DEWALOTTO

DEWALOTTO
Tersedia 6 Bank BCA, BNI, MANDIRI, BRI, DANAMON dan NIAGA ™DAFTAR™ Klik Gambar Diatas*****

Wednesday, 30 August 2017

Cerita Sex - Membayangkan Tubuh Mbak Revita..


Peristiwa ini terjadi kira kira bulan yang kemarin dimana aku baru pindah perumahan yang masih sepi penghuninya mungkin ada 15 kepala rumah tangga yang tinggal disini, dan malam itu memang sial bagiku dimana istriku mau pergi keSemarang untuk menjemput kakak pertamanya. untuk menghadiri pernikahan sepupu mereka, sedangkan aku memang tidak ikut karena tidak mungkin meninggalkan tugas kantor yang memang sedang tinggi loadnya di akhir tahun ini.

Yang pertama malam ini aku bakal kesepian di rumah, yang kedua baru tadi pagi menstruasi Wanti istriku berhenti, seharusnya malam ini aku dapat jatah setelah selama hampir seminggu kejantananku tidak ketemu musuh.

Makanya sepulang kantor aku mampir ke Glodok tempat yang memang sehari-hari aku lewati, kubeli beberapa filem bokep, pikirku lumayan untuk menghabiskan week end ini.

Menjelang memasuki gerbang perumahan yang masih sepi dari penghuni ini, hampir aku mengumpat keras, ketika ingat kalau DVD playerku masih berada di tukang service yang seharusnya sudah bisa diambil beberapa hari yang lalu dan sekarang, gila aja kalau aku harus putar balik menembus kemacetan Jakarta hanya untuk mengambil benda itu.

Aaaah… aku ingat mas Budhi satu-satunya tetangga terdekatku yang rumahnya bersebelahan dengan rumahku, aku bisa pinjam dia, kembali aku bernafas lega. Sehabis mandi, segera aku bertandang ke rumah sebelah, aku sempat heran, tidak biasanya masih jam 20.30 ruang tamunya sudah gelap, padahal mobil Avanza hitam miliknya ada di rumah, berarti mas Budhi ada dirumah, simpulku sederhana.

“Mas Budhii… maaas” panggilku dari luar pagar.

Sesekali kuketok-ketokkan gembok ke pagar besi, sehingga terdengar suara besi beradu nyaring. Agak lama kulihat lampu ruang tamu menyala, tapi pintu tidak segera dibuka, kulihat tirai sedikit tersingkap dan ada yang mengintip dari dalam, tumben pake diintip segala, Biasanya mas budhi langsung buka pintu.

“Eeeiii… Bimooo… sorry ya…ayo masuk pagar tidak dikunci kan..?” seru suara wanita yang sangat aku kenal, mbak Revita istri mas Budhi keluar dari pintu dengan pakaian tidurnya dilapisi sweater.

“Lho mas Budhi mana mbak… sudah tidur..? waduu jadi ngganggu neeh..?” kataku agak kikuk ketika aku sudah duduk di ruang tamu itu mas Budhi tidak muncul.

“Mas Budhi sedang tugas ke Medan Bim eh mau minum apa neeh..?” mbak Revita wanita berwajah cantik ini menawarkan minum yang membuatku semakin jengah untuk duduk berlama-lama disitu.

Pasalnya mbak Revita dengan pakaian tidur yang tipis memperlihatkan bayangan celana G-String putihnya. Aku yakin bagian atas jika tak tertutup sweater akan membayang BH nya, atau mungkin tidak pake, yang aku tahu ibu ini buah dadanya sangat montok.

Sebenarnya antara aku dan mbak Revita sudah akrab sekali, bahkan kalau bercanda kadang-kadang agak seronok, tapi itu justru jika ada di depan mas Budhi atau ada Wanti istriku, ketika berdua begini aku jadi kaya mati angin, sementara mbak Revita masih bersikap wajar.

“Waah.. tidak usah repot-repot mbak… aku hanya mau pinjem DVD player aja kalo bisa” kataku dengan agak sungkan.

“Ada kok Bim, bentar aku lepasin kabel-kabelnya yah.. sendirian di rumah… mau nonton film jorok ya..?” Tebak mbak Revita

Karena DVD player berada dibawah kolong jadi mbak Revita harus berlutut di lantai mencabuti kabel sambil membelakangiku sehingga pantatnya yang montok itu ngepress di baju tidurnya yang tipis dengan celana G-String, terlihat pantat montok itu bagaikan tanpa celana…mau tidak mau kejantananku yang sudah seminggu tidak ketemu musuhnya merespon positif mulai menggeliat bangun.

“Waaah… eeehhh… anuu… buat nonton video pengantin temen yang baru diedit” jawabku sempat gagap.

“Alllaaaaaa… tidak usah ngelesslah… iya juga gapapa… udah gede ini…haa..haaa..” potong mbak Revita sambil meletakkan benda elektronik tipis ini di meja, dengan posisi agak menunduk ini mataku menangkap dua gundukan montok putih mulus tanpa lapisan dari sela-sela sweaternya di dalam daster yang memang berleher rendah, dan mbak Revita seolah tidak merasa akan hal itu.

“Haaa…haaa… mbak Revita nuduh neeh… nonton bokep sendirian tidak seru… kalo ditemenin mbak Revita baru seruuu…” jawabku mulai terbawa gaya sembarangannya mbak Revita…

“Heeee..??? bener ya Bim..? seumur-umur aku belom pernah nonton bokep, soalnya mas Budhi tidak pernah ngasih, kamu ada kan filemnya..?” cerocos mbak Revita tanpa bisa kujawab dan sebelum aku bisa jawab.

“Ya udah sana kamu duluan aku ngunciin pintu sama matiin lampu dulu” Tanpa menunggu jawabanku ibu muda ini sudah menghilang ke belakang.

Dengan gontai aku melangkah pulang sambil nenteng DVD player milik mbak Revita, pikiranku jadi kacau, karena mbak Revita kepengen ikut nonton bokep sama aku.

Sampai dirumah sambil masangin kabel-kabel ke monitor aku bingung sendiri, aku bakal mati gaya, nonton bokep berduaan dengan istri orang. Lain semasa bujangan dulu, kalo nonton bokep justru cari pendamping yang bisa dijadikan pelampiasan.

Lulu anak Fakultas Psikologi, pendampingku setia nonton bokep, ujung-ujungnya kami saling melampiaskan walaupun hanya sampe oral sex. Lulu tidak mau aku setubuhi, katanya waktu itu dia masih perawan. Trus beberapa lagi Titiek, Anita dan Mimi, kalo mereka bertiga memang sudah dapat predikat ayam kampus. Bahkan pernah aku dikeroyok mereka bertiga semaleman.

“Heeeiii aku datang…! ko malah ngelamun Bim…?” Suara mbak Revita membuyarkan lamunanku.

Mbak Revita datang dengan membawa tentengan berupa beberapa minuman kaleng dan makanan kecil.

“Busyeeet bekelnya banyak bener…? Mau sampe pagi…?” seruku untuk menetralisir kebingunganku.

“Waddduuu… aku pikir mbak Revita tadi berganti baju yang lebih pantas, ternyata masih

menggunakan baju tidur yang sama… ini namanya sial atau keberuntungan siiih..???”

“Heh..? siapa tau sampe pagi…? Bim aslinya… sebelum kamu datang tadi aku di dalam rumah sendirian, tuh takut… tau ga siih..? sepi bangeeet… makanya aku bawa banyak bekel, ntar kita ngobrol aja sampe pagi… setuju..?” celoteh mbak Revita panjang lebar bener-bener tidak berubah sikapnya, ada atau tidak ada suaminya.

“Sekarang mau nonton yang mana dulu..? silakan nyonya Revita menentukan pilihan…” kataku sambil menyodorkan segepok piringan DVD lengkap dengan sampulnya.

Pilihan mbak Revita rupanya tepat, pilihan filmnya masih yang XX, jadi sewaktu nonton kami masih bisa sambil santai bercanda mengkomentari adegan demi adegan, walaupun 2 jam kemudian setelah film pertama selesai aku lihat wajah mbak Revita agak memerah dan sesekali merapatkan sweaternya seolah-olah menyembunyikan dadanya yang montok.

“Mmm… apa sih yang dikuatirkan mas Budhi dengan aku nonton Bokep, kalo beginian sih tidak begitu ngaruh aku rasa Bim…?” kata mbak Revita sedikit arogan, sambil milih-milih lagi film yang akan ditonton berikutnya.

“Yang bener aja deeeh Nyonya Revita..?? kalo nontonnya sama suami orang..?” Jawabku menggodanya..

Entah kenapa aku bisa menemukan panggilan Nyonya Revita untuknya yang selama ini tidak pernah muncul.

“Haa… haaa… suami Wanti sih anak kemaren sore mana berani macem-macem..?” sahutnya setengah menantang dengan bibir manisnya dicibirkan padaku.

Memang usia mbak Revita lebih tua 2-3 tahun dari aku, makanya sering ledekannya kepadaku selalu menyangkut umur dan apalagi memang wajahku kata orang adalah baby face, innocent.

Seandainya orang tau kelakuanku di jaman kuliah dulu, pernah kencan ranjang dengan dosen manajemen, pernah pacarin anaknya sekaligus nidurin mamanya, ibu kospun pernah aku embat, mungkin akan lain kesannya padaku dan kebetulan Wanti istriku aku dapatkan ketika aku sudah di Jakarta dan sama sekali tak tahu masa laluku yang brengsek.

“Biim… iihh asyik banget tuh mereka yak..?” Gumam mbak Revita yang memang dasar mulutnya tidak bisa diem, melihat adegan pose 69 kayanya heran banget.

“Emang kamu belum pernah mbak.?” sahutku polos.

“Eeeh… enggak… no comment.. sssst diem aja ya sekarang” kudengar mbak Revita menjawab gagap dan suaranya agak bergetar.

Benar saja suasana jadi hening, apalagi volume film memang kecil supaya tidak kedengaran dari luar. Tapi kini yang aku dengar adalah suara nafas mbak Revita yang tidak teratur, seolah-olah terengah-engah, sedangkan aku juga sudah terhanyut dengan adegan syuuur yang terpampang di monitor dan film kali ini adalah XXX.

Celana pendekku yang gombrong, di bagian selangkanganku sudah menggembung akibat batang kemaluanku sudah menegang kencang, makanya kutumpangkan bantalan kursi agar tidak terlihat oleh mbak Revita.

Awalnya aku tidak begitu memperhatikan mbak Revita, karena aku sangat terbawa oleh adegan dan wajah-wajah seksi di film itu, tapi beberapa kali kudengar mbak Revita menghela nafas panjangnya, dan beberapa kali merubah posisi duduknya, seolah gelisah.

Mulailah aku memperhatikan tingkah wanita yang menahan gejolak birahi, kulihat sering nyonya muda ini meregangkan jari-jari tangannya, dan kulihat wajah yang cantik berkulit putih ini makin memerah, seperti layaknya orang habis minum arak.

Satu setengah jam berlalu, sesekali kulirik mbak Revita yang duduk di sebelahku persis, kegelisahannya kulihat semakin hebat dan hilang sudah komentar-komentar konyolnya seperti pada film pertama.

Pada suatu saat menjelang film ini selesai, mata kami bertemu pandang, kulihat sorot mata yang aneh dari mbak Revita, sementara kurasa matakupun sudah aneh juga, dimata mbak Revita..

“Biiiiimmm….” Kudengar suaranya mendesah memanggil namaku.

“Ya mbaak…” jawabku tak kalah lirih.

Dalam pandanganku saat itu yang dihadapanku bukanlah Revita sebagai wanita yang sudah kukenal baik, tetapi Revita sebagai wanita yang sangat menggairahkan sedang menggelar libidonya. Entah siapa yang memulai, tahu-tahu tangan kami sudah saling menggenggam, kuremas lembut jari-jari halus mbak Revita.

Mbak Revita menundukkan wajahnya ketika wajahku mendekat, kusibakkan rambut panjangnya yang jatuh menutup sebagian wajahnya, kembali dia mengangkat wajahnya dan wajah kami hampir tak berjarak, hembusan nafasnya terasa hangat dihidungku, matanya menatapku penuh makna.

Entah keberanian dari mana yang mendorongku mengulum bibir indah yang setengah terbuka milik mbak Revita. Aah reaksi positif kudapatkan… kulumanku dibalasnya, sejenak bibir kami berpagutan mesra, sampe akhirnya dia melepaskan pagutan bibirnya dengan nafas terengah-engah.

“Aaah Biimo… jangan… jangan diteruskan… bahaya” katanya setengah berbisik sambil berusaha melepaskan rengkuhanku, tak akan kulepaskan nyonya cantik ini, kepalang tanggung, pikirku.

“Kenapa mba..? apanya yang berbahaya..?” sahutku sekenanya sambil mendaratkan kecupan bibirku di lehernya yang jenjang.

Sejenak dia meronta-ronta kecil berusaha menghindari kenakalan bibirku pada leher mulusnya, sementara tanganku tengah meremasi kemontokan buah dada yang ternyata memang tak mengenakan bra.

Beberapa kali tangan halusnya menepiskan tanganku dari dadanya, tapi segera tanganku kembali ke tempat semula, sampai sesaat kemudian perlawanannya berhenti dengan sendirinya, berubah dengan desah nafas memburu dan geliatan tubuhnya

Serangankupun kukendorkan, kecupan bibirku kuperlembut demikian juga remasan tanganku berubah menjadi elusan lembut pada kulit payudaranya dan gelitikan mesra pada puting susunya yang sudah mengeras.

“Bimo… ssss… aku ngga tahaaan..” bisiknya pendek, dekat sekali suara itu di telingaku… ooowww… daun telingaku dikulumnya… dijilatinya…

“ Ikuti aja mba… nikmati aja..” bisikku mesra sambil menarik tali daster yang tersimpul di pundaknya, sehingga memperlihatkan kesempurnaan bukit montok di dadanya.. begitu mulus dengan puting mungil mengeras berwarna merah kecoklatan… kudaratkan jilatan ujung lidahku pada benda itu, tubuh mbak Revita menggeliat sambil mendesah panjang…

“ Ssssssshhh… aaahh… Biimm..ooo.. aku.. takuut… mmmmmhh” Tak kupedulikan lagi kalimat-kalimat mbak Revita, karena nafsukupun sudah di ubun-ubun apalagi menghadapi kenyataan ternyata tubuh ibu muda ini memang tak layak untuk dilewatkan sesentipun.

Desah-desah resah berhamburan dari mulut mbak Revita, geliatan tubuhnya sudah menunjukkan kepasrahannya kepada birahinya sendiri… tangannya mulai melingkar di leherku, betapa rambutku digerumasinya, betapa kuatnya jari lentik mbak Revita mencengkeram kulit punggungku, manakala puting susunya kukulum dalam waktu yang lama….

“ Duuuh… ampuuunn…..” desahnya lirih, perutnya yang rata berkulit putih dihiasi lubang pusar berbentuk bagus ini menggeliat erotis, manakala bibirku mengecupinya… Tubuh atas mbak Revita sudah kutelanjangi, entah kemana daster dan sweaternya jatuh ketika kulempar tadi.

Tubuhnya setengah rebah dengan kepala berada di sandaran tangan sofa, sementara kulihat tangannya meremasi payudaranya sendiri…

Mbak Revita mengerang panjang dengan menggoyang-goyangkan kepalanya yang mendongak ketika lubang pusarnya kukorek-korek mesra dengan lidahku… tubuhnya menggeliat erotis sekali, rupanya disitu adalah salah satu daerah sensitifnya.

“ Owww… Biimmoo… jangaaan… aku tidak mauu…” bisiknya sambil tangannya menahan daguku… ketika kukecupi gundukan kemaluannya dari balik celana G Stringnya yang sudah tampak bercak basah…

“ Kenapa mbak..?” tanyaku lembut..

“ Ssssshh… aku belum.. pernah… maluuu..” jawab mbak Revita, sambil berusaha menarik tubuhku ke atas…

Busyeet jadi diapain aja tubuh indah ini sama mas Budhi..? Selanjutnya tanpa permisi celana G String itu kusingkap ke samping…. Fuuuiii..! sebuah gundukan kecil yang dibelah tengah dengan rambut kemaluan tidak begitu lebat… sebuah bentuk luar kemaluan wanita yang masih orisinil… indah sekali belahan yang basah kulihat berdenyut-denyut… tak ayal lagi lidahku terjulur menyapu cairan yang membasahi belahan indah itu….

“Aaaaahhh… Biiiimmoooo… kamu bandeeelll…” Erang mbak Revita dengan tubuh semakin hebat menggeliat… sepasang kaki panjangnya semakin terkangkang lebar… kaki sebelah kiri terjuntai ke lantai yang beralaskan karpet tebal dan kaki sebelah kanannya ditumpangkan di atas sandaran sofa…

Setelah G Stringnya kutanggalkan. Rambutku habis diacak-acak tangannya yang gemas yang kadang mencengkeram erat kulit pundakku… hal ini membuat aku semakin kesetanan ditambah aroma vaginanya yang segar… bibirku menciumi bibir vaginanya selayaknya mencium bibir mulutnya dan lidahku menyelip-nyelip memasuki liang yang basah itu sampai sedalam-dalamnya…. sesekali kukulum clitoris mungil yang sudah mengeras…

“ Biiimmmmooo…. ampuuuunn… nikmaaaaat bangeeettt…” mbak Revita merintih-rintih dengan suara seperti orang mau menangis… pinggulnya bergerak-gerak merespon ulah lidah dan bibirku di selangkangannya…

“ Ooowwh… Biiimmm… sudaaaaahhhh aku tidak tahaaaaan…” Suara mbak Revita semakin memilukan…

Tiba-tiba tubuh mbak Revita bangkit dan mendorong lembut tubuhku yang tengah bersimpuh di karpet tebal kuikuti saja sehingga tubuhku telentang di karpet sedangkan tubuh mbak Revita mengikuti arah rebah tubuhku sehingga tubuhku kini ditindihnya

Payudaranya yang montok dan kenyal itu kini menempel ketat di dadaku… wajah kami begitu dekat dan wajah wanita yang tengah diamuk birahi memang akan semakin terlihat memikat, seperti wajah mbak Revita ini kulihat semakin mempesonaku…

“ Bimooo… ayo masukin yaaah..?” Desisnya dengan bibir indahnya kulihat gemetar…

Alis indah di wajah cantik mbak Revita mengerinyit dan matanya yang agak sipit semakin menyipit sayu…

“ Ouught… pelaaan Biiimm… ssssss… nyeriii…” keluhnya… sambil memepererat pelukannya… kurasakan liang sanggama ibu muda ini sempit sekali ketika palkonku berusaha menerobosnya

Tapi ibu muda ini sangat bersemangat untuk menuntaskan gairah binalnya… walaupun dengan ekspresi yang nampak kesulitan dan kesakitan…. diiringi geal-geol pinggulnya… akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluanku tertanam di liang sanggamanya yang sempit..

“ Sssshhh… gilaaa… gede banget punya kamu… hhh… hhh… tunggu Biimm..”

Tubuh sintal mbak Revita ambruk ke tubuhku ketika penetrasi itu berhasil… kudiamkan sejenak tubuh sintal itu diam tak bergerak di atas tubuhku dengan nafas memburu tak beraturan… besutan-besutan kecil kurasakan ketika mbak Revita mulai menggerakkan pinggulnya… dan gerakan itu semakin keras… dan besutan-besutan itu semakin nikmat kurasakan…. aku tidak bisa menahan diri lagi untuk mengcounternya… aku mulai mengayun batang kemaluanku..

“ Biimmooo… oooohhh…sssshhhh” hanya itu desah-desah kalimat pendek yang sering terucap dari mulut mbak Revita yang dengan gemulai menarikan pinggulnya… diiringi erangan dan rintihan kami yang sangat ekspresif… sesekali bibir kami berpagutan liar… remasan gemas tanganku pada payudara montok yang terayun-ayun itu seakan tak mau lepas…

“ Biimm… Biimmoooo… ssssshh… aku hampiiirrr… ookkkhhh..” gerakan tubuh mbak Revita semakin tak beraturan… dan rasanya akupun tidak perlu menahan bobolnya tanggul spermaku untuk lebih lama…

“ Tunggu mba..” desisku pendek..

Dan bagaikan dikomandoin tubuh kami bisa serentak meregang dan aku terpaksa mengayunkan batang kemaluanku sehebat-hebatnya un tuk menghasilkan kenikmatanku secara maksimal…

“ Aaaaarrgh.. Biiiimmooo… aammmpuuuunn…” Tubuh mbak Revita menggelepar hebat di atas tubuhku… betapa kejam kuku jarinya mencengkeram dadaku sebagai pelampiasan meledaknya puncak birahi betinanya….

Hening…. sesaat setelah terjadinya ledakan hebat… kulihat jarum jam di dinding menunjukkan angka 11.30… tubuhku tetap rebah telentang… sedangkan tubuh mbak Revita tergolek disamping membelakangiku…

Ketika deru nafas memburu kami mulai mereda… dan ketika keringat birahi kami mulai mengering…. kupeluk tubuh sintal mbak Revita dari belakang, tapi dengan lembut tanganku diangkat dan dipindahkan ke tubuhku sendiri… dan tubuh mbak Revita beringsut menjauhiku… kudekati lagi tubuh itu dan kudaratkan kecupan di punggung berkulit mulus itu… kudengar isak tangisnya….

“ kenapa mba..?” tanyaku lembut… lama tidak ada jawaban, isak tangis mbak Revita makin keras… kubelai lembut pundaknya.. tapi tanganku ditepisnya…

“ Bimo… aku sedih dengan kejadian ini… aku malu sama kamu.. dan aku merasa sudah melukai hati Wanti dan mas Budhi…” terdengar suara mbak Revita serak…

“ Malu kepadaku..? untuk apa malu…? justru aku merasa lebih dekat dan bahagia sama kamu mbak.. walaupun sebenarnya tidak seharusnya dengan jalan seperti ini… selama kita bisa memposisikan masalah ini pada porsinya, kurasa mas Budhi ataupun Wanti tidak akan merasa kita sakiti..” jawabku panjang lebar..

“ Aku takut mereka tahu apa yang telah kita lakukan..” sahut mbak Revita dengan suara yang semakin tenang…

“ Mereka tidak akan tahu selama kita tidak memberitahu… dan kondisi kita saat ini adalah seorang lelaki dan wanita yang punya keinginan yang harus terpenuhi saat ini juga… kita tidak bisa menghindari mbak..” sahutku lagi, sambil kutumpangkan tanganku dipinggul bulatnya… mbak Revita tak bereaksi walaupun masih mempunggungiku…

“Lebih tepatnya harus terpenuhi malam ini… bukan hanya sesaat…” sahut mbak Revita sambil membalikkan badannya, sehingga kembali payudara montoknya menempel di dadaku… matanya menatapku tajam penuh tantangan.. dan kini wajah sembab sehabis menangis ini tersenyum manis sekali…

“ sepanjang malam ini mba..?” tanyaku menegaskan, sambil kulingkarkan lenganku ke pinggangnya yang raping…

“ Yah… bukankah malam masih panjang Bim…?” bisiknya manja.. wajahnya ditengadahkan ke wajahku. Kupagut bibir bagus itu dan disambut dengan sangat bergairah…. Gairah liar birahi betina mbak Revita meletup dahsyat, aku benar-benar tak menyangka ibu muda yang kalem dan polos bisa berubah sedemikian agresip… Batang kemaluanku rupanya benar-benar membikin ibu muda ini gemas setengah mati… tak hentinya tangan berjari lentik ini mengocok dan meremas-remasnya..

“ Bimo aku pengen “ini” kamu..” bisiknya manja sambil meremas lebih keras saat mengucap kata “ini”…

“ Emang bisa..?” sahutku menggoda… wooww.. perutku digigit kecil mbak Revita dengan gemas…

“ Boleeeh enggaaa..?” rajuknya

“ Iyaaaa… habisiiin deeeh..” jawabku sambil kuremas pantat bulatnya…

Awalnya kurasakan mbak Revita masih coba-coba… dengan sabar aku memberi arahan, karena beberapa kali palkonku terkena giginya… lumayan sakiit…

Selanjutnya, tubuhku dibuat melintir dan menggeliat merasakan permainan lidah dan lembutnya bibir mbak Revita membasuk batang kemaluanku… kadang-kadang dengan nekadnya batang kemaluanku ditanamnya dalam-dalam sampai ujung kerongkongannya… sampai mbak Revita tersedak..

“ Eeeii.. jangan diabisin mbaa..” kataku lembut… melihat mbak Revita tersedak..

“ Abis gemeees aku Bim… punya kamu panjaaang bangeeet, gede lagi…” bisiknya manja, memberi alasan…

Akhirnya kami membuat posisi 69, mbak Revita menindihku dengan posisi mengangkangi wajahku… Kami sepakat dengan posisi ini sampai mencapai orgasme… kembali erangan dan rintihan kami bersahutan.. gerak tubuh kami sudah tak berirama

Detik-detik akhir mbak Revitapun kurasakan… beberapa kali kaki panjangnya meregang dan besotan mekinya di bibirku makin liar… aksi lidah dan bibirnya pada batang kemaluankupun makin liar, membuatku semakin mendekati titik kulminasi…

“ Eeeeeehhhkkk… Biiiimmmm… niiiikkkkmaaaattnyaaa…” rengek mbak Revita panjang, tubuhnya menggeliat hebat… kedua kakinya meregang.. besotan meki ke mulutkupun makin hebat… lidahku kujulurkan jauh kedalam liang becek yang kurasakan mengedut-ngedut…

“ Oooowww.. mbak akuu.. hampiiirr…” Desahku selang tak lama setelah palkonku kembali dihajar lidah dan mulut mbak Revita… busyeeet, bukannya melepaskan kuluman bibirnya di palkonku, mbak Revita malah memperhebat aksi mulut dan lidahnya ditambah kocokan tangannya pada batang kemaluanku…

Apa dayaku… tak ampun lagi diiringi eranganku, tubuhku mengejang keras mengantarkan semprotan spermaku bertubi-tubi di dalam mulut mbak Revita yang makin lengket seperti lintah menempel di tubuhku… tak luput kantong pelerku diremas-remas lembut,

Seakan spermaku ingin diperas habis… setelah dirasa tetes terakhir… buru-buru mbak Revita bangun dari tubuhku dan menyambar botol aqua yang tadi dibawa dari rumah dan diteguknya sampai tandas…

“ Iiih… rasanya aneh… banyak banget, kentel lagi… kenyang deh aku Bim… tapi enaak kok, asin ada gurihnya..” komentar mbak Revita dengan pengalaman barunya… Kembali kami berbaring di karpet tebal merasakan lemasnya tubuh…

Setelah mengguyur tubuh dengan shower di kamar mandi kembali kami rebahan santai di karpet tebal di depan televisi, saat itulah mbak Revita menceritakan rahasia kehidupan ranjangnya dengan mas Budhi, yang monotone

Mas Budhi terlalu polos dan lurus dalam soal sex.. sedikit-sedikit takut dosa. Dalam hal kepuasan sex sebenernya mbak Revita tidak merasa kekurangan, karena selain mas Budhi memang punya stamina tubuh yang bagus dengan hidup sehatnya, di sisi lain memang mbak Revita adalah type wanita yang gampang tersulut gairah seksualnya dan dengan cepat mencapai puncak orgasme…

“ Pernah hari Minggu pagi aku liat mas Budhi sedang nyuci mobil dengan kaos yang basah, sehingga nempel dibadannya yang atletis… seeerrrr… langsung.. basah juga deh CD ku… dan langsung kutarik mas budhi kekamar dan aku telanjangi…. haa.. haaa.. dapet dua kali…” tutur mbak Revita sambil menyuapi aku dengan anggur yang dibawanya tadi… Kembali kami nonton bokep yang belum kami tonton… belum seperempat jam Asia Carrera beraksi…

“ Biiiimmm… nggaaa tahaaan neeh… keburu pagi…” Desah mbak Revita manja dengan nafas yang sudah ngos-ngosan… apalagi dengan membengkaknya batang kemaluanku yang dari tadi tidak lepas dari genggamannya.

“ Mbak Revita pingin diapain..?” bisikku sambil kudaratkan kecupan di lehernya

“ Pingin kaya di film itu…” jawabnya manja… tanpa disuruh mbak Revita menelungkupkan tubuhnya di sofa dengan kaki berlutut di karpet agak mengangkang… kuminta pantatnya ditunggingkan sehingga gundukan bukit kemaluannya mengarah keluar… mbak Revita kembali mengerang gemas ketika palkonku mulai merentangkan otot liang sanggamanya… ketika pantat montok itu mulai menggeol gemulai dan ketika batang kemaluanku mulai memompa… mulailah kuda jantan dan kuda betina ini berpacu birahi…

Aku membuktikan mbak Revita memang wanita yang cepat mencapai orgasme dan cepat kembali berkobar birahinya… dan mbak Revita menghendaki berganti posisi setelah dia mencapai orgasme… saking seringnya dia mencapai orgasme… hampir-hampir kami kehabisan posisi dan di setiap posisi mbak Revita mengaku bisa mencapai orgasme dengan kenikmatan yang maksimal… Ketika pada orgasme mbak Revita yang kelima, aku juga merasakan orgasmeku hampir sampai… mbak Revita menyadari itu…

“ Biimm… tumpahkan dimulutku sayaaang… aku suka peju kentel kamu…” rengeknya disela-sela nafas kuda betinanya… dan dengan bernafsu sekali mbak Revita menyambut semburan demi semburan sperma kentalku dengan mulut terbuka lebar dan lidah yang menggapai-gapai…

Tubuh mbak Revita kembali rebah telentang di karpet setelah menenggak setengah botol aqua… rambutnya yang panjang tampak kusut dan basah oleh keringatnya, tubuhnya yang berkulit putih juga tampak berkilat basah oleh keringat… terlihat sinar matanya yang kecapekan dan wajah agak memucat…

Ketika aku keluar dari kamar mandi setelah kembali mengguyur tubuhku dengan shower, kulihat mbak Revita tertidur pulas dengan bibir tersenyum… kulihat jam menunjukkan jam 03.45… kurebahkan tubuhku disisinya…

Kubelai lembut rambutnya yang masih basah oleh keringat birahi… kukecup keningnya yang sedikit nonong… kuamati tubuh telanjang ibu muda ini, sebuah struktur yang sempurna… wajahnya berbentuk oval, bibir berbentuk bagus, hidung mancung berbentuk ramping,

Mata agak sipit tapi memanjang dengan kelopak besar… bulu mata yang lentik dan panjang… alisnya seperti di gambar… postur tubuhnyapun proporsional antara tinggi dan beratnya… sekitar 165 – 170 cm… buah dadanya yang montok kutaksir cup branya B…. memang masih kenyal menggemaskan dengan puting susu bak perawan, mencuat mungil ke depan, berwarna merah kecoklatan…

perutnya yang rata dengan lubang pusar berbentuk indah… pinggang ramping menyambung dengan pinggul yang padat ditopang sepasang kaki yang panjang berbentuk atletis….

Rupanya aku tak dapat menahan kantukku… Aku membuka mata kulihat mbak Revita bersimpuh di sebelah tubuhku, dengan pakaian sudah lengkap membalut tubuhnya, rupanya dia yang membangunkanku kulihat jam dinding menunjukkan pukul 05.15…

“Biim, aku pulang dulu yaa..?” kata mbak Revita, wajahnya sudah segar, rupanya sempat mencuci mukanya sebelum membangunkanku…

“ Eeeh… buru-buru sih..? kan masih pagi… “ jawabku sambil menarik pinggangnya…

“ Bimo kamu gila… liat tuh udah terang…” protesnya ketika tubuhnya menindih tubuhku akibat tarikan tanganku dan aku memang gha peduli karena seperti biasa kalo pagi hari, batang kemaluanku pasti ikut menggeliat bangun saat aku bangun…. kembali kugumuli tubuh indah yang kini sudah berdaster lengkap dengan sweaternya….

“ Aaaahhh Bimmooo… tidak mauuk… bauuuk ga enak..” protesnya manja tapi tidak menolak bahkan kudengar desisan panjang ketika batang kemaluanku kembali menggelosor memasuki tubuhnya…

“ Biiimmo… asli aku ga mampu menolak yang begini iniii ooohhkk…” desisnya gemas merasakan pompaan batang kemaluanku ke liang sanggamanya yang sempit…

“ Ayyuu Biiimmm… keburu mbak Suti dateng…” bisik mbak Revita di deket telingaku, setelah orgasmenya yang kedua, mbak Suti adalah tukang cuci yang tiap pagi datang ke rumahnya….

“Owwkk.. Biiimmm… giiilllaa kamuuu… aku berasaa lagiii…” rengek mbak Revita lirih.. kurasakan tubuhnya mulai menegang…

“ Mmmhh… tuungguuu mbaakk..” Kupergencar pompaanku… tubuh mbak Revita makin kuat menegang.. memperkuat pelukan dan cengkeramannya di tubuhku…

“ Oooowww… nggaaaaa tahaaaan Biiiimmm…!” teriakan keras mbak Revita menghantarkan geleparan tubuhnya yang tak terkontrol hal ini ternyata mendorong dengan cepat semburatnya spermaku kembali memenuhi liang sanggama mbak Revita….

Kembali kami terkapar di atas karpet… kali ini mbak Revita ngga lagi telanjang… hanya dasternya aja tersingkap sampai ke perut… Setelah nafsnya kembali teratur mbak Revita beringsut bangkit sambil memungut celana G Stringnya dimasukkan ke kantong dasternya…

“ Udah ya Bim… makasih banget untuk malam panjang ini… aku tidak akan melupakan malam indah sama kamu ini, tapi aku berharap cukup sekali ini saja… jangan sampai kita ulang ya Biim… janji ya..?” kata mbak Revita sendu…

akupun mengangguk saja, tidak ada kalimat yang mampu terucap dari mulutku… Kuantar mbak Revita sampai pintu ruang tamu, karena aku masih telanjang bulat… Nggak sampai setengah menit mbak Revita menutup pintu rumahnya, kulihat dari balik kaca jendela mba Suti tukang cuci itu datang…

Memang kejadian itu tidak terulang lagi sampai saat ini dan hubungan keluarga kami tetap seperti sediakala sampai akhirnya mbak Revita dan Wanti istriku melahirkan anak dengan waktu hampir bersamaan, tapi kejadian semalam itu rupanya benar-benar menjadi ikon yang hidup di hati aku dan mbak Revita… beberapa kali kami melakukan phone sex setiap kali mbak Revita curhat tentang kehidupan seksnya yang tetap monotone… hanya sebatas itu…

No comments:

Post a Comment

Cerita Sex - Keluarga Yang Pengertian..

Hai namaku Siti Zubadiyah. Umurku 17 tahun. Saat ini aku sedang berada di dapur membantu ummi menyiapkan hidangan makan siang. “Kresh…k...