaluan yg pernah ia lihat dan
hisap cuma kemaluan pasangannya. Kini kemaluan Mikael yg lebih hitam dan lebih
besar daripada punya pasangannya menunggu untuk ia hisap. Ia sempat bimbang,
tetapi setelah melihat darah mengucur di pipi pasangannya, ia langsung melahap
kemaluan Mikael.
Mikael merasakan kenikmatan yg unik melihat kemaluannya
dikulum oleh istri temannya sendiri, seorang perempuan yg berjilbab. Tak
seperti para pelajar tadi, Bu Martinah tentu lebih berpengalaman dalem
memberikan oral seks. Mikael bisa merasakan jilatan lidah Bu Martinah di kepala
kemaluannya dan lobang kencingnya.
Mikael : Ini baru hisapan top, gak kaya amatiran tadi, udah
ga enak, kena gigi terus. Untung tak lecet kemaluanku.
Semua tertawa mendengar pujian Mikael. Frank yg dari tadi
sudah tak sabar ingin menikmati tubuh Mirna memanggil Mirna ke dekatnya. Mirna
mendekati Frank perlahan sembari ketakutan.
Frank : Hei Mirna, kamu lihat apa yg ibumu lakukan itu pada
Om Mikael, sekarang kamu juga lakukan padaku. Ini, hisap! –sembari menyodorkan
kemaluannya yg juga sudah mengacung. Mirna juga belum pernah melakukan blow
job, dan ini juga pertama kalinya dia menghadapi sebuah kemaluan lelaki orang
dewasa yg sedang tegak. Digenggamnya batang kemaluan Frank sembari gemetaran,
kemudian lidahnya mulai menjilati kepala kemaluannya, mencontoh jilatan ibunya
pada kemaluan Mikael.
Dan temanan mesum itu mulai berbaris. Valdo, Marco dan Robert
di sisi Mikael menunggu giliran kemaluannya diservis oleh Bu Martinah,
sementara Sahid, Ridwan, Didin dan Wisnu menunggu giliran diservis Mirna.
Apa yg terjadi sungguh memilukan Pak Dalimin, melihat dua
orang perempuan kesaygannya harus mengoral kemaluan teman-temannya yg
keterlaluan. Tangan-tangan mereka mengelusi kepala Bu Martinah dan Mirna yg
masih terbungkus jilbab, kadang ditarik kadang ditekan untuk memberikan efek
kenikmatan sendiri pada kemaluan mereka.
Merasa cukup melihat Bu Martinah mengoral kemaluan temannya.
Mikael memanggil Bu Martinah ke arah sofa tempat ia duduk dgn santainya di
ruang tengah itu.
Mikael : Hei Martinah, kemari kamu. Sekarang kamu buka bajumu
itu semua, kecuali jilbabmu ya.
Bu Martinah sebenarnya sudah mulai terangsang karena matanya
baru menikmati empat kemaluan mengacung yg semuanya lebih gagah daripada punya
pasangannya. Ditambah keadaan pasangannya yg masih terancam pisau, dia tak
pikir panjang untuk mulai melepas dasternya hingga jatuh.
Ternyata Bu Martinah cuma memakai celana dalem dan tak
memakai BH karena dia memang jarang tidur memakai BH. Jilbab pendek yg ia
gunakan tak mampu menutupi buah dadanya yg lonjong tanda mulai turun.
Marco : Wah pantas saja Dalimin betah tidur sama si Martinah
ini, ga pernah pake BH. Kapan saja mahu susu, dia tinggal nyeruput hahaha…
–temannya yg lain ikut tertawa.
Mikael memainkan HPnya sebentar sehingga tak lama
terdengarlah sebuah lagu dangdut darinya.
Mikael : Martinah, coba kamu hibur kami. Kamu berjogetlah
ikuti lagu ini. Coba kamu liukkan bokong dan pinggulmu ya.
Bu Martinah tak punya pilihan lain kecuali mengikuti perintah
Mikael. Sebenarnya dia tak pandai menari, maka dia sebisanya saja mengikuti
alunan lagu itu.
Valdo : Coba kamu buka celana dalemmu itu sembari meliukkan
pinggulmu.
Bu Martinah pun mengikuti perintah Valdo. Dia menurunkan
celana dalem pinknya pelan-pelan melewati bokongnya, sampai pahanya, terus
turun ke lututnya hingga keluar gelang kakinya.
Semua lelaki mesum itu mulai menikmati goygan Bu Martinah yg
ternyata lumayan seksi. Bokongnya yg memang bahenol terlihat sangat indah
bergoyg waktu diliukkan berputar, mirip goyg inul tetapi dgn gerakan yg lebih
pelan. Marco langsung mendekati Bu Martinah dan ikut bergoyg di belakangnya
sembari tangannya meremas-remas bokong Bu Martinah dan kemaluannya terkadang di
sentuhkan ke belahan bokongnya.Yg lain menonton sembari terus meremasi
kemaluannya masing-masing.
Pak Dalimin pun sebenarnya cukup menikmati pemandangan ini.
Dia tak pernah menygka bahwa istrinya bisa menari seerotis itu. Tetapi
kehadiran Marco di belakang Bu Martinah sembari menjamah bokong istrinya turut
membuat emosinya tetap terbakar.
Waktu lagu habis, Bu Martinah pun dipanggil mendekat ke
Mikael di sofa. Mikael meludahi kepala kemaluannya hingga mengkilap, kemudian
menyuruh Bu Martinah mengangkang dan mengoleskan ludahnya di kemaluan Bu
Martinah. Bu Martinah sempat menjerit tertahan karena bagian sensitifnya tergesek
tangan Mikael.
Lalu Mikael berbaring terlentang di sofa dan menyusuh Bu
Martinah naik ke atasnya. Bu Martinah sempat ragu. Tetapi setelah melirik
sebentar ke arah Pak Dalimin, melihat pasangannya masih terancam pisau oleh
Sakti, dia lalu naik ke atas tubuh Mikael. Bu Martinah mengerti keinginan
Mikael. Dia menggenggam kemaluan Mikael, kemudian mengarahkan kepalanya ke
lobang kemaluannya. Maka tak lama, kemaluan Mikael pun sudah hilang ditelan
kemaluan Bu Martinah.
Bu Martinah bergerak naik turun, kadang berputar, seperti
halnya dia melayani Pak Dalimin. Matanya terpejam tak ingin melihat wajah
Mikael yg menjijikkan, sementara tangan Mikael terus meremas buah dada Bu
Martinah. Tak lama kemudian Marco bergabung, mendorong tubuh Bu Martinah hingga
tengkurap dan buah dadanya tepat di mulut Mikael. Sementara Marco mulai
meludahi dubur Bu Martinah hingga licin. Merasa sudah dicukup, maka
didorongnyalah kemaluannya ke dubur Bu Martinah. Awalnya Bu Martinah merasa
kesakitan karena ini pertama kalinya duburnya disodomi. Tetapi karena
kenikmatan tersendiri di kemaluannya yg tersesaki kemaluan Mikael yg lebih
besar dari pada kemaluan pasangannya, ditambah pentil buah dadanya disedoti
Mikael, sakitnya tak terlalu terasa.
Valdo tak tinggal diam. Dia mendekatkan kemaluannya di mulut
Bu Martinah. Melihat hal itu, Bu Martinah mengerti dan mulai mengoral kemaluan
Valdo. Jadilah semua lobang yg ada di tubuh Bu Martinah memberikan kenikmatan
untuk teman pasangannya, kecuali lobang telinga dan hidung tentunya. Pak Dalimin
yg menyaksikan dari jauh pun mulai terangsang melihat istrinya tampak menikmati
ketiga kemaluan teman-temannya.
Sodokan kemaluan Mikael pada Bu Martinah benar-benar menusuk
hingga ke hati Bu Martinah sehingga dia mulai tak bisa menahan diri. Dirinya
mengerang-erang kenikmatan melalui persetubuhan haram ini. Pinggulnya mulai
bergerak tak karuan, kemaluannya mulai berkontraksi hingga tak tertahan lagi,
dia mencapai puncaknya.
Waktu klimaks, gerakan Bu Martinah makin liar. Ini membuat
kemaluan Mikael dan Marco terasa makin tersedot dan terputar sehingga mereka
berdua pun tak kuat menahan kenikmatan itu, masing-masing memuncratkan air
maninya yg tinggal sedikit ke lobangnya masing-masing. Valdo yg melihat gerakan
erotis Bu Martinah pun langsung mengocok kemaluannya kuat-kuat hingga air
maninya menyembur ke wajah Bu Martinah. Tubuh Bu Martinah lunglai kelelahan,
tetapi para lelaki langsung melepaskannya hingga Bu Martinah tertelungkup di
sofa. Giliran Wisnu, Didin dan Robert yg mengerjai Bu Martinah, dgn posisi yg
sama, tetapi kini Bu Martinah terlentang, tak lagi tengkurap. Wisnu di bawah
memasukkan kemaluannya ke dubur Bu Martinah, Didin di atas juga memasukkan
kemaluannya ke kemaluan Bu Martinah dan Robert mengocokkan kemaluannya ke mulut
Bu Martinah. Bu Martinah cuma bisa pasrah tubuhnya dihentak-hentakkan dari
bawah dan atas dgn kemaluan-kemaluan teman pasangannya yg mengisi lobang-lobang
dirinya.
Pak Dalimin tak bisa berbuat apa-apa melihat istrinya
mencapai klimaks oleh sodokan kemaluan teman-temannya. Sejujurnya pemandangan
istrinya yg bugil dan sering kelojotan sembari mengerang membuat birahinya juga
bangkit, tetapi perasaan terhina pun menumpuk di dadanya melihat teman-temannya
menjadikan istrinya lebih hina daripada seorang perek.
Sementara Mirna telah dibopong Frank ke ruangannya. Seluruh
pakaian Mirna dilucuti tak terkecuali jilbabnya. Dihempaskannya tubuh Mirna ke
ranjangnya, kemudian Frank langsung menindih tubuh perempuan itu. Tubuhnya yg
langsing lemah gemulai dan putih mulus sangat kontras dgn tubuh Frank yg hitam
dan gemuk. Frank sempat menjilat kemaluannya supaya licin sehingga ia lebih
mudah memerawaninya. Mirna berteriak kesakitan waktu kemaluan Frank mulai
menembus keperawanannya, tetapi mulutnya dibekap oleh tangan Ridwan, sementara
Sahid menyaksikan sembari menunggu giliran.
Begitu Frank selesai, Sahid langsung mengambil posisi
terlentang di ranjang itu, kemudian dibantu Ridwan, Mirna diposisikan di atas
tubuhnya sehingga kemaluan Mirna pas menelan kemaluan Sahid. Mirna tak perlu
susah-susah menggerakkan tubuhnya karena Sahid tampak bernafsu menyodok-nyodok
kemaluan Mirna dari bawah sementara tangannya menggeraygi buah dadanya yg masih
dalem pertumbuhan. Ridwan tak tunggu lama langsung mengambil posisi di belakang
Mirna,dan berusaha menganalnya. Akhirnya lobang siswi SMA itu terisi depan
belakang. Mirna cuma bisa pasrah.
Waktu menunjukkan pukul setengah satu waktu temanan mesum itu
telah kembali berpakaian lengkap. Bu Martinah tampak sangat kelelahan
tertelungkup di sofa, masih tanpa busana, sementara Mirna di ruangannya
menangis sesenggukan menahan perih di kemaluan, dubur dan terutama perih di
hatinya. Dia sama sekali tak menygkan keperawanannya akan terenggut dgn cara
seperti ini.
Sakti : Oke Min, sekali lagi makasih untuk malam ini.
Mikael : Iya Min, jangan dendam ya. Jika kamu ingin mencicipi
istriku, kamu datang saja ke rumahku. Nanti bisa kuatur ya…
Ikatan dan sumpalan mulut Pak Dalimin sengaja tak dilepas
supaya tak melawan, dan biarkan saja istri atau bocahnya nanti yg membukakan.
Ridwan : Kapan-kapan kami mampir lagi ya ke sini. Jangan
kapok ya… hahaha…
Semua tampak tertawa puas, dan mereka mulai meninggalkan
rumah itu. Mereka memasuki memasuki dua buah mobil X**** yg mereka sewa dari
kota J. Sakti menyetir mobil pertama, sementara Robert mobil kedua. Mereka
melihat sekali lagi ke rumah kosan itu, rumah yg telah memberikan mereka
kepuasan seksual yg belum pernah mereka dapatkan sebelumnya, kepuasan semu,
kepuasaan sesaat, bahkan mungkin, kepuasan terakhir mereka di dunia ini.
*Breaking News – Keesokan harinya*
Dua buah kecelakaan terpisah terjadi di jalan tol C dini hari
tadi. Kecelakaan pertama terjadi di km xx dan kecelakaan kedua terjadi di km
xx. Uniknya kedua kecelakaan melibatkan minibus X**** dgn ciri yg sama, yaitu
ban depan sebelah kanan lepas dan rem blong sehingga kedua minibus tak dapat
dikendalikan karena dalem kecepatan tinggi dan menabrak pembatas jalan,
kemudian terguling beberapa kali sebelum akhirnya terlempar ke luar jalan tol.
Semua korban berjumlah sepuluh orang tewas. Korban tewas merupakan peserta
rapat koordinasi sebuah departemen di Jakarta. Belum diketahui apakah
kecelakaan ini karena kelalaian atau sabotase…
No comments:
Post a Comment