Siang dan malam kulalaui dgn perempuan yg mengisi hari-hari
ku,Tawa canda dan tangisan pun telah kami lewati bersama,sosok perempuan yg
mengisi hari-hari iki mampu memberi rasa nyaman yg luar biasa.Dimanapun aqu
berada sewaktu aqu tak di dekatnya aqu selalu terbayg dgn sosoknya,Sepenggal
sms atau sepatah kata lewat tlp.telah menjadi pengiring dan pengobat rasa
rinduku jika aqu tak bersamanya,yah dia begitu menggoda dalem benak ku tak bisa
ku enyahkan dari baygnya.Tapi aqu masih setiap hari bertemu dgnnya,karena memang kita bersama dalem satu
rumah.
Sepenggal kisah di atas adalah kisah perjalanan panjang
Briyan dan Cintya yg akan selengkapnya diceritakn kembali di Halamandewasa.com,
sohib kuliah di Yogyakarta. Namaqu Briyan, usiaku 22 mengertin dan aqu sekarang
sedang menyelesaikan kuliah di sebuah PTS di Yogyakarta. Pengalaman ini terjadi
tiga mengertin yg lalu sewaktu aqu masih kuliah di Bandung. Telah lama memang,
tapi aqu selalu ingat akan kejadian itu dan tak akan pernah aqu melupakan satu
nama : Cintya. Meski hingga sekarang pun akan selalu kukenang saat-saat indah
bersamanya.
Aqu akrab dgn Cintya karena ia adalah cucu dari ibu kostku.
Cintya lebih tua 2 mengertin dan dia anak Surabaya, sedang kuliah di Bandung
cuma beda kampus dgnku. Yg aqu mengerti, kedua orangtuanya telah pisah ranjang
selama dua mengertin (tapi tak bercerai) dan Cintya ikut tinggal bersama
neneknya (ibu kostku) sewaktu ia masuk kuliah. Mungkin terlalu panjang kalo kuceritakan
bagaimana prosesnya hingga kami berpacaran. Aqu beruntung punya perempuan
seperti dia yg wajahnya sangat cantik (pernah dia ditawarin untuk menjadi
model), segala yg diidamkan lelaki melekat padanya. Kulitnya yg putih, hidung
bangir, matanya yg indah dan bening, rambut ikal serta badannya yg padat.. Aqu
juga tak mengerti kenapa ibu kost menerimaqu untuk nge-kost dirumahnya padahal
yg kost di rumahnya adalah perempuan semua. Mungkin karena ngeliat tampangku
seperti orang baik-baik kali ya (hehehe)…
Pada awal kami berpacaran , Cintya termasuk pelit untuk
urusan mesra-mesraan. Jangankan untuk berciuman, minta pegang tangannya saja
susahnya minta ampun! Padahal aqu termasuk orang yg hypersex, dan aqu sering
kali melaqukan onani untuk melampiaskan nafsu seksku, hingga sekarang. Aqu bisa
melaqukan onani sampai tiga kali sehari. Setiap kali fantasi dan gairah seksku
datang, pasti kulaqukan kebiasaan jelekku itu. Tak mengerti dikamar mandi
menggunakan sabun, sambil nonton VCD dewasa dan seringnya sambil tiduran
telungkup di atas kasur sambil kugesek-gesekkan kemaluanku. Aqu merasakan
nikmat setiap orgasme onani. Back to story, sedari aqu dan Cintya resmi jadian,
baru dua minggu kemudian dia mau kucium pipinya. Itu pun setelah melalui
perdebatan yg panjang, akhirnya ia mau juga kucium pipinya yg mulus itu, dan
aqu selalu ingin merasakan dan mengecup lagi sedari sewaktu itu.
Hingga pada suatu malam, sewaktu waktu menunjukkan pukul
setengah sepuluh, aqu, Cintya dan Desi (anak kost yg lain) masih asyik menonton
TV di ruang tengah. Sementara ibu kostku serta 3 anak kost yg lain telah pergi
tidur. Kami bertiga duduk diatas permadani yg terhampar di ruang tengah. Desi
duduk di depan sementara aqu dan Cintya duduk agak jauh dibelakangnya. Lampu
neon yg menyinari ruangan selalu kami matikan kalau sedang menonton TV. Biar
tak silau kena mata maksudnya. Atau mungkin juga demi menghemat listrik. Yg
jelas, cahaya dari TV agak begitu samar dan remang-remang. Desi masih asyik
menonton dan Cintya yg disampingku sewaktu itu cuma mengenakan kaos ketat dan
rok mini matanya masih konsen menonton filem tersebut. Sesekali sewaktu
pandangan Desi tertuju pada TV, tanganku iseng-iseng memeluk pinggang Cintya.
Tak mengerti Cintya terlalu memperhatikan filem hingga tangannya tak menepis sewaktu
tanganku memeluk badannya yg padat. Dia malah memegang rambutku, dan membiarkan
kepalaqu bersandar di pundaknya. Terkadang kalo pas iklan, Cintya pura-pura
menepiskan tanganku agar perbuatanku tak dilihat Desi. Dan sewaktu filem
diputar lagi, kulingkarkan tanganku kembali.
“I love you, honey….” Bisikku di telinganya.
Cintya menoleh ke arahku dan tanpa sepengetahuan Desi, ia
mendaratkan ciumannya ke pipiku. Oh my God, baru pertama kali aqu dicium
seorang perempuan, tanpa aqu minta pula. Situasi seperti ini tiba-tiba membuat
pikiranku jadi ngeres apalagi sewaktu Cintya meremas tanganku yg sewaktu itu
masih melingkar di pinggangnya, dan matanya yg sayu sekilas menoleh ke arah
Desi yg masih nongkrong di depan TV. Aman, pikirku.Apalagi ditambah ruangan yg
cuma mengandalkan dari cahaya Tv, maka sesekali tanganku meremas buah dada
Cintya. Cintya menggelinjang, sesekali menahan nafas. Lutut kanannya ditekuk,
hingga sewaktu tangan kiriku masuk ke dalem daster bagian bawah yg agak terbuka
dari tadi, sama sekali tak dikemengertii Desi. Mungkin ia konsen dgn filem,
atau mungkin juga ia telah ngantuk karena kulihat dari tadi sesekali ia
mengangguk seperti orang ketiduran.
Ciumanku kini sedikit menggelora, menelusuri leher Cintya yg
putih mulus sementara tangan kiriku menggesek-gesekkan perlahan kemaluan Cintya
yg masih terbungkus celana dalem. Ia mendesah dan mukanya mendongak ke atas
sewaktu kurasakan celana dalemnya mulai basah dan hangat. Mungkin ia merasakan
kenikmatan, pikirku.Tanganku yg mulai basah oleh cairan kemaluan Cintya
buru-buru kutarik dari dalem roknya, sewaktu tiba-tiba Desi bangkit dan melihat
ke arah kami berdua. Kami bersikap seolah sedang konsen nonton juga.
“Aqu ngantuk. Tidur duluan ya….. nih remote-nya!” ujar Desi
sambil menyerahkan remote TV pada Cintya.
Desi kemudian masuk ke kamarnya dan mengunci pintu dari
dalem. Aqu yg tadi agak gugup, bersorak girang sewaktu Desi cuma pamitan mau
tidur. Aqu pikir dia setidaknya mengemengertii perbuatanku dgn Cintya. Bisa
mati aqu. Cintya yg sedari tadi diam (mungkin karena gugup juga) matanya kini
tertuju pada TV. Aqu mengerti dia juga pura-pura nonton, maka sewaktu badannya
kupeluk dan bibirnya kucium dia malah membalas ciumanku.
“Kita jangan disini Say, nanti ketahuan….” Bisiknya diantara
ciuman yg menggelora.
Segera kubimbing tangan Cintya bangkit, setelah mematikan TV
dan mengunci kamar Cintya, kuajak dia ke kamar sebelah yg kosong. Disini
tempatnya aman karena setiap yg akan masuk ke kamar ini harus lewat pintu
belakang atau depan. Jalan kami berjingkat supaya orang lain yg telah tertidur
tak mendengar langkah-langkah kami atau sewaktu kami membuka dan menutup kunci
dan pintu kamar tengah dgn perlahan.
Setelah kukunci dari dalem dan kunyalakan lampu kamar
kuhampiri Cintya yg telah duduk di tepi ranjang.
“Aqu cinta kamu, Cintya…..” ujarku sewaktu aqu telah duduk
disampingnya.
Mata Cintya menatapku lekat.. Sejenak kulumat bibirnya
perlahan dan Cintya pun membalas membuat lidah kami saling beradu. Nafas kami
kembali makin memburu menahan rangsangan yg kian menggelora. Desahan bibirnya
yg tipis makin mengundang birahi dan nafsuku. Kuturunkan ciumanku ke lehernya
dan tangannya menarik rambutku. Nafasnya mendesah. Aqu mengerti dia telah
terangsang, lalu kulepaskan kaosnya. Buah dadanya yg padat berisi ditutupi BH
berwarna merah tua. Betapa putih kulitnya, mulus tak ada cacat. Kemudian bibir
kami pun berciuman kembali sementara tanganku sibuk melepaskan tali pengikat
BH, dan sesewaktu kemudian kedua buah dadanya yg telah mengeras itu kini tanpa ditutupi
kain sehelai pun.
Kuusap kedua putingnya, dan Cintya pun tersenyum manja.
“Ayo Yan, laqukanlah….” Ujarnya.
Tak kusia-siakan kesempatan ini, dan mulai kujilati buah
dadanya bergantian. Sementara tangan Cintya membantu tanganku melepaskan kemeja
yg masih kukenakan. Kukecup putingnya hingga dadanya basah mengkilap. Betapa
beruntungnya aqu bisa menikmati semua yg ada dibadannya. Tangan kananku yg
nakal mulai merambah turun masuk ke dalem roknya, dan kugesek-gesekkan pelan di
bibir kemaluannya. Cintya menggelinjang menahan nikmat, sesekali tangannya juga
ikut digesek-gesekkan kesekitar kemaluannya sendiri.
Bibirnya mendesah menahan kenikmatan. Matanya terpejam,
Sebentar kemudian kemaluannya mulai sedit basah. Dan kami pun mulai melepaskan
celana kami masing-masing hingga badan kami benar-benar polos. Betapa indahnya
badan Cintya, apalagi sewaktu kulihat kemaluannya yg terselip diantara kedua
selangkangannya yg putih mulus.
“Wah.. punyamu oke Cintya, Ok’s banget…” ujarku terpana.
Begitu mulus memang, ditambah dgn rambut-rambut lebat
disekitar bagian sensitifnya.
“Kemaluanmu juga besar dan bertenaga. Aqu suka Yan….”
Balasnya sambil tangannya mencubit pelan kemaluanku yg telah tegak dari tadi.
“Come on Honey….” Pintanya menggoda.
Aqu mengerti Cintya telah begitu terangsang maka kemudian
kusuruh Cintya berbaring di atas kasur. Dan aqu baringkan badanku terbalik,
kepalaqu berada di kakinya dan sebaliknya(posisi 69). Kucium ujung kakinya
pelan dan kemudian ciumanku menuju hutan lebat yg ada diantara kedua
selangkangannya. Kukecup pelan bibir kemaluannya yg telah basah, kujilat
klitorisnya sementara mulut Cintya sibuk mengocok-ngocok kemaluanku. Bibir
kemaluannya yg merah itu kulumat habis tak tersisa. Ehm, betapa nikmatnya
punyamu Cintya, pikirku. Ciumanku terus menikmati klitoris Cintya, hingga
sekitar kemaluannya makin basah oleh cairan yg keluar dari kemaluannya.
Kedua jari tanganku aqu coba masukkan lubang kemaluannya dan
kurasakan nafas Cintya mendesah pelan sewaktu jariku kutekan keluar masuk.
“Ahh… nikmat Yannn…ahhhh…” erangnya.
Kugesek-gesekkan kedua jariku diantara bibir klitorisnya dan
Cintya makin menahan nikmat. Selang 5 menit kemudian kuhentikan gesekkan
tanganku, dan kulihat Cintya sedikit kecewa sewaktu aqu menghentikan permainan
jariku.
“Jangan sedih Say, aqu masih punya permainan yg menarik,
okay?”
“Oke. Sekarang aqu yg mengatur permainan ya?” ujarnya.
Aqu mengangguk.Jujur saja, aqu lebih suka kalau perempuan yg
agresif.Cintya pun bangkit, dan sementara badanku masih terbaring di atas
kasur.
“Aqu di atas, kamu dibawah, okay? Tapi kamu jangan nusuk dulu
ya Say?”
Tanpa menunggu jawabanku badan Cintya menindih badanku dan
tangan kanannnya membimbing kemaluanku yg telah berdiri tegak sedari tadi dan
blessss…….ah,Cintya merasa bahagia sewaktu seluruh kemaluanku menembus
kemaluannya dan terus masuk dan masuk menuju lubang kenikmatan yg paling dalem.
Dia mengoyg-goygkan pantatnya dan sesekali gerakannya memutar, bergerak mundur
maju membuat kemaluanku yg tertanam bergerak bebas menikmati ruang dalem
“kemaluan”-nya.
Cintya mendesah setiap kali pantatnya turun naik, merasakan
peraduan dua senjata yg telah terbenam di dalem surga.Tanganku meremas kedua
buah dada Cintya yg tadi terus menggelayut manja. Rambutnya dibiarkan tergerai
diterpa angin dingin yg terselip diantara kehangatan malam yg kami rasakan
sewaktu ini. Kubiarkan Cintya terus menikmati permainan ini. Sewaktu dia asyik
dgn permainannya kulingkarkan tanganku dipinggangnya dan kuangkat badanku yg
terbaring sedari tadi kemudian lidah kami pun beradu kembali.
“Andainya kita terus bersama seperti ini, betapa bahagianya
hidupku ini Cintya ” bisikku pelan.
“Aqu juga, dan ku berharap kita selalu bersama selamanya..”
Sepuluh menit berlalu, kulihat gesekan pinggang Cintya mulai
lemah. Aqu mengerti kalau dia mulai kecapekan dan aqu yg mengambil inisiatif
serangan. Kutekan naik turun pinggangku, sementara Cintya tetap bertahan diam.
Dan suara cep-clep-clep… setiap kali kemaluanku keluar masuk kemaluannya.
“Ahh terusss Yannnnn….terusss…nikmattttt…ahh…ahhhh….” cuma
kalimat itu yg keluar dari mulut Cintya, dan aqu pun makin menggencarkan
seranganku.
Ingin kulibas habis semua yg ada dalem kemaluannya. Suara
ranjang berderit, menambah hot permainan yg sedang kami laqukan. Kutarik badan
Cintya tanpa melepaskan kemaluanku yg sedang berlabuh dalem kemaluannya dan
kusuruh dia berdiri agar kami melaqukan gerakan sex sambil berdiri.
“Kamu punya banyak style ya say?” katanya menggoda.
“Iya dong, demi kepuasan kamu juga” jawabku sambil mulai
menggesek-gesekan pebisku kembali.
“Ahh teruss…terusss……” desah Cintya sewaktu kemaluanku
berulang kali menerobos kemaluannya.
Kupeluk badan Cintya erat sementara jari tangan kirinya
membelai lembut rambut-rambut kemaluannya, dan sesekali membantu kemaluanku
masuk kembali setiap kali terlepas. Keringat membasahi badan kami. Lehernya yg
mulus kucium pelan, sementara nafas kami mulai berdegup kencang.
“Yan, keteteran nih, mau klimaks. Jangan curang dong….”
“Oke, tahan dulu Cintya” dan kucabut batang kemaluanku yg
telah basah sedari tadi.
Kusuruh Cintya nungging di ranjang, sementara tanganku
mengarahkan kemaluanku yg telah siap masuk kembali. Dan kumasukkan sedikit demi
sedikit hingga kemaluanku ambles semua ke dalem surga yg nikmat.
“Ah…tekan Yan…enaaaakkkkk…terusssss Yannn….” Erangnya manja
setiap kali kemaluanku menari-nari di dalem kemaluannya.
Tanganku memegang pinggangnya agar gerakanku teratur dan
kemaluanku tak terlepas,.
“Ohh…nikmat sekali Yan….teruss….terusss……” desahnya.
Betapa nikmatnya sewaktu-sewaktu seperti ini…dan terus kuulang
sementara mulut kami mendesah merasakan kenikmatan yg teramat sangat setiap
kali kemaluanku mempermaikan kemaluannya.
“Yan….aqu mo keluar nih…..udah ngga tahan….ahhh….ahhhh….”
ujar Cintya tiba-tiba.
“Tahan Cin, aqu juga hampir sampai….” aqu menekan-nekan
kemaluanku kian cepat,sehingga suara ranjang ikut berderit cepat.
Dan kurasakan otot-otot kemaluanku mengejang keras dan cairan
air maniqu berkumpul dalem satu titik.
“Aqu keluar sekarang Cin….” kemaluanku kucabut dari lubang
kemaluannya dan Cintyapun sesewaktu membalikkan badan dan menjulurkan lidahnya,
mengocok-ngocok batang kemaluanku yg kemerahan dan sewaktu kurasakan aqu tak
mampu menahan lagi kutaruh kemaluanku diantara kedua belah buah dadanya dan
kedua tangan Cintya pun menggesek-gesekkan buah dadanya yg menjepit batang
kemaluanku dan….croott…crooottt… air maniqu jatuh disekitar dada dan lehernya
Sebagian tumpah diatas sprei. Cintya menjilati kemaluanku membersihkan
sisa-sisa air maniqu yg masih ada.
“Kamu ternyata kuat juga Say, aqu hampir tak berdaya
dihadapanmu” kubelai rambut Cintya yg sudak acak-acakan tak karuan.
“Aqu juga ngga nygka kamu sehebat ini Yan….”desahnya manja .
Waktu telah menunjukkan setengah satu malam Dan setelah kami
istirahat sekitar lima belas menit, kami memakai pakaian kami kembali dan
membereskan tempat tidur yg telah berantakan. Dan tak lama kemudian kami pun
pergi tidur dikamar masing-masing melepaskan rasa lelah setelah kami ‘bermain”
tadi.
Begitulah kisahku dgn Cintya, setiap hari kami selalu
melaqukannya setiap kali kami ingin dan ada kesempatan. Kami melaqukannya di
kamar sebelah kalau malam hari, kamar kostku, atau bahkan dikamar mandi (sambi
mandi bareng disewaktu rumah kost kosong cuma ada kami berdua).
Hingga pada suatu hari Cintya harus pindah ke luar kota ikut
kedua orang tuanya yg telah berbaikan lagi. Aqu benar-benar kehilangan dia, dan
ingin kuterus bersamanya. Pernah beberapa kali kususul ke tempatnya yg baru dan
kami melaqukannya berkali-kali di hotel tempat kami menginap. Tanggal 27
November 1998, tiba-tiba kuterima surat dari Cintya yg mengabarkan bahwa ia
akan menikah dgn orang yg dipilihkan orang tuanya dan aqu benar-benar
kehilangan dia….. Sekarang, setiap kali aqu melaqukan masturbasi, fantasiku
selalu melayg mengingat sewaktu-sewaktu terindah kami melaqukan hubungan seks
pertama kali dikamar sebelah itu. Ingin rasanya aqu ulangi sewaktu-sewaktu
indah itu…
No comments:
Post a Comment