Suatu malam saat aku pergi ke restoran kecil untuk bersantai dan
menuliskan ceritaku, tiba tiba hapeku berbunyi, kring kring kringgggg…
Hallo mas Wawan sekarng dimana udah di tempat kita janjian?
Tanya seorang pria yang diseberang sana.
“Iya sudah kamu kesini saja aku di meja no.3”
Tak berapa lama datanglah pemuda yang umurnya 24 tahun
mendekatiku.
“ini aku membawa teman kenalin namanya Bagas”
Segera aku berdiri sambil menyambut tangannya.
“kau punya nomornya?” tanyaku, setelah kami berdua duduk dan ia
memesan sebotol minuman ringan.
Ia tidak menjawab, namun tersenyum lalu mengeluarkan flashdisk
dari saku kemejanya. Segera kubuka, dan di folder “ELDA” aku menemukannya.
Sebuah foto wanita cantik berjilbab cekak dengan tubuh montok terbalut kemeja
ketat tersenyum padaku.
“ini ceweknya?” tanyaku pada Bagas.
Dia mengangguk-angguk sambil tersenyum nakal.
Bagas adalah kenalan yang kutemui di forum dimana petualang dan
hunter sepertiku berkumpul didunia maya. Dia adalah seorang mahasiswa tua
sebuah universitas islam di kota Y. Dia mengatakan padaku bahwa dia tahu
seorang gadis cantik dan berjilbab mahasiswi kampusnya yang sedang membutuhkan
uang untuk membayar kuliahnya.
Dari Bagas aku tahu bahwa gadis ini punya kehidupan yang glamor
sehingga sering menggunakan uang kiriman ortunya di kampung untuk
bersenang-senang, sehingga akhirnya punya tunggakan uang SPP yang besar.
“Hallo,” katakku membuka pembicaraan di telepon
“Hallo… siapa ini?” terdengar jawaban dengan suara yang lirih
merdu di seberang sana.
“Ini Elda?” tanyaku.
“Benar. ini siapa yah?”
“Mmm… kenalin, ini Wawan…
“Mmm.. tau nomor saya dari siapa yah?”
“Dari temen Elda.”
“Denger-denger Elda butuh uang yah?”
Terdengar suara Elda berubah bergairah dan bersemangat.
“Iya! Kok tahu? Ni siapa sih?”
“Ini temen… gini da… aku ada nih, sedikit uang buat kamu pake
dulu… tapi aku juga mau minta bantuanmu nih…” kataku memulai menyerang.
“Mmm.. bantuan apa? Boleh deh…” kata gadis cantik itu.
“Aku pingin kenalan sama Elda… gimana kalo besok sabtu siang
kuajak Elda ke sebuah tempat wisata? mau yah? Lagi butuh temen ngobrol nih…”
Agak lama tidak terdengar jawaban dari Elda. Aku sempat
khawatir, jangan-jangan dia nggak mau dan langsung mutusin hubungan. “Hallo?”
kataku ngetes.
“Iya deh… tapi cuman ngobrol kan?” katanya terdengar khawatir.
“Iya…” jawabku sekenanya.
Nanti kalo sudah kena rayuan mautku dia tak akan bisa berkata
takut-takut seperti ini, pikirku.
“Ok.. ketemu di depan gerbang kampusmu yah, besok sabtu siang…”
kataku menutup telepon.
Sabtu siang pukul 11, matahari bersinar cerah, secerah harapanku
akan seorang gadis alim berjilbab yang akan kuperawani. Si Bagas juga tidak
minta apa-apa kecuali dia bilang kalau juga ingin ikut menikmati si Elda. Aku
sih tidak Masalah, aku justru semakin bergairah jika menikmati seorang gadis
cantik montok berjilbab seperti Elda bersama beberapa rekan.
Mobil BMW sewaanku berhenti didepan gerbang kampus Elda, tepat
didepannya. Aku keluar mobil, lalu melihat sekeliling. Baru sebentar, aku sudah
menemukannya. Gadis cantik itu berjalan mendekat ke mobil. Semakin dekat dan
melihatnya langsung, aku baru mengerti kenapa Bagas bilang dia dapat nilai 11
jika harus memberi nilai 1-10.
Tubuh tinggi semampai sekal dengan balutan kemeja batik ketat
dengan lengan sambungan hitam ketat. Rok jeans yang ia pakai juga ketat,
menampakkan samar kaki yang sekal.
Senyum di wajahnya yang putih bersih semakin menawan dengan
lesung pipit di pipinya. Jilbab hitam yang ia kenakan dililitkan ke lehernya
membuatnya semakin senawan. Segera aku mengulurkan tangan, bersalaman dengan
tangannya yang halus. Elda tersenyum.
“Mas Wawan yah? Kenalin, Elda.” Katanya.
“Kita mau kemana sih?”
“Jalan-jalan aja…ngobrol-ngobrol. Mau yah. Masih butuh uangnya
khan?” tanyaku.
Elda pun mengangguk.
Akhirnya dia berhasil kuajak Masuk kedalam mobil dan segera
kubawa ke villa yang sudah kusiapkan. Selama perjalanan, aku bercakap-cakap
dengannya untuk mendalami dirinya dan mengetahui kelemahannya.
Setelah beberapa lama bercakap, aku yang sangat pandai dalam
merayu dan mendekati cewek akhirnya dapat mengorek bahwa ternyata Elda sudah
pernah merasakan orgasme, namun belum sampai ngeseks.
Selama ini dia cuman dioral oleh mantan pacarnya yang sudah tiga
bulan putus. Tentu saja dia menceritakannya dengan malu-malu, dan dengan
sedikit paksaan menggunakan ancaman uang yang jadi kartu as ku.
Bahkan dalam perjalanan aku sudah bisa mulai merangsangnya,
meremas-remas paha sekalnya dari luar roknya sampai mengelus-elus vaginanya
dari luar roknya. Elda yang berbaju ketat itu hanya bisa menggigit bibir
menahan birahi yang menerpanya.
Ia tak berani menolak karena takut aku tidak meminjamkan uang
yang ia butuhkan. Akhirnya menjelang sampai di villa dia hanya mendesah dan
merintih karena kurangsang.
1 jam kemudian sampailah kami di vila yang kusewa, ternyata
Bagas belum kelihatan. Tempatnya cukup terpencil dan jauh dari keramaian, hanya
hamparan hutan dan padang rumput di sekelilingnya, tidak ada tetangga atau vila
lain dalam radius ratusan meter.
Vila tersebut sangat besar dengan 5 kamar tidur dan kolam renang
yang besar, bangunan untuk pengurus vila terletak jauh di belakang yang
dihubungkan jalan setapak melewati taman. Tentu saja aku sudah memesan agar
tidak diganggu.
Kemudian segera kutarik Elda ke teras depan dimana aku duduk
sambil menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya hawa pegunungan. Langsung
saja dia kutarik duduk di pangkuanku. Tanpa ada perlawanan yang berarti,
kupeluk tubuh sekal Elda dan ku cium pipi mulusnya di kursi teras depan
diselingi angin sepoi daerah pegunungan yang dingin.
“Jangan maas..” kata Elda sedikit berontak.
“Gak apa-apa… nikmati aja… katanya mau pinjem uang…” kataku
sambil terus mempererat pelukanku dan terus menciumi pipinya.
Dia hanya diam. Elda yang bertubuh sekal mulus itu Masih terus
berontak, namun seperti hanya agar tidak kehilangan harga dirinya. Aku tahu
dari desahan nafasnya yang menderu dan gerakan tubuhnya yang seakan menikmati
gesekannya dengan tubuhku, sesungguhnya Elda terangsang hebat.
Tanpa menunggu lama, tanganku segera menjelajah ke tubuhnya yang
menantang, buah dada adalah sasaran pertamaku, Masih terasa kenyal dan padat
seperti yang kurasakan beberapa waktu yang lalu.
Kuremas dengan penuh nafsu pada kedua bukit di dadanya dari luar
kemeja ketatnya secara bergantian, sementara tanganku satunya membuka satu
persatu kancing bajunya.
Sekali terbuka langsung kulepaskan baju ketatnya dan
melemparkannnya ke lantai teras, dan tampaklah buah dadanya yang putih mulus
dengan berbalut bra satin biru tua, sungguh kontras dengan kulitnya yang putih
mulus, menambah sexy tubuhnya. Lengan sambungan hitam ketat juga semakin
menambah gairahku.
Ciumanku mulai mendarat di pangkal lehernya yang tidak tertutup
jilbab, tanganku tidak pernah lepas dari dada Elda. Elda yang bertubuh sekal
itu hanya menggelinjang dan mendesah ketika lidahku menjelajahi lehernya, terus
turun hingga bahu dan berputar di sekitar dada.
Dinginnya udara pegunungan tidak dapat mengusir panasnya birahi
kami berdua. Terlarut akan gairah, Elda menjambak rambutku ketika putingnya
kukeluarkan dari bra-nya dan kupermainkan dengan lidahku, sambil tanganku
membuka retsleting roknya, dan mulai menyelinap di baliknya, menjelajah di
sekitar pangkal pahanya yang Masih tertutup celana dalam halus. Terasa lembab
dan basah di antara pahanya.
“Sshh.. agh..!” desahnya di dekat telingaku semakin membuat
gairahku memuncak.
Akhirnya dengan sekali sentil di kaitan bra, maka terlepaslah
bra dari tempat semestinya. Kini terpampang tepat di wajahku kedua belahan buah
dada yang putih montok milik Elda dengan puting yang kemerahan
Sungguh indah dan menantang untuk diremas dan dikulum. Maka
segera kudaratkan bibirku di antara kedua bukit itu dan kembali lidahku
menjelajahi kulit mulus itu terus mendaki ke puncak bukit.
Kuputar-putar jilatanku di sekitar putingnya sebentar, lalu
kukulum putingnya dan kusedot dengan gigitan-gigitan ringan nan nakal. Elda
makin menggelinjang, pantatnya mulai digoyang-goyangkan di pangkuanku, sehingga
menekan dan menggesek-gesek kemaluanku yang sudah menegang.
Tangan kiriku sudah Masuk di balik celana dalamnya yang basah.
Mulanya satu jari Masuk ke liang vaginanya, kemudian dengan dua jari kukocok
vaginanya sambil kusedot kedua putingnya secara bergantian.
“Aaghh.. yess.. yaa.. truss.. sshh..!” desah Elda yang sudah
terpapar birahi itu makin kencang tidak perduli dengan suasana sekitar, bahwa
kami Masih di teras villa.
Goyangan pantatnya makin kencang seirama kocokan jariku di
vaginanya. Kemudian kutarik dia berdiri, dan dengan sekali hentakan roknya
kuperosotkan ke bawah, hingga tinggal celana dalam yang Masih menempel. Kini
Elda yang cantik itu semakin seksi dan menggairahkan, hanya menggunakan jilbab
hitam, sambungan lengan hitam dan kaus kaki putih.
Aku yang sudah tidak tahan langsung menekan pundaknya agar
jongkok di depanku, lalu tergesa-gesa kulepas kaosku. Kubuka retsleting
celanaku dan kukeluarkan alat kebanggaanku dari sarangnya. Elda memejamkan
matanya dan menggeleng-geleng. Aku tahu, Elda baru sekali ini melihat penis
laki-laki secara langsung.
Segera kurayu sambil kutepuk-tepukkan penisku ke wajah dan
pipinya yang halus, lalu kugesek-gesekkan ke bibirnya mungilnya. Terasa bibir
indahnya bergetar menyentuh ujung kejantananku yang menegang.
Ujung kejantananku sudah basah, pelan-pelan lidah Elda keluar
dan mulai menari-nari di lubangnya. Kuambil satu tangannya lalu kutuntun
mengocok batang penisku. Kepala kejantananku sudah berada dalam kuluman mulut
manisnya, sementara tangannya kutuntun menjelajah ke bawah ke kantong bolaku.
Aku begitu terangsang dan kelojotan kenikmatan dibuatnya.
Kupegang kepalanya dan kugoyangkan pinggulku sehingga aku dapat
mengocok mulutnya dengan kejantananku. Meskipun Elda tidak dapat mengakomodasi
semua kejantananku yang 17 cm panjang dan 4 cm diameter, tapi Elda cukup
memberi rangsangan dengan menggoyang-goyangkan kepala saat kukocok mulutnya.
Elda seperti kewalahan menghadapi kocokanku di mulutnya.
Kuangkat tubuhnya, kutarik celana dalamnya ke bawah hingga
terlepas lalu kutelentangkan di meja teras tubuh telanjangnya. Baru kali ini
aku dapat melihat dengan jelas tubuh telanjang Elda, begitu putih mulus dan
padat berisi. sungguh beruntung aku dapat ikut menikmati tubuh indah dan
seksinya.
Aku jongkok di antara pahanya, kucium aroma khas dari vaginanya
yang sudah basah, kembali kuMasukkan jariku ke liang vaginanya sambil kujilati
klitorisnya yang merah mudah dan dikelilingi rambut halus tipis di sekelilingnya.
Elda mengerang dan menggerak-gerakkan pinggulnya seakan
memaksaku untuk meMasukkan lebih dalam lidahku ke vaginanya. Jilatan lidahku
langsung menelusuri bibir vaginanya hingga akhirnya mengganti kocokan jari
tangan dengan kocokan dan jilatan lidah di vagina basahnya. Elda kembali
mendesah atau lebih tepatnya teriak histeris dalam gelombang kenikmatan.
Tidak mau ‘menyiksa’-nya lebih lanjut, maka aku berlutut dan
mengatur posisiku di antara kakinya yang kurentangkan. Aku tahu, lubang vagina
perawan Elda terlalu sempit untuk ukuran kejantananku.
Dengan perlahan kuusap-usapkan kepala kejantananku di bibir
vaginanya. Aku tidak mau terlalu bernafsu untuk segera meMasukkan ke dalam,
karena itu akan membuat Elda kesakitan.
Setelah kurasakan cukup, perlahan kudorong kejantananku Masuk
sedikit demi sedikit sambil menikmati expresi di wajah cantik Elda ketika
menerima kejantananku di vaginanya yang sempit. Kulihat dia menggigit bibir
bawahnya yang mungil dan tangannya meremas pinggiran meja.
Aku menghentikan sesaat doronganku untuk memberi Elda kesempatan
bernapas, kemudian kulanjutkan untuk membenamkan sisa dari batang kejantananku
di vagina Elda. Terasa ada yang robek, bersamaan dengan jerit kesakitan Elda.
Aku berhasil memerawani Elda. Setelah semua Masuk, kudiamkan
sejenak untuk membiarkan Elda terbiasa dengan penisku, juga menikmati expresi
wajah Elda yang berubah memerah karena mulai bisa menikmatinya.
“Sshh.., pelan maass..!” katanya pelan bercampur desahan.
Perlahan kutarik kejantananku keluar dan meMasukkan lagi dengan
pelan, semakin lama semakin cepat hingga aku dapat mulai melakukan
kocokan-kocokan ke vaginanya.
“aduuh…auww.. maass.. auuhh.. yahh…mmhh.. enaakk.. pelaannh…!
jerit sakit Elda itu pelan-pelan berubah menjadi desah nikmat.
Tangan Elda sekarang meremas kedua buah dadanya sendiri yang
dari tadi bergoyang-goyang mengikuti goyangan atas kocokanku. Dipilinnya
sendiri kedua putingnya sambil tetap mendesah dan mengerang dalam kenikmatan
birahi. Kunaikkan kedua kakinya ke pundakku, sesekali kujilat dan kukulum
jari-jari kakinya sambil mengocok vaginanya, Elda makin menggelinjang.
“Ougghh.. maass.. aaku..”
Belum sempat Elda menyelesaikan desahannya, kulihat tubuhnya
menegang dan kurasakan denyutan dan remasan dari dinding vaginanya. Kemudian
tubuhnya terkulai lemas di atas meja teras, aku Masih belum menyelesaikan
hasratku, bahkan belum separuhnya terpenuhi.
“Udah maass, istirahat dulu, aku capek banget, lemes nih..!”
katanya memelas padaku.
Tidak kuperdulikan permintaannya, kocokanku makin kutingkatkan
frekuensinya. Elda melotot padaku, tapi jadi tambah cantik dan lebih
menggairahkan.
Kemudian kutelungkupkan tubuhnya di atas meja dan kakinya
berlutut di lantai, aku Masih ingin menikmati anal sex padanya. Kuusapkan
kejantananku yang basah di analnya, tapi Elda menolak, akhirnya aku mengalah
dan membimbing kejantananku ke vaginanya. Maka tanpa menunggu lagi, kusodokkan
kejantananku dengan keras ke vaginanya.
“Aauugghh.. yess..!” Elda menjerit kaget, tapi terus berlanjut
dengan kenikmatan.
Kupegangi pantatnya dan kutarik maju mundur seirama dengan
kocokanku. Dengan posisi seperti doggie style, penetrasi kejantananku di
vaginanya dapat masuk ke dalam dan kurasakan kepala kejantananku menyentuh
seperti rahimnya.
Kocokanku semakin lama semakin keras menghantam dinding
vaginanya, kuputar-putar pantatku untuk memberikan gairah erotik pada Elda. Kedua
tangan Elda kupegang dan kutarik ke belakang, kini Elda bergantung pada
tangannya yang kupegangi.
Tidak lama kemudian kepalanya digoyang-goyangkan pertanda dia
kembali mengalami orgasme hebat, tapi tetap aku tidak mau menghentikan
kocokanku. Aku kembali duduk di kursi, Elda kutarik ke pangkuanku. Perlahan
Elda menurunkan pantatnya sehingga kejantananku melesak mulus masuk ke
vaginanya.
Kini giliran Elda yang kubiarkan memegang kendali. Elda mulai
menggoyang goyangkan pantatnya, sehingga kejantananku terasa dipelintir di
dalam vagina. Kusedot dan kupermainkan puting buah dadanya yang
bergoyang-goyang di depan wajahku.
Elda kembali mengimbangi permainan ini dengan posisi seperti itu
dia bebas berkreasi, baik bergoyang maupun turun naik, ganti aku yang dibuat
kelojotan olehnya. Dari expresi wajahnya aku yakin dia sudah orgasme untuk
kesekian kali dengan posisi seperti ini. Elda sungguh menikmati posisi seperti
ini.
Aku sudah hampir sampai di puncak kenikmatan ketika tiba-tiba
kudengar bunyi klakson mobil dari luar pagar, tentu saja mengganggu kenikmatan
dan konsentrasi kami berdua.
“Sialan..!” gumamku karena puncak yang sudah hampir terengkuh
buyar begitu saja.
Malam itu, aku sedang santai di ruang tengah villa ketika Elda
selesai mandi dan masuk ke ruangan itu. Segera kuhampiri gadis berjilbab itu.
Baju yang tadi kembali ia kenakan, kembali membuatku terangsang ingin
menelanjanginya.
Tanganku meremas pantatnya, kembali kurasakan kalau Elda sudah
tidak memakai celana dalam di balik rok panjangnya, yang memang tadi sudah
kuperintahkan begitu.
Kembali aku mencium Elda , Bagas yang sudah tak tahan mendatangi
Elda dari belakang, dengan kasar disibakkannya roknya ke atas hingga tampak
pantat Elda yang telanjang.
Bagas mengeluarkan kejantanannya tanpa membuka celana dan
bajunya, hanya membuka resluiting celana. Dia mengusap-usapkan kejantanannya di
pantat Elda yang kemudian mencondongkan tubuh dan mengangkat kaki kanannya
hingga memudahkan Bagas untuk memasukinya dari belakang dengan tanpa melepas
ciumannya dariku.
Elda sedikit tersentak dan mendongak ke atas pertanda Bagas
sudah berhasil membenamkan kejantanannya ke vaginanya. Sambil tetap memeluk
tubuhku, Elda menerima kocokan Bagas dari belakang.
Sementara Bagas memegang pinggulnya untuk lebih menghunjamkan
kejantanannya lebih dalam di vagina. Elda mulai mendesah kenikmatan di
telingaku saat menerima kocokan ganas dari Bagas. Sodokan dan hentakan Bagas
dapat kurasakan dari pelukan Elda .
“Yeah.. uugghh.. yess..!” desah Elda makin keras di telingaku.
Segera kubuka retsleting celanaku, dan kutuntun tangannya untuk
mulai mengocok kejantananku yang sudah sangat tegang.
Aku mengimbangi dengan remasan-remasan di dadanya dan ciuman
serta jilatan di wajahnya. kocokan tangannya semakin keras sekeras sodokan
Bagas padanya. Setelah berhenti sebentar, segera kulepas baju dan roknya, Bagas
juga mengikuti melepas baju dan celananya hingga telanjang.
Kini kami semua sudah telanjang bulat, kecuali Elda yang Masih
memakai jilbab dan kaus kaki yang membuat aku dan Bagass emakin bernafsu. Dan
permainan diteruskan, kami main bertiga.
Elda membungkukkan badannya, kini kepalanya sejajar dengan
kejantananku dan siap mengulumnya, ketika Bagas makin mempercepat tempo
permainannya.
Kami bergeser ke meja, Elda telentang di atas meja dan Bagas mengambil
posisi di antara kakinya, aku mendekatkan kejantananku ke mulutnya yang segera
disambutnya dengan kuluman ganas.
Dengan sekali sodok ke vagina, melesakklah kejantanan Bagas
kembali ke vagina Elda , dan langsung memompa dengan cepat. Tangannya meremas-remas
kedua buah dada Elda sambil memilin putingnya dengan ringan.
“Uugghh.. eemmpphh.. eerrhh..!” desahan Elda yang tertahan
keluar di sela kulumannya.
Ketika aku hampir memuncak, Bagas menarik kejantanannya dan
menggeser ke posisiku untuk bertukar tempat, segera kami berganti posisi.
Seperti halnya Bagas, dengan sekali sodokan keras kulesakkan kejantananku ke
vagina Elda .
“Aauugg.. saakitt..! Pelaan..!” teriak Elda sambil melepas
kulumannya pada kejantanan Bagas.
Tapi tidak lama kemudian dia sudah dapat menguasai diri dan
mengikuti irama kocokanku yang semakin cepat dan keras.
Tidak lama kemudian Bagas menyemprotkan spermanya di mulut Elda
, Elda yang sudah benar-benar dikuasai birahi terlihat menikmati aroma rasa
sperma dan menjilati sisa di kejantanan Bagas hingga bersih.
Tidak lama kemudian kocokanku makin keras dan tidak beraturan,
dan menyemprotlah spermaku di vagina Elda bersamaan dengan dia mengalami
orgasme. Aku segera menarik keluar dan menyodorkan ke mulutnya, kembali dia
menjilati sisa sperma yang ada di kejantananku hingga bersih.
Akhirnya malam itu aku dan Bagas terus menggilir mahasiswi
berjilbab itu sampai pagi. Dia sempat pingsan kelelahan namun kubangunkan
dengan menanam penisku dalam-dalam ke vaginanya. Pagi itu kami bertiga kembali
ke kota dengan perasaan gembira. Terlihat Elda sangat kelelahan melayani dua
pejantan semalam suntuk.
No comments:
Post a Comment