Oke tak langsung lama kali ini aku akan bercerita yang mana
aku berkenalan dengan gadis SMP yang cantik dan mempunyai tubuh yang oke punya,
sebut saja namanya Rafa dimana aku yang bekerja sebagai tukang service mendapat
perintah dari atasan untuk pergi ke rumahnya ibu Devi untuk membenarkan
televisinya di rumah, katanya tadi malam habis kena gledek jadi tv nya sekarang
tidak keluar gambar.
Karena aku juga sudah paham dan ibu Devi juga sudah mengenal
saya, aku santai berangkat dengan sepeda motorku, kira kira pukul 11 siang aku
sudah sampai di rumahnya dimana aku saat berhenti di depan pagar ada Rafa yang
menyambutku dengan masih memakai seragam sekolahnya karena sudah welcome saya
di suruh untuk langsung masuk,
“eh kamu dirumah sendiri ya rafa” tanyaku, lha mamah kamu
kemana apa belum pulang ya??
“iya om biasanya mamah kalau pulang kisaran pukul 3 – 4 sore”
“oh begitu , disini om tadi disuruh untuk mengecek dan
membetulkan televisi rumahkan, apakah masih gak ada gambarnya ??
“bener sekali om, aku sampai kelewatan acara yang aku suka
nih, cepetan benerin ya om? Kata Rafa
Oke saya langsung mengecek televisinya terlebih dahulu, aku
lihat tidak ada yang geser atau berubah kemudian aku menannyakan di mana letak
antene atau parabolanya , katanya di belakang rumah, kemudian aku minta tolong
ke pada Rafa untuk menyiapkan tangganya , setelah aku naik kira kira
membutuhkan waktu hanya 10 menit karena antenenya hanya bergeser dan ada kabel
yang kendo , jadi setelah berhasil membetulkan aku minta tolong lagi pada Rafa
untuk memegang tangga yang hendak aku mau turun,
“Raf tolong pegangin
tangganya sebentar ya? Kataku.
Melihat dari atas Rafa yang sudah berganti pakaian dengan
pakaian khas bali yang kainnya tranparan dan agak longgar dengan tangan yang
memegangi tangga terlihat lengan dari kaosnya turun sehingga terlihat sedikit
bagian ketek dan belahan dadanya yang tertutup oleh BH aku yang melihat seperti
itu seketika membuat burungku tegang dan berdiri serta berdenyut nyut nyut
nyut. Cerita Sex Perawan
Dengan melihat pemandangan seperti itu aku secara perlahan
mengintip sedikit demi sedikit celah yang ada di BHnya mungkin dengan usianya
yang masih remaja juga belum terlihat besar tapi kencang , aku turun dari
tangga dengan menahan nafsu, Rafa juga tak sadar kalau aku mencuri curi pandang
di antara toketnya yang ranum, dengan masih memikirkan yang aneh aneh aku
sempat berpikiran wah di rumah sekarang hanya ada aku dan Rafa saja perawan
yang masih suci dan menawan tapi saat dia mengenakan kaos tersebut lebih
kelihatan dewasa ketimbang dia memakai pakaian seragam sekolahnya, bagaimana
aku bisa menyentuh dan memegang tubuhnya itu ya dalam pikirku saat menuruni
tangga.
Saat mau turun aku di kagetkan dengan kata “Om Om kenapa kok
memandangnnya agak gimana ke aku, Rafa jadi malu lah om”
“gak papa lah Rafa kamu terlihat terlihat cantikan sekarang ,
sambil aku menepuk pipinya yang kemudian wajah dia memerah,
“ah si om bisa saja memujinya dan genit deh “
Melihat Rafa senyum yang manja menjadi semakin gemas,
kemudian aku menyalakan TV dan mencari chanel lagi, tak lama sudah ketemu semua
channel nya hanya saja sekarang tinggal merapikan kabel kabel yang berantakan,
“eh Rafa om minta tolong kamu pegangin kabel ini sebentar ya” dengan patuh dia
membantu karena posisi TV agak pendek memb uat Rafa harus jongkong memegang
kabel yang berada di belakang TV, dengan itu aku malah tak sengaja melihat
pahanya yang tersingkap karena tidak bisa tertupi oleh semua kaosnya.
Kadang aku melihat warna celana dalamnya juga , dan aku
seperti berhenti jantungku melihat situasi tersebut aku menyuruh untuk
menyodorkan kabelnya dan aku pegang tangannya dia hanya diam saja dan aku
beranikan untuk memegang dagunya dan mengelus ngelus rambutnya “kamu terlihat
cantik sekali Rafa, boleh kah om mencium pipi kamu”
Tanpa ada balesan hanya kode yang dia tampilkan yaitu denan
memejamkan matanya berarti tandanya dia menyetujui kalau aku cium, aku cium
dari dagu dan menuju ke pipinya dengan lembut kemudian aku cium lagi ke
bibirnya awalnya dia tidak membalas ciumanku tapi lama kelamaan mulut Rafa
dibuka dan itu tandanya aku bisa melumat sampai ke dalam mulutnya lidahku aku masukkan
ke rongga dengan lembut. Rupanya Rafa membalas ciumanku akan hadirnya lidahku
ke dalam mulutnya , lidahnya aku sedot dan Rafa juga mengikuti caraku untuk
berciuman dengan nikmat aku menciumi mulut Rafa yang mungil.
Kemudian aku rebahkan tubuh Rafa yang dengan dia berada di
bawah ku kecup keningnya karena matanya terlihat sayup sayup melihat diriku,
lama semakin lama si Rafa juga ikut terangsang dengan begitu aku semakin liar
untuk memegang area yang sensitive dengan lembut karena aku paham gadis ini
baru pertama kali dan aku perlakukan dengan hati hati untuk tidak menyinggung
perasaannya aku belai dengan kelembutan menunggu dia sampai mabok kepayang atas
belaianku.
Saat aku menyingkapkan kaosnya yang tertindih oleh pantatnya
si Rafa pengertian rupanya dengan dia agak sedikit mengangkat pantatnya sambil
aku ciumi lehernya yang membuat dia mendesah ahh ahh ahh , tanganku yang sudah
hampir mau memegang gundukan memeknya sangat terasa sekali memek Rafa yang
sudah basah , aku pegang dan aku remas gundukan memeknya wajah Rafa memejamkan
mata merem melek dengan menggigit bibir yang ada di bawah, sepertinya dia sudah
mulai terangsang.
Tak lama karena nafsu sudah penuh aku buka kemejaku dan
celana panjangku sehingga aku hanya memakai celana dalam saja, tanpa aku ragu
aku langsung mecopot celana dalam yang di pakai Rafa , waduhhhh kulihat memek
yang masih bersih tanpa ada bulu tipisnya sungguh asik sekali memek gadsi ini,
aku angkat lutunya sehingga terlihat jelas dinding memek yang masih mulus dan
masih sempit tentunya,
Rafa sudah kehilangan kendali dan dia bertekuk lutut
dihadapanku, wajah dia hanya menggelang geleng dengan tangannya yang memegang
erat kaosnya sambil mendesah , karena tak sabar akan keindahannya langsung aku
lanjutkan misiku dengan mengarahkan kepalaku ke selakangannya ku hirup aroma
bau memeknya ya begitulah seperti pada umumnya, aku keluarkan lidahku dan
menyentuhnya secara perlahan di dinding kemaluannya kujilati cairan dan aku
telan sampai aku jilati di bagian selakangannya juga, slreppp sleepppp..aku
sentuh dan aku tekan lubang memeknya dengan lidahku sambil aku ayun ke bawah ke
atas ku dapati klitorisnya dengan gemas aku gigit sedikit dia mengerang
kesakitan tangannya meremas rambutku tak peduli akan hal itu aku masih terus
melanjutkan.
Badan Rafa tak kuasan menahan sentuhanku sehingga membuat
tubuh dia terontang antung kesana kemari, mungkin dia merasakan kenikmatan yang
amat sangat hebat dengan jilatan lidahku membuat tubuh dia semakin terangsang,
rafa sudah masuk dalam keinginanku dia sudah tidak bisa kontrol lagi karena
nafasnya juga sudah tak beraturan, membuat aku semakin juga bernafsu lagu dan
menginginkan kontolku untuk masuk kedalam lubang kenikmatan gadis, langsung
saja tanpa aku bilang kepada Rafa aku pelorotkan celana dalamku dan kontolku
sudah menegang.
Saat aku keluarkan kontolku yang memang besar kulihat wajah
Rafa kaget dan kagum karena memang kontolku kalau berdiri itu besar dan
panjang, rafa seketika sadar melihat kontolku yang mau masuk ke dalam lubang
memeknya , dengan dia menghempitkan kakinya “om gak usah ginian om, rafa takut
nanti kalau ketahuan mamah aku nanti dimarahi dan aku juga belum pernah
beginian , sambil manata kaosnya”
Mendapat perlawanan dari dia aku sempat bingung harus
bagaimana , tapi aku santai karena sudah berpengalaman aku uluh dia dengan kata
minta maaf sambil tanganku mengusap ngusap rambutnya, “Rafa gak usah takut , om
juga gak mau menyakiti kamu, om sayang kepada rafa , entah kapan rafa pasti
juga meraksan hal ini , dan kalau rafa ingin tahu ginian sungguh nikmat sekali
lho”
“iya om , rafa juga gak tau harus bagaimana lagi, kok jadi
begini jadinya “ air mata rafa sudah menetes.
Melihat rafa seprti itu aku langsung merangkulnya dan
menjelaskan panjang lebar mengenai hal behubungan sehingga membuat dia percaya
lagi dan kembali ada senyum di bibirnya aku berusaha untuk meyakinkan dengan
cara “coba rafa pegang anunya om, biar gak kaget gimana rasanya , rafa pasti
juga belum pernah kan, aku meraih tangannya dan membimbingnya untuk menyentuh
kontolku”
Awalnya tangannya sangat canggung dan kaku memgang kontolku,
aku pegang tangannya dan aku bimbing dengan mengelus ngelus , tangannya mulai
bergerak secara stabil naik turun dengan lama kelamaan membuat kontolku semakin
membesar hingga tangan Rafa juga tak sampai untuk menggegamnya, lama kelamaan
tangan Rafa sudah terbiasa dan aku tak lagi membimbingnya lagi, “ushh ushhh
nikmat sekali rafaa ahhh ahh “ dan tanganku juga mulai memegang meremas
toketnya yang masih tertutup oleh kaos.
Toketnya yang mungil namum kencang khas sekali untk toket
gadis, sementara aku mengayuhkan tanganku yang kanan memegang kepalanya dan
mencumbunya dengan mulutku sambil kulumat bibirnya dan lidahku juga masuk ke
dalam rongga dan akhirnya Rafa menjadi lunak lagi mengikuti dan membalas ciumanku
matanya tertutup terlihat rafa sungguh menikmati akan hal ini dan aku menyuruh
dia untuk melepas kasonya.
Dengan cepat dia berdiri sebentar dan melepaskan kaos yang
dipakai, terlihat gundukan toketnya yang cantik dan mungil serta tubuh rafa
yang seksi hanya menggunakan BH saja, semakin membuat aku menjadi bernafsu, aku
buka Bhnya dan kulihat putingnya yang berwarna merah muda sudah keras , “Rafa
tubuh kamu seksi sekali, rayuku, kulihat wajah dia memerah “om boleh gak rafa
mencium anunya om, “ rasanya kalau menolak tidak sopan aku mengiyakan
permintaannya untuk mencium kontolku.
Kemudian aku ambil posisi untuk duduk di sebuah sofa aku
terlentangkan kakiku dan rafa jongkok berada di bawahku, awalnya dia hanya
menciumi bagian kepala kontol dan batangnya lama kelamanaan dia memahami
sendirinya dengan mulutnya di masukkan semua ke dalam kontolku slepp slepp enak
sekali rafa terusin rafa bagian itu juga om minta untuk dijilat juga sambil
menunjuk ke pelirku sluppp sluppp jilatannya mengayun dari bawah ke atas membuat
darahku naik ,”om om gimana kalau ini di terusin di kamar rafa saja, disini
gerah soalnya”
Langsung aku di ajak masuk kekamarnya yang ber AC ,
kurebahkan tubuh rafa di atas ranjang dan aku cumbu sambil mempermainkan
toketnya aku jilat semua sekujur tubuhnya tanganku juga mempermainkan bagian
memeknya yang semakin membasah, membuat kontolku juga semakin membesar dan tak
tahan untuk menusuk ke dalam lubang wanitanya, karena aku rasa waktu sudah
tepat aku paksakan dan kutekan secara perlahan karena aku tau memeknya sudah
membasah,
Sedikit demi sedikit aku dorong kontolku membuat dia merintih
kesakitan tangan dia meremas sprei , mengetahui wajah rafa agak sedikit
kesakitan aku hentikan sejenak dengan mengeluarkan kontolku dan mengayunkan
lagi menusuk lagi maju mundur maju mandur dan akhirnya bless masuk semua batang
kontolku di dalam, rupanya memek rafa bisa menampung semua kontolku yang besar
dan amblas kesemuanya , membuat rafa menjerit ahh ahhh ahhhhhh…
Aku tak mau tau lagi akan jeritannya , yang penting aku bisa
menikmati kejadian ini dengan nafasku yang sudah tak beraturan aku maju
mundurkna secara perlahan menikamtai setiap gerakan dan denyutan dari memek
rafa, erangan demi erangan rafa membuat dia bisa menikmatinya, dia mendesah ahh
ahh ahh menahan rasa sakit tapi nikmat, setiap gerakanku aku cepatkan dai
mengerang sampai aku sudha gak tahan aku gerakakan dengan cepat hingga berbunyi
plokk plokk plokk dan dari sodokan ke tiga aku merasakan cairan yang keluar
dari memek rafa mengguyur kontolku dengan deras , tubuh rafa pun seketika
melengking terngakat ke atas membuat tubuh dia bergetar. Karena sudah tak
berdaya aku hentikan perbuatan ini takut kalau rafa nanti jadi kapok, ku
bersihkan tempat tidurnya dan merapikan segalan kegiatanku bersama rafa, dan aku
pamit untuk keluar karena sudah dipanggil oleh atasan untuk membetulkan di
rumah lain ,
“rafa om tak pulang
dulu , ada kerjaan lagi soalnya “rafa pun mengiyakan dan aku pulang ke rumah.
Sungguh kenikmatan yang tak sempat aku bayangkan bisa memeperoleh memek gadis
yang masih sempit dan bau kencur.
Esok harinya aku mendapat telepon dari ibu Devi , aku takut
kalau Rafa memberitahu akan kajadian tersebut , aku angkat atau tidak ya
enaknya , sungguh kwatir dan kacau aku beranikan untuk menerima teleponnya “iya
bu Devi ada apa” tanyaku
“oya ini yang kemarin mas , terimakasih sudah membetulkan
progam televisiku, sekarng sudah normal kemarin penyebabny apa ya mas”
“itu bu Cuma kabel yang ada di parabolanya agak geser dan aku
sudah memperbaikinya”
“kalau gitu biayanya berapa mas”
“gak usah bu cuman kabel saja yang gak beres dan juga gak
berat kok”
“tapi kan itu semua pakai tenaga mas, nanti kalau mas gak mau
aku gak mau nyervis di tempatmu lagi lho, nanti siang ke rumah ibu ya aku
tunggu mas”
“iya bun anti aku kesana”
Kita janjian pukul 12 siang , tapi aku datangnya terlambat ke
rumahnya sampai ke rumahnya aku bertemu lagi denga Rafa gadis imut , “Lho om
terlambat barusan mamah pergi arisan tapi tadi ada pesan dari mamah ada titipan
katanya, masuk dulu om “ kata rafa. Saat aku masuk di dalam rupanya rafa sedang
belajar kelompok dengan temannya.
“kenalin ni om aku , kata rafa”
Kaget juga dia bilang kalau aku saudaranya , yaudah aku
salamin dengan senyumku kulihat wajahnya cantik cantik sekali diantaranya
namanya ada Nada , Dona, Mira mereka semua terlihat bahwa anak orang kaya semua
karena dari penampilannya dan bentuk tubuhnya juga terawat, kemudian aku juga
tak habis pikir tiba tiba tanganku di geret oleh rafa untuk menuju kekemarnya
setelah kami masuk ke dalam kamar dia mengunci pintu dan aku di dorong ke
ranjang sambil mencium diriku sambil berkata “om aku mau lagi kayak kemarin”,
walah apa lagi ini sudah di kasih uang dari ibunya aku disuruh memuaskan hasrat
gadis mungil ini, tak sanggup aku melonak aku bales dia dengan ciumanku.
Rafa yang masih menggunakan seragam sekolahnya membuat aku
bernafsu tinggi aku senderkan tubuh rafa di sampingku dan aku copot satu
persatu benik seragamnya terlihat toketnya yang masih terbungkus oleh Bh
membuat aku semakin gemas, aku ciumi dari leher sampai ke toketnya dan tanganku
menyingkapkan kakinya menyentuh gundukan memek yang membuat tanganku bergetar
saat meremasnya,
Jariku memainkan dan menjawil jawil celah lubangnya sedikit
demi sedikit memek basah karena tak tahan aku langsung mencopot celana dalamnya
dan ingin mengulang menghisap menjilati kemaluannya hmm bau khas kembali
tercium aku regangkan kakinya dan kepalaku masih di dalam rok nya ku jilati
bibir kemaluannya, tubu rafa menggelinjang mengorek ngorek kemaluannya sungguh
asik sekali, itilny yang menggemaskan aku mainkan , tubuh rafa sudah tak
terkontrol karena dia memegang dan meremas segala benda yang ada di sekitarnya.
Kontolku yang sudah mengeras akupun tak ingin menyia-nyiakan
kesempatan yang sangat langka ini. Benar-benar kunikmati tiap tahapan batangku
melesak ke dalam liang kemaluannya. Sedikit demi sedikit batang kemaluanku
kutekan ke bawah. Indah sekali menyaksikan perubahan wajah Rafa kala makin
dalam kemaluanku menelusuri liang kemaluannya. Akhirnya, “Bless..”Habis sudah
seluruh batang kemaluanku terbenam ke liang kenikmatannya.
Selanjutnya dengan lancar kutarik dan kubenamkan lagi. Makin
lama makin asyik saja. Memang luar biasa kemaluan Rafa, begitu lembut dan
mencengkeram. Ingin rasanya berlama-lama dalam liang kemaluannya. Semakin lama
semakin dahsyat aku menghujamkan batangku sampai Rafa menjerit tak kuasa
menahan kenikmatan yang menjajahnya. Hingga akhirnya Rafa berkelojotan sambil
meremas ganas rambutku.
Wajahnya tersapu warna merah seakan segenap pembuluh darahnya
menegang kencang, hingga mulutnya meneriakkan jeritan yang panjang. Kiranya
Rafa tengah mengalami puncak orgasme yang merasuki segenap ujung syarafnya.Menyaksikan
pemandangan seperti ini membuatku makin cepat mengayunkan batang kemaluanku.
Dan rasanya aku tak bisa menahan lebih lama lagi, lebih lama
lagi.., lebih lama lagi. Secepatnya kucabut batang kemaluanku dan segera
kuarahkan ke mulut Rafa. Rafa agak gugup menerima batang kemaluanku. Tapi
nalurinya bekerja dengan baik, mulutnya segera menganga dan langsung mengulum
batang kemaluanku.
Dan kala aku meledakkan lahar, lidahnya menjilati sekujur
batang kemaluanku. Tubuhku rasanya langsung luruh, tenagaku terkuras
habis-habisan. Beberapa kali batang kemaluanku mengejut dan mengeluarkan lahar.
Oh, my God..Keasyikanku berdua dengan Rafa membuat kami tidak merasakan jam
yang terus berjalan.
Tidak terasa hampir 3 jam kami meninggalkan teman-teman Rafa
di luar. Sekilas terdengar suara kasak-kusuk, seperti ada orang lagi mengintip
perbuatan kami. Tapi saking asyiknya menikmati tubuh Rafa, aku jadi tak
mempedulikannya. Kulirik Rafa masih tergolek tanpa penutup apa-apa dengan tubuh
terlentang kelelahan.
Wajahnya yang terlihat polos sangat indah dengan paduan tubuh
kecil yang mulus. Kakinya masih membuka lebar, seperti sengaja memamerkan
keindahan lekukan di selangkangannya. Gundukan kemaluannya memang belum berbulu
sehingga jelas kelihatan bibir kemaluannya yang merah muda.“Raf, teman-temanmu
kelihatannya lagi pada ngintip lho.” kataku berbisik di telinganya.
“Hehh..?” jawabnya sambil segera menutupi tubuhnya dengan
selimut.
“Teman-temanmu..” sekali lagi aku meyakinkannya sambil
menunjuk ke pintu.
“Wwaduhh, gimana nich.. Om.”“Tenang aja, cepat pakai baju
lagi dan seakan-akan nggak ada apa-apa, okey?”
“Tapi Rafa jadi malu sama mereka dong,” katanya manja dan
wajahnya berubah merah sekali.“Sudah dech jangan dipikirin, anggap aja kita
nggak tahu kalau mereka pada ngintip.”Akhirnya kami keluar kamar juga, dan
teman-teman Rafa kelihatan sekali pura-pura sibuk mengerjakan soal-soal.
Terlebih wajah mereka bertiga tersapu rona merah, dan tampak
menahan senyum. Wah agak grogi juga aku untuk menyapa mereka. Sekali lagi aku
tertolong oleh usiaku yang jauh di atas mereka. Kata orang langkah awal memang
sulit untuk dilakukan.“Hallo, belum selesai nich soal-soalnya?” kata awal yang
akhirnya meluncur juga.
“Iya Omm..” seperti koor mereka menjawab serentak. Dan makin
memperlihatkan kegugupan mereka.Boleh juga nich. Dan ide-ide cemerlang pun
segera bermunculan, barangkali tidak terpikirkan oleh seorang Einstein.
“Sebaiknya istirahat dulu biar fresh pikiran kita, jadi nanti
kita akan dengan mudah mengerjakan soal-soal rumit kayak gitu,” Saranku
menirukan seorang psikiater. Sebab menurut hematku mereka pasti juga turut
terangsang mengintip perbuatan kami. Dengan kata lain mereka menyetujui
perbuatan itu, kalau nggak setuju yach jelas nggak mau ngintip.
Jadi kesimpulannya kalau mereka mau mengintip berarti juga
mau untuk berbuat seperti itu.“Begini, Om tahu kalau kalian tadi ngintip Om di
kamar. Tapi kalian tidak perlu kuatir sama Om.
Om nggak marah kok. Malah senang bisa memberi kalian
pelajaran baru. Tapi Om juga kepingin lihat kalian telanjang juga dong, biar
adil namanya. Iya, nggak.?”Seketika wajah mereka bertambah merah padam, antara
malu dan takut.
“Maaf Om, tadi kami tidak sengaja mengintip.” kata Nada
ketakutan sambil merapatkan pahanya.“Baiklah kalau begitu Om tidak mau memaksa
kalian, Om juga sayang sama kalian. Kalian semua cantik-cantik. Sekarang
daripada kalian ngintip, Om nggak keberatan untuk nunjukin burung om.
Lihat yach dan kalian semua harus memegangnya. Yang nggak mau
megang nanti Om telanjangin!” Suaraku bertambah nada ancaman. Dan aku pun
segera membuka reitsleting celana sekaligus memelorotkannya berikut celana
dalam, hingga burungku yang ngaceng melihat kepolosan mereka langsung nyelonong
keluar.
Serempak Nada, Dona, dan mira menutup wajah mereka. Aku acuh
saja mendekati mereka satu persatu dan menarik tangannya untuk memegang
burungku. Mulanya tangan mereka kaku sekali tapi jadi mengendur kala menempel
burungku.Rafa yang sedari tadi hanya menonton langsung memprotes kelakuanku.
“Sudahlah Om jangan begitu, lebih baik kita semua telanjang
bersama saja, itu memang yang paling adil. Lagian kita juga sudah biasa mandi
bersama kok, iya khan teman-teman.”Nada, Dona, dan Mira diam saja tampak
malu-malu mempertimbangkan tawaran Rafa.
“Baiklah karena diam berarti kalian setuju. Ayo dong Lin,
biasanya kamu yang paling suka membukakan bajuku.” Kata Rafa sambil menghampiri
lalu merangkul Dona.“Iya dech saya setuju, tapi asal yang lain juga setuju lho.
” Dona mengumpan lampu kuning.“Oke, Saya juga setuju agar
konsekuen dengan perbuatan kita.”
Mira menimpalinya.“Demi kalian aku juga
boleh-boleh saja.” Akhirnya Nada juga memberi keputusan yang melegakan hatiku.
“Nach begitu baru kompak namanya. Yuk kita bareng-bareng ke
kamar aja..” Sahut Rafa.Jantungku bergerak kencang sekali, membuat langkahku
limbung. Di depanku berjalan 4 cewek imut-imut alias ABG, Rafa dan ketiga
temannya, Nada, Dona, dan Mira, menuju kamar Rafa. Mulanya bingung harus
bagaimana, tapi situasi yang memaksaku berbuat spontan saja. Mereka semua
kusuruh duduk berjejer di tepi ranjang.
“Begini, kalian semua nggak perlu takut sama Om. Om nggak
mungkin menyakiti kalian, kita sekarang akan bermain dalam dunia yang baru, yang
belum pernah kalian rasakan. Kalian tak perlu malu, kalian tinggal menuruti apa
saja yang Om perintahkan. Sekali lagi rileks saja, anggaplah kita sedang
menjalani pengalaman yang luar biasa.
”Banyak sekali sambutan pembukaan yang keluar begitu saja
dari mulutku, untuk meyakinkan mereka dan agar nanti tidak kacau. Akhirnya
mereka menganggukkan kepala satu persatu sebagai tanda setuju. Di wajah mereka
mulai muncul senyum-senyum kecil, tetapi jelas tak bisa menyembunyikan rasa
malunya. Wajah mereka memerah kala aku mengucapkan kata-kata yang berbau
gituan.Singkat kata kusuruh mereka semua berdiri berhadapan, berpasangan.
Rafa memilih Nada sebagai pasangannya, sedang Dona dengan
Mira. Padahal batang kejantananku sudah gemetaran ingin segera melabrak mereka,
tetapi nalarku yang melarangnya.“Sekarang kalian coba saling membukakan baju
pasangan kalian sampai tinggal BH dan celana dalam saja. Biar nanti sisanya Om
yang bukain.
”Mulanya mereka ragu bergerak, untunglah ada Rafa yang
berpengalaman dan Mira yang agresif sekaligus paling cantik dan menggiurkan.
Mira memang lebih menonjol dari semuanya, badannya yang bagus tergambar dalam
baju tipisnya, hingga BH-nya menerawang membentuk gundukan yang sempurna. Rafa
dan Mira tampak tertawa kecil membuka kancing baju temannya yang tak bisa
mengelak lagi.
Dan tentu saja Nada membalas perbuatan Rafa, demikian pula
Dona. Wah, tak kusangka jadi meriah sekali persis seperti lomba makan krupuk.
Hatiku bersorak girang melihat mereka saling berebut melepas baju pasangannya.
Sementara itu otakku terus berputar mencari solusi terbaik untuk step
berikutnya, selalu saja setiap cara ada kemungkinan terjadi penolakan.
Sebaiknya harus selembut mungkin tindakanku.Pasangan Rafa dan
Nada kelihatan kompak, hingga tak banyak waktu mereka berdua telah telanjang,
hanya BH dan celana dalam saja yang menempel di badannya. Untuk Rafa tak perlu
kuceritakan lagi, lagian para pembaca juga sudah pernah ikut menikmati
keindahan tubuhnya pada episode yang lalu. Sedang Nada yang berbadan putih
mulus masih malu-malu saja, sambil menutupi selangkangannya dengan tangan kanan
ikut menonton Mira dan Dona yang belum selesai.
Sementara itu, Mira dan Dona sampai bergulingan di lantai.
Kelihatannya Dona menolak dibuka rok bawahnya, tapi Mira tetap ngotot
menelanjanginya. Rafa dan Nada turut tertawa menonton pergulatan seru itu. Dan
karena gemas melihat Mira kewalahan atas pemberontakan Dona, Rafa dan Nada
segera bergerak membantu Mira dengan memegangi kaki Dona yang tengah
menendang-nendang. Secepat kilat Mira memelorotkan rok bawah Dona sampai
terlepas.
“Heehh.. kalian curangg.. Nggak mau, Dona nggak mau sama
kalian lagi..” Dona berteriak dengan sengit dan seperti mau menangis.
“Tenang Dona, kita kan lagi bersenang-senang sekarang, dan
lagi kenapa kamu mesti seperti itu.
Bukankah kamu sendiri tadi sudah ikut setuju. Dari tadi kan
Om nggak memaksa kamu. Yang penting kita tidak akan menceritakan kejadian ini
pada siapa pun. Hanya kita-kita saja yang tahu. Kalau kamu malu itu salah.
Percaya deh sama Om.”Untunglah saranku kelihatannya dapat
diterima, apalagi melihat Mira segera membuka bajunya sendiri yang kusut
sekali. Satu persatu kancing bajunya dibuka, dan sekali merosot sekujur
keindahan tubuhnya terpampang.
Tak kusangka Mira terus melepas BH-nya, kemudian membungkuk dan
melepas celana dalamnya. Seketika jantungku berhenti berdetak, seluruh susunan
syarafku mengeras, sampai dada ini seperti mau meledak.
Sebuah pemandangan yang menakjubkan terpampang begitu saja di
depanku.“Luar biasa.. Hebat.. Nah dengan begini berarti Dona nggak boleh
ngambek lagi lho. Lihat Mira telah membayar kontan. Yuk kalian semua sekarang
duduk lagi di ranjang sini.”
Segera mereka sekali lagi menuruti perintahku. Aneh memang,
selama ini aku nggak pernah kenal sama ilmu-ilmu gaib seperti di Mak Lampir,
tetapi kenyataannya kok bisa mereka begitu saja patuh padaku.
“Nah sekarang kalian semua berbaring,” Mereka patuh lagi.
Dengan kaki terjuntai di lantai mereka semua membaringkan tubuhnya.“Sekarang
kalian diam saja, Om akan memberi sesuatu pengalaman baru seperti yang kalian
tonton waktu Om sama Rafa.
Kalian tinggal menikmati saja sambil menutup mata kalian biar
lebih konsentrasi.” Sengaja aku menjatuhkan pilihan pertama pada
Dona.Perlahan-lahan kubuka celana dalamnya, kakinya agak menegang. Sedikit demi
sedikit terus kutarik ke bawah. Segundukan daging mulai terlihat. Detak
jantungku kembali berdegup cepat. Dan lepaslah celana dalamnya tanpa perlawanan
lagi. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai
tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilatan di depanku.
Sedikit kurentang kedua kakinya hingga terlihat sebuah celah
kecil di balik bukit itu. Lalu dengan kedua jempol kubuka sedikit celah itu
hingga terlihat semua isinya. Aku sampai menelan air liurku sendiri demi
melihat liang kewanitaan Dona. Kudekatkan kepalaku agar pemandangannya lebih
jelas. Dan memang indah sekali.
Aku tak bisa menahan lagi, segera kudekatkan mulutku dan
kulumat dengan bibir dan lidahku. Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian
liang kewanitaan Dona, rasanya tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan. Dan
tiap lidahku menekan keras ke bagian yang menonjol di pangkal liang
kewanitaannya, Dona mendesis kegelian. Kombinasi lidah dan bibir kubuat
harmonis sekali. Beberapa kali Dona mengejangkan kakinya.
Aku tak peduli akan semerbak bau yang khas memenuhi seputar
mulutku. Malah membuat lidahku bergerak makin gila. Kutekankan lidahku ke
lubang liang kewanitaan Dona yang sedikit terbuka. Rasanya ingin masuk lebih
dalam lagi tapi tak bisa, mungkin karena kurang keras lidahku.
Hal ini membuat Dona beberapa kali mengerang
keenakan.“Aduhh.. Omm.. enakk sekali.. teruss Omm.. ohh..” Mulut Dona
mendesis-desis keenakan.
Dan setiap lidahku menerjang liang kewanitaannya, Dona
menghentakkan pinggulnya ke atas, seakan ingin menenggelamkan lidahku ke dalam
liang kewanitaannya. Banyak sekali cairan kental mengalir dari liang
kewanitaannya, dan seperti kelaparan aku menelan habis-habisan.
Persis seperti orang sedang berciuman, cuma bedanya bibirku
kali ini mengunyah bibir liang kewanitaan Dona hingga mulutku berlepotan
lendir.Ita yang berbaring di sebelah Dona tampak gelisah, beberapa kali kulihat
dia merapat-rapatkan pahanya sendiri.
Rupanya dia ikut hanyut melihat permainanku. Diantara mereka
berempat, dia memang yang tercantik. Karena itulah mungkin yang membuatnya
sedikit genit, lebih matang, dan lebih ‘berbulu’. Hebat nian, anak SMP liang
kewanitaannya sudah selebat itu. Sambil mulutku bermain di liang kewanitaan
Dona, sedari tadi mataku terus memperhatikan liang kewanitaan Mira. Beberapa
kali tanganku ingin meremasnya tapi kuatir kelakuanku bisa mengecewakan Dona.
Habis kalau dia ngambek bisa berantakan. Sebagai
kompensasinya tanganku meremasi kedua payudara Dona yang kecil dan nyaris rata
dengan dada. Putingnya yang lembut kugosok-gosok dan kupencet.“Lin, udah dulu
yahh, nanti lain kali Om lanjutin lagi, yahh.” kataku sambil megecup bibirnya.
Yang diajak ngomong tidak menjawab, cuma wajahnya jadi merah seperti kepiting
rebus. Sekali lagi kukecup di keningnya.Segera aku bergeser ke sebelah dan
langsung menindih tubuh Mira.
Mira yang cantik. Mira yang seksi. Walau tengah terlentang,
payudaranya tetap tegak ke atas dan diperindah dengan puting yang besar.
Kudekatkan bibirku ke bibirnya, langsung menghindar. Barangkali tak tahan
mencium aroma liang kewanitaan Dona.
Wajarlah, memang mulutku seperti habis makan jengkol. Segera
kuturunkan mulutku ke lehernya, kucumbui semesra mungkin. Mira kegelian. Lalu
turun lagi. Sambil kuremasi, payudaranya segera masuk ke mulutku. Kuhisap dan
kujilati putingnya. Karuan saja Mira meronta-ronta.
Entah kegelian apa keenakan, aku tak peduli. Bergantian kedua
payudaranya kujilati semua permukaannya. Nafsuku rasanya sudah di ujung
ubun-ubun. Batang kejantananku telah mendongak perkasa sekali, beberapa kali
berdenyut minta perhatian. Kalau saja memungkinkan ingin rasanya segera
kumasukkan ke liang kewanitaan Mira. Sekali lagi nalarku terkontrol, karena
memang aku sudah berjanji pada mereka.
Tidak ada liang kewanitaan yang kumasuki batang kejantanan.
Lagian memang aku benar-benar ingin semuanya berjalan mulus sesuai rencana.
Coba kalau tiba-tiba ada yang menangis karena menyesal memberikan perawan
mereka begitu saja padaku.
Nggaklah.Kaki Mira kurenggangkan sedikit. Bukit Berbunganya
indah sekali. Yang namanya labia mayora sebetulnya nggak karuan bentuknya tapi
selalu memancarkan keajaiban magnetis bagi setiap pria yang memandangnya.
Barangkali kalau aku yang bikin daftar keajaiban dunia, Labia
Mayora menempati urutan teratas. Siapa setuju kirim email, nanti kubawa berkas
dukungannya ke Majelis liang kewanitaan Nasional.Singkat kata segera mulutku
kembali beroperasi di wilayah ajaib itu.
Pelan-pelan kutarik dengan bibirku kedua labia mayora
kepunyaan Mira secara bergantian. Kemudian, lidahku mencongkel keras ke pangkal
pertemuan pasangan labia itu, dan berputar-putar di tonjolan daging kecilnya
yang konon paling rawan sentuhan. Memang luar biasa efek sampingnya, seketika
sekujur tubuh Mira bergoncang.
Makin keras goncangannya, makin gila pula lidahku berayun-ayun.
Aroma yang khas muncul lagi seiring mengalirnya lendir encer. Harta terpendam
inilah yang kucari. Lidahku terus menyongsong ke dalam liang kewanitaan
Mira.Mira yang meronta-ronta menahan gejolak penjarahan liang kewanitaannya,
berinisiatif mengambil bantal dan meletakkan di bawah pantatnya.
Aku sampai heran perawan kecil ini kok sudah punya insting
yang baik. Sambil kedua kakinya nangkring di pundakku, Mira membiarkan aku
dengan leluasa menjelajahi seisi liang kewanitaannya. Kali ini lidahku berhasil
masuk semua ke dalam liang kewanitaan, enak sekali.
Aku sudah tidak tahan lagi, segera tangan kananku mengocok
batang kejantananku sambil segera berpindah ke sebelah lagi. Kali ini giliran
Nada yang kelihatannya berdebar-debar menunggu giliran. Itu terlihat dari
gerakan matanya yang gelisah.
Tanpa basa-basi lagi kuraih sebuah bantal dan kuletakkan di
bawah pantatnya, dan kurentangkan kedua kakinya menjepit badanku yang berlutut
di lantai. Liang kewanitaannya merekah persis di depan hidungku. Sambil terus
mengocok batang kejantanan, segera lidahku menerobos ke lubang senggamanya.
Nada sempat berontak. Duilah aku sampai kesurupan, lupa sama
teman bermain yang masih yunior. Oke, sofly and gently again maunya.Sambil
menahan nafas yang sebetulnya sudah ngos-ngosan (nggak sempat minum extra joss)
kucumbui liang kewanitaan Nada. Liang kewanitaan yang satu ini agak gemuk dan
berbulu walau tak selebat milik Mira.
Masing masing memiliki yang special sendirinya , baud an
aromanya juga berbeda dari memeknya, itilnya aku mainkan dengan perlahan lahan
, erangan nada kadang tak terdengar begitu jelas tapi desisannya membuat aku
semakin bernafsu, Pantat Nada yang padat dan besar membuat lubang anusnya ikut
terbuka waktu diganjal bantal. Tanpa rasa jijik sedikitpun kujilat-jilat
anusnya. Nada makin mengaduh keenakan apalagi kala lidahku mencoba menerobos
masuk ke anusnya. Nada pun menunjukkan kerja sama yang baik dengan mengangkat
pinggulnya. Aku pun turut meningkatkan speed game-nya. Agak capai juga berlutut
terus, aku naik ke atas dan menindih tubuh Nada.
Toketnya pun aku jilati dan aku srurup seperti minum es tehh
walaupun ukurannya kalah dengan Mira tapi sungguh indah bisa memegang gundukan
toket gadis seperti ini, tanganku semakin aku percepat untuk mengocok kontolku
dan aku tak bisa menahan dan keluarlah semburan lahar panas dari kontolku aku
cium mulut nada yang menggemaskan , nada pun juga memberi perlawanan melumat
lidah dan mulutku, sesudah itu mereka kembali lagi ke ruang tengah dan kami
ngobrol ngobrol sebentar hingga akhirnya mereka pamit pulang , tapi aku dan
rafa masih melanjutkan ngentot sebelum mamahnya pulang ke rumah kira kira satu
jamman, setelah kami selesai bercinta sambil menunggu mamahnya Rafa pulang aku
pura pura untuk mengecek parabola dan antenna lagi sambil melirik ke mata Rafa.
Begitulah sedikit cerita dari aku yang bisa menikmati memek
gadis gadis belia. terimakasih
No comments:
Post a Comment