DEWALOTTO

DEWALOTTO
Tersedia 6 Bank BCA, BNI, MANDIRI, BRI, DANAMON dan NIAGA ™DAFTAR™ Klik Gambar Diatas*****

Sunday, 30 April 2017

Certa Sex - Tante Dasha Rupanya Lesbi..

Aku suka menulis cerita sex tentang sesama jenis dimana kisah percintaanku yang kutulis ini buka yang pertama kali, aku suka berpetualang cinta kali ini aku akan menceritakan kisah seksku yang pertama dengan teman ibuku , kejadian ini tidak aku sangka diman aku baru saja masuk kelas 1 SMU dan saat itu aku tinggal di Yogya.


Ibuku mempunyai teman namanya Ibu Dasha aku sering memanggilnya dengan tante Dasha hubungan kami sungguh sangat dekat aku anggap sudah sebagai saudara sendiri di rumahku.tante Dasha mempunyai wajah yang cantik wajahnya lebih muda ketimbang ibuku memang karena usianya juga cukup jauh. Usia Tante Dasha ketika itu sekitar 28 tahun. Selain cantik, Tante Dasha memiliki tubuh yang langsing, namun padat dan seksi.

Kejadian ini bermula ketika liburan semester, waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara.

Karena aku dan Tante Dasha cukup dekat maka aku minta kepada ibuku untuk menginap saja di rumah Tante Dasha yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Dan kebetulan suami Tante Dasha juga sedang di luar kota, karena memang suaminya sering sekali ditugaskan ke luar kota, sehingga Tante Dasha sering sendirian di rumah.

Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria atau shopping berdua dengan Tante Dasha, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma atau monopoli, karena memang Tante Dasha orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja.

Ketika suatu hari, sehabis makan siang, tiba-tiba Tante Dasha berkata kepadaku,

“Sar.. kita main dokter-dokteran yuk.. sekalian Sari Tante periksa beneran, mumpung gratis..”

Memang kata Ibuku, dahulu Tante Dasha pernah kuliah di fakultas kedokteran namun putus di tengah jalan karena menikah.

“Ayoo..” sambutku dengan senang hati.

Kemudian Tante Dasha mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.

“Nah Sar, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang,” bisik Tante Dasha.

“Baik Tante,” kataku,

lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.

Namun Tante Dasha bilang,

“Lho.. BH-nya sekalian dibuka dong, biar Tante gampang meriksanya..”

Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.

“Wah.. kamu memang benar-benar cantik Sar..” kata Tante Dasha.

Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu.

Setelah terlentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Tante Dasha mulai memeriksaku. Mula-mula di tempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin.., lalu Tante Dasha menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Tante Dasha mencopot stetoskopnya.

Kemudian Tante Dasha tersenyum kepadaku, sambil tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut,

“Waah.. kulit kamu halus ya, Sar.. Kamu pasti rajin merawatnya,” katanya.

Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Tante Dasha. Kemudian usapan Tante Dasha bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Tante Dasha merayap mengusap perutku.

Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Tante Dasha benar- benar terasa lembut, dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding dibuatnya.

Lalu Tante Dasha menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih.. baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut dan geli, bercampur menjadi satu.

Namun tidak lama kemudian, Tante Dasha menghentikan usapannya. Dan aku kira.. yah, hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Tante Dasha bergerak ke arah kakiku.

“Nah.. sekarang Tante periksa bagian bawah yah..” katanya.

Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja.

Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Tante Dasha menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati,

” Ih.. Tante, kok celana dalam Sari dibuka..?” kataku dengan gugup.

“Lho.. khan mau diperiksa.. pokoknya Sari tenang aja..” katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Tante Dasha penuh dengan maksud tersembunyi.

Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah celana dalamku diloloskan oleh Tante Dasha, Tante Dasha duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Tante Dasha tak berkedip menatap liang kewanitaanku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis.

Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Tante Dasha mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hii.. aku jadi merinding rasanya.

“Tante..” suaraku lirih.

“Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa enak..” katanya sambil tersenyum.

Tante Dasha lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya. Kemudian, dengan jari telunjuknya yang lentik, Tante Dasha menggesekkannya ke bibir kemaluanku dari bawah ke atas,

“Aaahh.. Tantee..” jeritku lirih.

“Ssstt.. hmm.. enak kan..?” katanya.

Mana mampu aku menjawab, malahan Tante Dasha mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin nggak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, mengeliat-ngeliat kesana-kemari.

“Ssstthh.. aahh.. Tante.. aahh..” eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit.

Liang kewanitaanku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar terangsang sekali.

Setelah Tante Dasha merasa puas dengan permainan jarinya, Tante Dasha menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku, aku yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah.

Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli-geli, lembut dan basah. Namun Tante Dasha bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya.

Hii.. rasanya jadi makin geli apalagi ketika lidah Tante Dasha memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Tante Dasha saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.

Kemudian Tante Dasha mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah apa lagi pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh.. gila.. Tante Dasha menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Tante Dasha.

Lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Tante Dasha mulai menjilati bibir kemaluanku.

“Aaa.. Tantee..!” aku menjerit, walaupun lidah Tante Dasha terasa lembut, namun jilatan Tante Dasha itu terasa menyengat liang kewanitaanku dan menjalar ke seluruh tubuhku,

Namun Tante Dasha justru menjilati habis-habisan bibir kemaluanku, lalu lidahnya masuk ke dalam liang kewanitaanku dan menari-nari di dalam liang kewanitaanku.

Lidah Tante Dasha mengait-ngait kesana-kemari menjilat-jilat seluruh dinding kemaluanku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, menjerit-jerit tidak karuan,

“Aaahh.. Tantee.. aa.. auu.. aahh..!”

Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana-kemari merasakan kegelian bercampur dengan kenikmatan yang amat sangat. Namun Tante Dasha dengan kuat memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana-kemari, namun Tante Dasha tetap mendapatkan yang diinginkannya.

Jilatan-jilatan Tante Dasha benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan, liang kewanitaanku sudah benar-benar banjir dibuatnya, membuat Tante Dasha menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot liang kewanitaanku.

Cairan lendir liang kewanitaanku bahkan disedot Tante Dasha habis-habisan. Sedotan Tante Dasha di liang kewanitaanku sangat kuat, membuatku jadi samakin kelonjotan.

Kemudian Tante Dasha sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir kemaluanku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Tante Dasha, rupanya Tante Dasha mengincar klitorisku. Tante Dasha menjulurkan lidahnya, lalu dijilatnya klitorisku,

“Aaahh..” tentu saja aku menjerit keras sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku.

Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai menggangkat pantatku. Tante Dasha malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati klitorisku sambil dihisap-hisapnya,

“Aaa.. aauuhh.. aahh..!” jeritku semakin menggila.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang amat sangat, yang ingin keluar dari dalam liang kewanitaanku, seperti mau kencing, dan aku tak kuat menahannya, namun Tante Dasha yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot klitorisku dengan kuatnya sehingga,

“Tantee.. aahh..!” tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Tante Dasha dengan kedua pahaku di selangkanganku.

Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan liang kewanitaanku, banyak sekali dan tampaknya Tante Dasha tidak menyia- nyiakannya, disedotnya liang kewanitaanku, dihisapnya seluruh cairan yang keluar dari liang kewanitaanku. Tulang-tulangku terasa lolos, lalu tubuhku terasa lemas sekali.

Tante Dasha kemudian memelukku, lalu mengecup bibirku.

“Gimana Sar.. enak khan..?”

Namun aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku tidak percaya bisa diperlakukan begini oleh Tante Dasha, dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Tante Dasha tampak begitu cantik dan anggun. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Tante Dasha.

Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang, perasaan-perasan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Tante Dasha telah berupaya menenangkanku dengan lembut.

Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi, abisnya kalau diingat-ingat sebenarnya enak sich hi.hi.hi.. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Tante Dasha,

Tentu saja aku malu mengatakannya, aku hanya pura-pura ngobrol kesana-kemari, sampai akhirnya Tante Dasha menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu.


Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertamakali aku merasakan yang namanya seks. Setelah pengalamanku dengan Tante Dasha itu barulah aku mulai bertualang dimana akhirnya aku mau mencoba bercinta dengan lain jenis.

Friday, 28 April 2017

Certa Sex - Kuambil Selaput Daramu Kasih..


Aku sekarang kuliah di universitas negeri Bandung, dan aku punya kenalan yang bernama Rika teman kuliahku tipe dia pendiam tidak banyak omong tapi kalau sudah kenal orangnya supel seperti yang kau rasakan sekarang menjadi temannya, dengan jilbab yang menghias wajahnya semakin manis dan body montoknya. Pernah sekali aku melihat dia memakai baju biasa tanpa jilbab, waktu aku main ke kostnya. wow, ternyata Rika sangat sexy.

cerita sex Jilbab, cerita Jilbab terbaru, cerita Jilbab ngentot, kumpulan cerita Jilbab ngentot, cerita hot ngentot, cerita nyata Jilbab ngentot, koleksi cerita Jilbab ngentot, kumpulan cerita ngentot terbaru

Namun pemandangan itu hanya sebentar saja, karena dia cepat-cepat mengganti baju tidurnya dengan pakaian jilbabnya. Hal itu mengingatkan aku akan kakakku dan semakin membuatku ingin menjamah tubuhnya. Namun selalu saja dia bisa menolak. Paling-paling, kami hanya berciuman, namun tidak pernah lebih dari itu.

Siang itu Rika kuajak jalan-jalan, hutan wisata yang ada di sebelah Utara kota B. Setelah parkir, akupun mencari tempat yang nyaman untuk ngobrol dan strategis buat pacaran. Begitu dapat, kami pun asyik ngobrol ngalor ngidul.

Tak sengaja, tanganku asyik mengelus-elus jemarinya di atas pahanya. Rikapun menatapku dengan sayu. Segera kucium bibirnya yang mungil. Rika pun menyambut dengan antusias.

Lidahnya dengan lincah memilin lidahku hingga membuatku tersengal-sengal. Kudekap erat tubuhnya, sambil tangan kananku mencoba meremas remas pantatnya yang bahenol dan dia tidak menolaknya.

Tubuhnya pun bergetar hebat. Pelahan tanganku merayap menyingkapkan rok panjangnya dan mengusap pahanya yang ternyata sangat mulus sekali ketelusupkan jemariku ke dalam celana dalamnya.

“Mas, jangan ahhh, malu dilihat orang” katanya sembari mencoba mencegah tanganku beraksi lebih lanjut.

“Pindah tempat yuk, yang lebih aman,” ajakku sambil terus mencoba meremas payudaranya.

Rika langsung menggelinjang.

Terasa buah dadanya yang ranum mulai mengeras, tanda bahwa Rika mulai terangsang hebat. Matanya yang sayu jadi tampak mesum, tanda Rika dilanda rangsangan berahi yang amat dahsyat. Kamipun segera berbenah diri, membetulkan pakaian yang sempat berantakan.

Kami pun segera pulang dan ku ajak Rika ke rumah kontrakanku, karena aku di kota B mengontrak rumah mungil dan tinggal sendirian. Saat itu, hari sudah gelap.

Sebenarnya aku sudah nggak tahan lagi ingin mencium dia lagi, dan tahu sendirilah selanjutnya. Tapi gimana lagi, lha wong Rika hanya diam terpaku. Aku jadi malah takut, jangan-jangan dia menyesal telah mau kuajak nginap di rumahku.

“Em, lagi mikirin apa? Kok termangu-mangu ?” tanyaku sambil menghampirinya.

Rika hanya memandangku sekilas.

“Sudahlah, tiduran saja di kasur, aku nanti biar tidur di sofa. Aku janji nggak akan menyentuhmu kecuali kalu Rika pengen,” kataku lagi sambil menuju sofa.

Tiba-tiba Rika menangis dan kuberanikan diriku untuk memeluknya dan menenangkannya, Rika tak menolaknya. Setelah agak tenang kubisiki dia bahwa dia tampak cantik malam ini apalagi dia mengenakan jilbab yang aku sangat suka akan wanita yang mengenakan jilbab.

Rika tersenyum dan menatapku dalam, lalu memejamkan matanya. Kucium bibirnya, hangat, dia menerimanya. Kucium dia dengan lebih galak dan dia membalasnya, lalu tangannya merangkul pundakku. Kami berciuman dengan penuh nafsu.

Kusibakkan jilbabnya yang menutupi lehernya lalu aku turun ke lehernya, Rikapun mendesah

“aaaahh.” Mendengar itu kuberanikan meremas payudaranya yang montok.

Rika mendesah lagi, dan menjambak rambutku. Setelah beberapa saat kulepaskan dia. Rika sudah terangsang, kuangkat baju panjangnya, tampaklah bra hitamnya yang sangat kusukai, kumulai meremas payudara yang masih terbungkus branya, diapun melenguh terangsang.

Lalu mulai kusingkap bra hitamnya ke atas tampaklah gunung kembar yang pas dalam genggaman tanganku, dengan punting merah-coklat cerah yang telah mengeras. Kubasahi telunjukku dan mengelusnya, Rika hanya memjamkan matanya dan menggigit bibirnya.

Kulanjutkan menyingkap rok panjangnya, dia memakai CD warna hitam berenda transparan sehingga tampak sebagian rambut kemaluannya yang lembab. Sengaja aku tidak melepas jilbabnya dan pakainya, karena Rika tampak lebih sexy dengan hanya memakai jilbab dan pakaian yang tersingkap.

Kumulai menurunkan CD hitamnta dan WOW, ternyata jembutnya tidak terlalu lebat dan rapi, rambut di sekitas bibir kemaluannya bersih, hanya di bagian atasnya. Dan kemaluannya tampak kencang dengan clitoris yang cukup besar dan mulai basah.

“Kamu rajin mencukur ya,” tanyaku.

Dengan wajah memerah dia mengiyakan. Kupangku dia dan mulai menciuminya lagi, dan sapuan lidahku mulai kukonsentrasikan di puntingnya, kujilati, kutekan bahkan kugigit kecil dengan gigiku, Rika menggelinjang keasyikan, dan mendesah-desah merasakan rangsangan kenikmatan.

Tangan kananku mulai memainkan clit-nya, ternyata sudah banjir, kugesek klitorisnya dengan jari tengahku, perlahan-lahan, desahan dan lenguhan makin sering kudengar.

Seirama dengan sapuan lidahku di puntingnya, Rika makin terangsang, dia bahkan menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke payudaranya,

“Mas, enakh… banget…enakh…” Desahannya dan lenguhannya.

Kira-kira 5 menit dari kumulai, badannya mulai mengejang dan

“Mas… Rika… mo… keluaaaarrr!” Sambil berteriak Rika orgasme, denyutan kemaluannya kurasakan di tangan kananku. Rika kemudian berdiri.

“Sekarang giliranmu,” katanya.

Celanaku langsung dilucutinya dan akupun disuruhnya berbaring. Salah satu tangannya memegang kemaluanku dan yang lain memegang zakarnya, dia mengelusnya dengan lembut

“mmmmhhh…,” desahku.

“Enak ya, Mas.”

Akupun mengangguk.

Rika mulai menciumi kemaluanku dan mengelus zakarnya, dan mengemutnya dan mengocoknya dengan mulutnya. Terasa jutaan arus listrik mengalir ke tubuhku, kocokannya sungguh nikmat. Aku heran, sejak kapan dia belajar mengulum dan mengocok kemaluan lelaki. Nampak dia sudah sangat mahir dalam urusan kocok mengocok kemaluan laki-laki.

“Belajar darimana Rik, kok lincah banget?, tanyaku.

“Hmmm, aku pernah liat BF bareng teman-teman di kostku. Kayaknya enak banget, dan ternyata memang benar,” jawab Rika sambil terus mengulum kemaluanku.

Rika tampak sexy dengan jilbab yang masih terpasang diwajahnya, namun payudaraya keluar karena kaosnya terangkat keatas. Bibirnya yang mungil sibuk melumat habis kemaluanku.

Kupegang kepalanya, kuikuti naik turunnya, sesekali kutekan kepalanya saat turun. Sesaat kemudian dia berhenti.

“Mas, kont0lmu lumayan besar dan panjang yach, keras lagi, aku makin terangsang nich.”

Aku hanya tersenyum, lalu kuajak dia main 69, dia mau. Kemaluananya yang banjir itu tepat diwajahku, merah dan kencang, sedang Rika masih asyik mengocok kemaluanku. Saat itu aku baru menikmati lagi kemaluan seorang wanita, setelah kakakku menikah.

Aku mulai menjilati kemaluannya, harum sekali bau sabun dan bau cairan kewanitaanya, dan clitorisnya sampai memerah dan kuhisap cairan yang sudah keluar, tiba tiba dia berteriak saat kuhisap kemaluanya keras-keras.

“Masss… I lovvve ittt, babbyy”, dia menjerit dan aku tahu kalau dia lagi klimaks karena kenaluanya sedang kujilat dan saat itulah aku rasakan cairan wanita lagi selain punya kakakku dulu yang asam-asam pahit tapi nikmat.

Setelah dia klimaks, dia bilang dia capai tapi aku nggak peduli karena aku belum keluar dan aku bilang ke dia kalau aku belum puas, saat itulah permainan dilanjutkan.

Dia mulai melakukan gaya anjing dan aku mulai memasukkan kont0lku ke sela-sela pahanya yang menggiurkan dan aku tarik dorong selama beberapa lama. Baru dijepit pahanya saja, rasanya sudah di awang-awang. Apalagi kalau kemaluanku bisa masuk ke kemaluanya.

Beberapa lama kemudian, aku bosan dengan gaya itu, dan kusuruh dia untuk berada di bawahku. Rika memandangku dengan sayu. Segera kukulum puting payudaranya yang tampak mengeras itu, kontan dia melenguh hebat.

Ternyata puting payudaranya merupakan titik rangsangnya. Dengan diam-diam aku mulai menempelkan kemaluanku ke dalam kemaluanya yang ternyata sudah basah lagi. Kugesek gesek dan ku tekan tekan kemaluanku ke kemaluannya karena aku tidak mau mngambil keperawanannya, karena aku sangat mencintai dan menyayanginya.

Saat aku berada di atas Rika, kujilati payudaranya yang memerah dan dia menjerit perlahan dan mendesah-desah di telingaku dan membuatku tambah bernafsu dan tanpa pikir panjang-panjang lagi, aku mulai menekannya dengan nafsu dan

“Mass… aku mauuu keluaarrr” dan aku juga menjawabnya

“Em… kayaknya akuu jugaa maauu…” nggak sampai 2 atau 3 detik, badanku dan Rika sama-sama bergetar hebat dan aku merasakan ada yang keluar dari kemaluanku diatas kemaluannya dan aku juga merasa ada yang membasahi kemaluanku dengan amat sangat.

Setelah itu, Rika terdiam karena kelelahan dan aku mulai mencium-ciumi bibirnya yang kecil dan mukanya. Aku mulai membelai-belai rambutnya dan karena dia terlalu kelelahan dia tertidur pulas.

Keesokan harinya aku terbangun dan melihat Rika sudah memakai pakaian dan jilbabnya dengan rapi, kemudian dia memelukku serta berkata

”Mas makasih kamu tidak mengambil keperawanku, padahal aku sudah tidak tahan lagi untuk merasakan kemaluanmu yang besar itu” Aku tersenyum lalu aku bilang

“selaput daramu nanti akan aku minta pada malam pertama setelah kita menikah nanti”


Setelah kejadian itu, kami sering melakukan lagi tapi hanya sebatas oral dan petting saja.

Wednesday, 26 April 2017

Certa Sex - Kepepet Gak Punya Duit..



Suatu malam saat aku pergi ke restoran kecil untuk bersantai dan menuliskan ceritaku, tiba tiba hapeku berbunyi, kring kring kringgggg…

Hallo mas Wawan sekarng dimana udah di tempat kita janjian? Tanya seorang pria yang diseberang sana.

“Iya sudah kamu kesini saja aku di meja no.3”

Tak berapa lama datanglah pemuda yang umurnya 24 tahun mendekatiku.

“ini aku membawa teman kenalin namanya Bagas”

Segera aku berdiri sambil menyambut tangannya.

“kau punya nomornya?” tanyaku, setelah kami berdua duduk dan ia memesan sebotol minuman ringan.

Ia tidak menjawab, namun tersenyum lalu mengeluarkan flashdisk dari saku kemejanya. Segera kubuka, dan di folder “ELDA” aku menemukannya. Sebuah foto wanita cantik berjilbab cekak dengan tubuh montok terbalut kemeja ketat tersenyum padaku.

“ini ceweknya?” tanyaku pada Bagas.

Dia mengangguk-angguk sambil tersenyum nakal.

Bagas adalah kenalan yang kutemui di forum dimana petualang dan hunter sepertiku berkumpul didunia maya. Dia adalah seorang mahasiswa tua sebuah universitas islam di kota Y. Dia mengatakan padaku bahwa dia tahu seorang gadis cantik dan berjilbab mahasiswi kampusnya yang sedang membutuhkan uang untuk membayar kuliahnya.

Dari Bagas aku tahu bahwa gadis ini punya kehidupan yang glamor sehingga sering menggunakan uang kiriman ortunya di kampung untuk bersenang-senang, sehingga akhirnya punya tunggakan uang SPP yang besar.

“Hallo,” katakku membuka pembicaraan di telepon

“Hallo… siapa ini?” terdengar jawaban dengan suara yang lirih merdu di seberang sana.
“Ini Elda?” tanyaku.

“Benar. ini siapa yah?”

“Mmm… kenalin, ini Wawan…

“Mmm.. tau nomor saya dari siapa yah?”

“Dari temen Elda.”

“Denger-denger Elda butuh uang yah?”

Terdengar suara Elda berubah bergairah dan bersemangat.

“Iya! Kok tahu? Ni siapa sih?”

“Ini temen… gini da… aku ada nih, sedikit uang buat kamu pake dulu… tapi aku juga mau minta bantuanmu nih…” kataku memulai menyerang.

“Mmm.. bantuan apa? Boleh deh…” kata gadis cantik itu.

“Aku pingin kenalan sama Elda… gimana kalo besok sabtu siang kuajak Elda ke sebuah tempat wisata? mau yah? Lagi butuh temen ngobrol nih…”

Agak lama tidak terdengar jawaban dari Elda. Aku sempat khawatir, jangan-jangan dia nggak mau dan langsung mutusin hubungan. “Hallo?” kataku ngetes.

“Iya deh… tapi cuman ngobrol kan?” katanya terdengar khawatir.

“Iya…” jawabku sekenanya.

Nanti kalo sudah kena rayuan mautku dia tak akan bisa berkata takut-takut seperti ini, pikirku.

“Ok.. ketemu di depan gerbang kampusmu yah, besok sabtu siang…” kataku menutup telepon.

Sabtu siang pukul 11, matahari bersinar cerah, secerah harapanku akan seorang gadis alim berjilbab yang akan kuperawani. Si Bagas juga tidak minta apa-apa kecuali dia bilang kalau juga ingin ikut menikmati si Elda. Aku sih tidak Masalah, aku justru semakin bergairah jika menikmati seorang gadis cantik montok berjilbab seperti Elda bersama beberapa rekan.

Mobil BMW sewaanku berhenti didepan gerbang kampus Elda, tepat didepannya. Aku keluar mobil, lalu melihat sekeliling. Baru sebentar, aku sudah menemukannya. Gadis cantik itu berjalan mendekat ke mobil. Semakin dekat dan melihatnya langsung, aku baru mengerti kenapa Bagas bilang dia dapat nilai 11 jika harus memberi nilai 1-10.

Tubuh tinggi semampai sekal dengan balutan kemeja batik ketat dengan lengan sambungan hitam ketat. Rok jeans yang ia pakai juga ketat, menampakkan samar kaki yang sekal.

Senyum di wajahnya yang putih bersih semakin menawan dengan lesung pipit di pipinya. Jilbab hitam yang ia kenakan dililitkan ke lehernya membuatnya semakin senawan. Segera aku mengulurkan tangan, bersalaman dengan tangannya yang halus. Elda tersenyum.

“Mas Wawan yah? Kenalin, Elda.” Katanya.

“Kita mau kemana sih?”

“Jalan-jalan aja…ngobrol-ngobrol. Mau yah. Masih butuh uangnya khan?” tanyaku.

Elda pun mengangguk.

Akhirnya dia berhasil kuajak Masuk kedalam mobil dan segera kubawa ke villa yang sudah kusiapkan. Selama perjalanan, aku bercakap-cakap dengannya untuk mendalami dirinya dan mengetahui kelemahannya.

Setelah beberapa lama bercakap, aku yang sangat pandai dalam merayu dan mendekati cewek akhirnya dapat mengorek bahwa ternyata Elda sudah pernah merasakan orgasme, namun belum sampai ngeseks.

Selama ini dia cuman dioral oleh mantan pacarnya yang sudah tiga bulan putus. Tentu saja dia menceritakannya dengan malu-malu, dan dengan sedikit paksaan menggunakan ancaman uang yang jadi kartu as ku.

Bahkan dalam perjalanan aku sudah bisa mulai merangsangnya, meremas-remas paha sekalnya dari luar roknya sampai mengelus-elus vaginanya dari luar roknya. Elda yang berbaju ketat itu hanya bisa menggigit bibir menahan birahi yang menerpanya.

Ia tak berani menolak karena takut aku tidak meminjamkan uang yang ia butuhkan. Akhirnya menjelang sampai di villa dia hanya mendesah dan merintih karena kurangsang.

1 jam kemudian sampailah kami di vila yang kusewa, ternyata Bagas belum kelihatan. Tempatnya cukup terpencil dan jauh dari keramaian, hanya hamparan hutan dan padang rumput di sekelilingnya, tidak ada tetangga atau vila lain dalam radius ratusan meter.

Vila tersebut sangat besar dengan 5 kamar tidur dan kolam renang yang besar, bangunan untuk pengurus vila terletak jauh di belakang yang dihubungkan jalan setapak melewati taman. Tentu saja aku sudah memesan agar tidak diganggu.

Kemudian segera kutarik Elda ke teras depan dimana aku duduk sambil menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya hawa pegunungan. Langsung saja dia kutarik duduk di pangkuanku. Tanpa ada perlawanan yang berarti, kupeluk tubuh sekal Elda dan ku cium pipi mulusnya di kursi teras depan diselingi angin sepoi daerah pegunungan yang dingin.

“Jangan maas..” kata Elda sedikit berontak.

“Gak apa-apa… nikmati aja… katanya mau pinjem uang…” kataku sambil terus mempererat pelukanku dan terus menciumi pipinya.

Dia hanya diam. Elda yang bertubuh sekal mulus itu Masih terus berontak, namun seperti hanya agar tidak kehilangan harga dirinya. Aku tahu dari desahan nafasnya yang menderu dan gerakan tubuhnya yang seakan menikmati gesekannya dengan tubuhku, sesungguhnya Elda terangsang hebat.

Tanpa menunggu lama, tanganku segera menjelajah ke tubuhnya yang menantang, buah dada adalah sasaran pertamaku, Masih terasa kenyal dan padat seperti yang kurasakan beberapa waktu yang lalu.

Kuremas dengan penuh nafsu pada kedua bukit di dadanya dari luar kemeja ketatnya secara bergantian, sementara tanganku satunya membuka satu persatu kancing bajunya.

Sekali terbuka langsung kulepaskan baju ketatnya dan melemparkannnya ke lantai teras, dan tampaklah buah dadanya yang putih mulus dengan berbalut bra satin biru tua, sungguh kontras dengan kulitnya yang putih mulus, menambah sexy tubuhnya. Lengan sambungan hitam ketat juga semakin menambah gairahku.

Ciumanku mulai mendarat di pangkal lehernya yang tidak tertutup jilbab, tanganku tidak pernah lepas dari dada Elda. Elda yang bertubuh sekal itu hanya menggelinjang dan mendesah ketika lidahku menjelajahi lehernya, terus turun hingga bahu dan berputar di sekitar dada.

Dinginnya udara pegunungan tidak dapat mengusir panasnya birahi kami berdua. Terlarut akan gairah, Elda menjambak rambutku ketika putingnya kukeluarkan dari bra-nya dan kupermainkan dengan lidahku, sambil tanganku membuka retsleting roknya, dan mulai menyelinap di baliknya, menjelajah di sekitar pangkal pahanya yang Masih tertutup celana dalam halus. Terasa lembab dan basah di antara pahanya.

“Sshh.. agh..!” desahnya di dekat telingaku semakin membuat gairahku memuncak.

Akhirnya dengan sekali sentil di kaitan bra, maka terlepaslah bra dari tempat semestinya. Kini terpampang tepat di wajahku kedua belahan buah dada yang putih montok milik Elda dengan puting yang kemerahan

Sungguh indah dan menantang untuk diremas dan dikulum. Maka segera kudaratkan bibirku di antara kedua bukit itu dan kembali lidahku menjelajahi kulit mulus itu terus mendaki ke puncak bukit.

Kuputar-putar jilatanku di sekitar putingnya sebentar, lalu kukulum putingnya dan kusedot dengan gigitan-gigitan ringan nan nakal. Elda makin menggelinjang, pantatnya mulai digoyang-goyangkan di pangkuanku, sehingga menekan dan menggesek-gesek kemaluanku yang sudah menegang.

Tangan kiriku sudah Masuk di balik celana dalamnya yang basah. Mulanya satu jari Masuk ke liang vaginanya, kemudian dengan dua jari kukocok vaginanya sambil kusedot kedua putingnya secara bergantian.

“Aaghh.. yess.. yaa.. truss.. sshh..!” desah Elda yang sudah terpapar birahi itu makin kencang tidak perduli dengan suasana sekitar, bahwa kami Masih di teras villa.

Goyangan pantatnya makin kencang seirama kocokan jariku di vaginanya. Kemudian kutarik dia berdiri, dan dengan sekali hentakan roknya kuperosotkan ke bawah, hingga tinggal celana dalam yang Masih menempel. Kini Elda yang cantik itu semakin seksi dan menggairahkan, hanya menggunakan jilbab hitam, sambungan lengan hitam dan kaus kaki putih.

Aku yang sudah tidak tahan langsung menekan pundaknya agar jongkok di depanku, lalu tergesa-gesa kulepas kaosku. Kubuka retsleting celanaku dan kukeluarkan alat kebanggaanku dari sarangnya. Elda memejamkan matanya dan menggeleng-geleng. Aku tahu, Elda baru sekali ini melihat penis laki-laki secara langsung.

Segera kurayu sambil kutepuk-tepukkan penisku ke wajah dan pipinya yang halus, lalu kugesek-gesekkan ke bibirnya mungilnya. Terasa bibir indahnya bergetar menyentuh ujung kejantananku yang menegang.

Ujung kejantananku sudah basah, pelan-pelan lidah Elda keluar dan mulai menari-nari di lubangnya. Kuambil satu tangannya lalu kutuntun mengocok batang penisku. Kepala kejantananku sudah berada dalam kuluman mulut manisnya, sementara tangannya kutuntun menjelajah ke bawah ke kantong bolaku. Aku begitu terangsang dan kelojotan kenikmatan dibuatnya.

Kupegang kepalanya dan kugoyangkan pinggulku sehingga aku dapat mengocok mulutnya dengan kejantananku. Meskipun Elda tidak dapat mengakomodasi semua kejantananku yang 17 cm panjang dan 4 cm diameter, tapi Elda cukup memberi rangsangan dengan menggoyang-goyangkan kepala saat kukocok mulutnya. Elda seperti kewalahan menghadapi kocokanku di mulutnya.

Kuangkat tubuhnya, kutarik celana dalamnya ke bawah hingga terlepas lalu kutelentangkan di meja teras tubuh telanjangnya. Baru kali ini aku dapat melihat dengan jelas tubuh telanjang Elda, begitu putih mulus dan padat berisi. sungguh beruntung aku dapat ikut menikmati tubuh indah dan seksinya.

Aku jongkok di antara pahanya, kucium aroma khas dari vaginanya yang sudah basah, kembali kuMasukkan jariku ke liang vaginanya sambil kujilati klitorisnya yang merah mudah dan dikelilingi rambut halus tipis di sekelilingnya.

Elda mengerang dan menggerak-gerakkan pinggulnya seakan memaksaku untuk meMasukkan lebih dalam lidahku ke vaginanya. Jilatan lidahku langsung menelusuri bibir vaginanya hingga akhirnya mengganti kocokan jari tangan dengan kocokan dan jilatan lidah di vagina basahnya. Elda kembali mendesah atau lebih tepatnya teriak histeris dalam gelombang kenikmatan.

Tidak mau ‘menyiksa’-nya lebih lanjut, maka aku berlutut dan mengatur posisiku di antara kakinya yang kurentangkan. Aku tahu, lubang vagina perawan Elda terlalu sempit untuk ukuran kejantananku.

Dengan perlahan kuusap-usapkan kepala kejantananku di bibir vaginanya. Aku tidak mau terlalu bernafsu untuk segera meMasukkan ke dalam, karena itu akan membuat Elda kesakitan.

Setelah kurasakan cukup, perlahan kudorong kejantananku Masuk sedikit demi sedikit sambil menikmati expresi di wajah cantik Elda ketika menerima kejantananku di vaginanya yang sempit. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya yang mungil dan tangannya meremas pinggiran meja.

Aku menghentikan sesaat doronganku untuk memberi Elda kesempatan bernapas, kemudian kulanjutkan untuk membenamkan sisa dari batang kejantananku di vagina Elda. Terasa ada yang robek, bersamaan dengan jerit kesakitan Elda.

Aku berhasil memerawani Elda. Setelah semua Masuk, kudiamkan sejenak untuk membiarkan Elda terbiasa dengan penisku, juga menikmati expresi wajah Elda yang berubah memerah karena mulai bisa menikmatinya.

“Sshh.., pelan maass..!” katanya pelan bercampur desahan.

Perlahan kutarik kejantananku keluar dan meMasukkan lagi dengan pelan, semakin lama semakin cepat hingga aku dapat mulai melakukan kocokan-kocokan ke vaginanya.

“aduuh…auww.. maass.. auuhh.. yahh…mmhh.. enaakk.. pelaannh…! jerit sakit Elda itu pelan-pelan berubah menjadi desah nikmat.

Tangan Elda sekarang meremas kedua buah dadanya sendiri yang dari tadi bergoyang-goyang mengikuti goyangan atas kocokanku. Dipilinnya sendiri kedua putingnya sambil tetap mendesah dan mengerang dalam kenikmatan birahi. Kunaikkan kedua kakinya ke pundakku, sesekali kujilat dan kukulum jari-jari kakinya sambil mengocok vaginanya, Elda makin menggelinjang.

“Ougghh.. maass.. aaku..”

Belum sempat Elda menyelesaikan desahannya, kulihat tubuhnya menegang dan kurasakan denyutan dan remasan dari dinding vaginanya. Kemudian tubuhnya terkulai lemas di atas meja teras, aku Masih belum menyelesaikan hasratku, bahkan belum separuhnya terpenuhi.

“Udah maass, istirahat dulu, aku capek banget, lemes nih..!” katanya memelas padaku.

Tidak kuperdulikan permintaannya, kocokanku makin kutingkatkan frekuensinya. Elda melotot padaku, tapi jadi tambah cantik dan lebih menggairahkan.

Kemudian kutelungkupkan tubuhnya di atas meja dan kakinya berlutut di lantai, aku Masih ingin menikmati anal sex padanya. Kuusapkan kejantananku yang basah di analnya, tapi Elda menolak, akhirnya aku mengalah dan membimbing kejantananku ke vaginanya. Maka tanpa menunggu lagi, kusodokkan kejantananku dengan keras ke vaginanya.

“Aauugghh.. yess..!” Elda menjerit kaget, tapi terus berlanjut dengan kenikmatan.

Kupegangi pantatnya dan kutarik maju mundur seirama dengan kocokanku. Dengan posisi seperti doggie style, penetrasi kejantananku di vaginanya dapat masuk ke dalam dan kurasakan kepala kejantananku menyentuh seperti rahimnya.

Kocokanku semakin lama semakin keras menghantam dinding vaginanya, kuputar-putar pantatku untuk memberikan gairah erotik pada Elda. Kedua tangan Elda kupegang dan kutarik ke belakang, kini Elda bergantung pada tangannya yang kupegangi.

Tidak lama kemudian kepalanya digoyang-goyangkan pertanda dia kembali mengalami orgasme hebat, tapi tetap aku tidak mau menghentikan kocokanku. Aku kembali duduk di kursi, Elda kutarik ke pangkuanku. Perlahan Elda menurunkan pantatnya sehingga kejantananku melesak mulus masuk ke vaginanya.

Kini giliran Elda yang kubiarkan memegang kendali. Elda mulai menggoyang goyangkan pantatnya, sehingga kejantananku terasa dipelintir di dalam vagina. Kusedot dan kupermainkan puting buah dadanya yang bergoyang-goyang di depan wajahku.

Elda kembali mengimbangi permainan ini dengan posisi seperti itu dia bebas berkreasi, baik bergoyang maupun turun naik, ganti aku yang dibuat kelojotan olehnya. Dari expresi wajahnya aku yakin dia sudah orgasme untuk kesekian kali dengan posisi seperti ini. Elda sungguh menikmati posisi seperti ini.

Aku sudah hampir sampai di puncak kenikmatan ketika tiba-tiba kudengar bunyi klakson mobil dari luar pagar, tentu saja mengganggu kenikmatan dan konsentrasi kami berdua.

“Sialan..!” gumamku karena puncak yang sudah hampir terengkuh buyar begitu saja.

Malam itu, aku sedang santai di ruang tengah villa ketika Elda selesai mandi dan masuk ke ruangan itu. Segera kuhampiri gadis berjilbab itu. Baju yang tadi kembali ia kenakan, kembali membuatku terangsang ingin menelanjanginya.

Tanganku meremas pantatnya, kembali kurasakan kalau Elda sudah tidak memakai celana dalam di balik rok panjangnya, yang memang tadi sudah kuperintahkan begitu.

Kembali aku mencium Elda , Bagas yang sudah tak tahan mendatangi Elda dari belakang, dengan kasar disibakkannya roknya ke atas hingga tampak pantat Elda yang telanjang.

Bagas mengeluarkan kejantanannya tanpa membuka celana dan bajunya, hanya membuka resluiting celana. Dia mengusap-usapkan kejantanannya di pantat Elda yang kemudian mencondongkan tubuh dan mengangkat kaki kanannya hingga memudahkan Bagas untuk memasukinya dari belakang dengan tanpa melepas ciumannya dariku.

Elda sedikit tersentak dan mendongak ke atas pertanda Bagas sudah berhasil membenamkan kejantanannya ke vaginanya. Sambil tetap memeluk tubuhku, Elda menerima kocokan Bagas dari belakang.

Sementara Bagas memegang pinggulnya untuk lebih menghunjamkan kejantanannya lebih dalam di vagina. Elda mulai mendesah kenikmatan di telingaku saat menerima kocokan ganas dari Bagas. Sodokan dan hentakan Bagas dapat kurasakan dari pelukan Elda .

“Yeah.. uugghh.. yess..!” desah Elda makin keras di telingaku.

Segera kubuka retsleting celanaku, dan kutuntun tangannya untuk mulai mengocok kejantananku yang sudah sangat tegang.

Aku mengimbangi dengan remasan-remasan di dadanya dan ciuman serta jilatan di wajahnya. kocokan tangannya semakin keras sekeras sodokan Bagas padanya. Setelah berhenti sebentar, segera kulepas baju dan roknya, Bagas juga mengikuti melepas baju dan celananya hingga telanjang.

Kini kami semua sudah telanjang bulat, kecuali Elda yang Masih memakai jilbab dan kaus kaki yang membuat aku dan Bagass emakin bernafsu. Dan permainan diteruskan, kami main bertiga.

Elda membungkukkan badannya, kini kepalanya sejajar dengan kejantananku dan siap mengulumnya, ketika Bagas makin mempercepat tempo permainannya.

Kami bergeser ke meja, Elda telentang di atas meja dan Bagas mengambil posisi di antara kakinya, aku mendekatkan kejantananku ke mulutnya yang segera disambutnya dengan kuluman ganas.

Dengan sekali sodok ke vagina, melesakklah kejantanan Bagas kembali ke vagina Elda , dan langsung memompa dengan cepat. Tangannya meremas-remas kedua buah dada Elda sambil memilin putingnya dengan ringan.

“Uugghh.. eemmpphh.. eerrhh..!” desahan Elda yang tertahan keluar di sela kulumannya.

Ketika aku hampir memuncak, Bagas menarik kejantanannya dan menggeser ke posisiku untuk bertukar tempat, segera kami berganti posisi. Seperti halnya Bagas, dengan sekali sodokan keras kulesakkan kejantananku ke vagina Elda .

“Aauugg.. saakitt..! Pelaan..!” teriak Elda sambil melepas kulumannya pada kejantanan Bagas.

Tapi tidak lama kemudian dia sudah dapat menguasai diri dan mengikuti irama kocokanku yang semakin cepat dan keras.

Tidak lama kemudian Bagas menyemprotkan spermanya di mulut Elda , Elda yang sudah benar-benar dikuasai birahi terlihat menikmati aroma rasa sperma dan menjilati sisa di kejantanan Bagas hingga bersih.

Tidak lama kemudian kocokanku makin keras dan tidak beraturan, dan menyemprotlah spermaku di vagina Elda bersamaan dengan dia mengalami orgasme. Aku segera menarik keluar dan menyodorkan ke mulutnya, kembali dia menjilati sisa sperma yang ada di kejantananku hingga bersih.


Akhirnya malam itu aku dan Bagas terus menggilir mahasiswi berjilbab itu sampai pagi. Dia sempat pingsan kelelahan namun kubangunkan dengan menanam penisku dalam-dalam ke vaginanya. Pagi itu kami bertiga kembali ke kota dengan perasaan gembira. Terlihat Elda sangat kelelahan melayani dua pejantan semalam suntuk.

Cerita Sex - Keluarga Yang Pengertian..

Hai namaku Siti Zubadiyah. Umurku 17 tahun. Saat ini aku sedang berada di dapur membantu ummi menyiapkan hidangan makan siang. “Kresh…k...