Peristiwa ini terjadi kira kira bulan yang kemarin dimana aku
baru pindah perumahan yang masih sepi penghuninya mungkin ada 15 kepala rumah
tangga yang tinggal disini, dan malam itu memang sial bagiku dimana istriku mau
pergi keSemarang untuk menjemput kakak pertamanya. untuk menghadiri pernikahan
sepupu mereka, sedangkan aku memang tidak ikut karena tidak mungkin meninggalkan
tugas kantor yang memang sedang tinggi loadnya di akhir tahun ini.
Yang pertama malam ini aku bakal kesepian di rumah, yang
kedua baru tadi pagi menstruasi Wanti istriku berhenti, seharusnya malam ini
aku dapat jatah setelah selama hampir seminggu kejantananku tidak ketemu musuh.
Makanya sepulang kantor aku mampir ke Glodok tempat yang
memang sehari-hari aku lewati, kubeli beberapa filem bokep, pikirku lumayan
untuk menghabiskan week end ini.
Menjelang memasuki gerbang perumahan yang masih sepi dari
penghuni ini, hampir aku mengumpat keras, ketika ingat kalau DVD playerku masih
berada di tukang service yang seharusnya sudah bisa diambil beberapa hari yang
lalu dan sekarang, gila aja kalau aku harus putar balik menembus kemacetan
Jakarta hanya untuk mengambil benda itu.
Aaaah… aku ingat mas Budhi satu-satunya tetangga terdekatku
yang rumahnya bersebelahan dengan rumahku, aku bisa pinjam dia, kembali aku
bernafas lega. Sehabis mandi, segera aku bertandang ke rumah sebelah, aku
sempat heran, tidak biasanya masih jam 20.30 ruang tamunya sudah gelap, padahal
mobil Avanza hitam miliknya ada di rumah, berarti mas Budhi ada dirumah,
simpulku sederhana.
“Mas Budhii… maaas” panggilku dari luar pagar.
Sesekali kuketok-ketokkan gembok ke pagar besi, sehingga
terdengar suara besi beradu nyaring. Agak lama kulihat lampu ruang tamu
menyala, tapi pintu tidak segera dibuka, kulihat tirai sedikit tersingkap dan
ada yang mengintip dari dalam, tumben pake diintip segala, Biasanya mas budhi
langsung buka pintu.
“Eeeiii… Bimooo… sorry ya…ayo masuk pagar tidak dikunci
kan..?” seru suara wanita yang sangat aku kenal, mbak Revita istri mas Budhi
keluar dari pintu dengan pakaian tidurnya dilapisi sweater.
“Lho mas Budhi mana mbak… sudah tidur..? waduu jadi ngganggu
neeh..?” kataku agak kikuk ketika aku sudah duduk di ruang tamu itu mas Budhi
tidak muncul.
“Mas Budhi sedang tugas ke Medan Bim eh mau minum apa
neeh..?” mbak Revita wanita berwajah cantik ini menawarkan minum yang membuatku
semakin jengah untuk duduk berlama-lama disitu.
Pasalnya mbak Revita dengan pakaian tidur yang tipis
memperlihatkan bayangan celana G-String putihnya. Aku yakin bagian atas jika
tak tertutup sweater akan membayang BH nya, atau mungkin tidak pake, yang aku
tahu ibu ini buah dadanya sangat montok.
Sebenarnya antara aku dan mbak Revita sudah akrab sekali,
bahkan kalau bercanda kadang-kadang agak seronok, tapi itu justru jika ada di
depan mas Budhi atau ada Wanti istriku, ketika berdua begini aku jadi kaya mati
angin, sementara mbak Revita masih bersikap wajar.
“Waah.. tidak usah repot-repot mbak… aku hanya mau pinjem DVD
player aja kalo bisa” kataku dengan agak sungkan.
“Ada kok Bim, bentar aku lepasin kabel-kabelnya yah..
sendirian di rumah… mau nonton film jorok ya..?” Tebak mbak Revita
Karena DVD player berada dibawah kolong jadi mbak Revita
harus berlutut di lantai mencabuti kabel sambil membelakangiku sehingga
pantatnya yang montok itu ngepress di baju tidurnya yang tipis dengan celana
G-String, terlihat pantat montok itu bagaikan tanpa celana…mau tidak mau
kejantananku yang sudah seminggu tidak ketemu musuhnya merespon positif mulai
menggeliat bangun.
“Waaah… eeehhh… anuu… buat nonton video pengantin temen yang
baru diedit” jawabku sempat gagap.
“Alllaaaaaa… tidak usah ngelesslah… iya juga gapapa… udah
gede ini…haa..haaa..” potong mbak Revita sambil meletakkan benda elektronik
tipis ini di meja, dengan posisi agak menunduk ini mataku menangkap dua
gundukan montok putih mulus tanpa lapisan dari sela-sela sweaternya di dalam
daster yang memang berleher rendah, dan mbak Revita seolah tidak merasa akan
hal itu.
“Haaa…haaa… mbak Revita nuduh neeh… nonton bokep sendirian
tidak seru… kalo ditemenin mbak Revita baru seruuu…” jawabku mulai terbawa gaya
sembarangannya mbak Revita…
“Heeee..??? bener ya Bim..? seumur-umur aku belom pernah
nonton bokep, soalnya mas Budhi tidak pernah ngasih, kamu ada kan filemnya..?”
cerocos mbak Revita tanpa bisa kujawab dan sebelum aku bisa jawab.
“Ya udah sana kamu duluan aku ngunciin pintu sama matiin
lampu dulu” Tanpa menunggu jawabanku ibu muda ini sudah menghilang ke belakang.
Dengan gontai aku melangkah pulang sambil nenteng DVD player
milik mbak Revita, pikiranku jadi kacau, karena mbak Revita kepengen ikut
nonton bokep sama aku.
Sampai dirumah sambil masangin kabel-kabel ke monitor aku
bingung sendiri, aku bakal mati gaya, nonton bokep berduaan dengan istri orang.
Lain semasa bujangan dulu, kalo nonton bokep justru cari pendamping yang bisa
dijadikan pelampiasan.
Lulu anak Fakultas Psikologi, pendampingku setia nonton
bokep, ujung-ujungnya kami saling melampiaskan walaupun hanya sampe oral sex.
Lulu tidak mau aku setubuhi, katanya waktu itu dia masih perawan. Trus beberapa
lagi Titiek, Anita dan Mimi, kalo mereka bertiga memang sudah dapat predikat
ayam kampus. Bahkan pernah aku dikeroyok mereka bertiga semaleman.
“Heeeiii aku datang…! ko malah ngelamun Bim…?” Suara mbak
Revita membuyarkan lamunanku.
Mbak Revita datang dengan membawa tentengan berupa beberapa
minuman kaleng dan makanan kecil.
“Busyeeet bekelnya banyak bener…? Mau sampe pagi…?” seruku
untuk menetralisir kebingunganku.
“Waddduuu… aku pikir mbak Revita tadi berganti baju yang
lebih pantas, ternyata masih
menggunakan baju tidur yang sama… ini namanya sial atau
keberuntungan siiih..???”
“Heh..? siapa tau sampe pagi…? Bim aslinya… sebelum kamu
datang tadi aku di dalam rumah sendirian, tuh takut… tau ga siih..? sepi
bangeeet… makanya aku bawa banyak bekel, ntar kita ngobrol aja sampe pagi…
setuju..?” celoteh mbak Revita panjang lebar bener-bener tidak berubah
sikapnya, ada atau tidak ada suaminya.
“Sekarang mau nonton yang mana dulu..? silakan nyonya Revita
menentukan pilihan…” kataku sambil menyodorkan segepok piringan DVD lengkap
dengan sampulnya.
Pilihan mbak Revita rupanya tepat, pilihan filmnya masih yang
XX, jadi sewaktu nonton kami masih bisa sambil santai bercanda mengkomentari
adegan demi adegan, walaupun 2 jam kemudian setelah film pertama selesai aku
lihat wajah mbak Revita agak memerah dan sesekali merapatkan sweaternya
seolah-olah menyembunyikan dadanya yang montok.
“Mmm… apa sih yang dikuatirkan mas Budhi dengan aku nonton
Bokep, kalo beginian sih tidak begitu ngaruh aku rasa Bim…?” kata mbak Revita
sedikit arogan, sambil milih-milih lagi film yang akan ditonton berikutnya.
“Yang bener aja deeeh Nyonya Revita..?? kalo nontonnya sama
suami orang..?” Jawabku menggodanya..
Entah kenapa aku bisa menemukan panggilan Nyonya Revita
untuknya yang selama ini tidak pernah muncul.
“Haa… haaa… suami Wanti sih anak kemaren sore mana berani
macem-macem..?” sahutnya setengah menantang dengan bibir manisnya dicibirkan
padaku.
Memang usia mbak Revita lebih tua 2-3 tahun dari aku, makanya
sering ledekannya kepadaku selalu menyangkut umur dan apalagi memang wajahku
kata orang adalah baby face, innocent.
Seandainya orang tau kelakuanku di jaman kuliah dulu, pernah
kencan ranjang dengan dosen manajemen, pernah pacarin anaknya sekaligus nidurin
mamanya, ibu kospun pernah aku embat, mungkin akan lain kesannya padaku dan
kebetulan Wanti istriku aku dapatkan ketika aku sudah di Jakarta dan sama
sekali tak tahu masa laluku yang brengsek.
“Biim… iihh asyik banget tuh mereka yak..?” Gumam mbak Revita
yang memang dasar mulutnya tidak bisa diem, melihat adegan pose 69 kayanya
heran banget.
“Emang kamu belum pernah mbak.?” sahutku polos.
“Eeeh… enggak… no comment.. sssst diem aja ya sekarang”
kudengar mbak Revita menjawab gagap dan suaranya agak bergetar.
Benar saja suasana jadi hening, apalagi volume film memang
kecil supaya tidak kedengaran dari luar. Tapi kini yang aku dengar adalah suara
nafas mbak Revita yang tidak teratur, seolah-olah terengah-engah, sedangkan aku
juga sudah terhanyut dengan adegan syuuur yang terpampang di monitor dan film
kali ini adalah XXX.
Celana pendekku yang gombrong, di bagian selangkanganku sudah
menggembung akibat batang kemaluanku sudah menegang kencang, makanya
kutumpangkan bantalan kursi agar tidak terlihat oleh mbak Revita.
Awalnya aku tidak begitu memperhatikan mbak Revita, karena
aku sangat terbawa oleh adegan dan wajah-wajah seksi di film itu, tapi beberapa
kali kudengar mbak Revita menghela nafas panjangnya, dan beberapa kali merubah
posisi duduknya, seolah gelisah.
Mulailah aku memperhatikan tingkah wanita yang menahan
gejolak birahi, kulihat sering nyonya muda ini meregangkan jari-jari tangannya,
dan kulihat wajah yang cantik berkulit putih ini makin memerah, seperti
layaknya orang habis minum arak.
Satu setengah jam berlalu, sesekali kulirik mbak Revita yang
duduk di sebelahku persis, kegelisahannya kulihat semakin hebat dan hilang
sudah komentar-komentar konyolnya seperti pada film pertama.
Pada suatu saat menjelang film ini selesai, mata kami bertemu
pandang, kulihat sorot mata yang aneh dari mbak Revita, sementara kurasa
matakupun sudah aneh juga, dimata mbak Revita..
“Biiiiimmm….” Kudengar suaranya mendesah memanggil namaku.
“Ya mbaak…” jawabku tak kalah lirih.
Dalam pandanganku saat itu yang dihadapanku bukanlah Revita
sebagai wanita yang sudah kukenal baik, tetapi Revita sebagai wanita yang
sangat menggairahkan sedang menggelar libidonya. Entah siapa yang memulai,
tahu-tahu tangan kami sudah saling menggenggam, kuremas lembut jari-jari halus
mbak Revita.
Mbak Revita menundukkan wajahnya ketika wajahku mendekat,
kusibakkan rambut panjangnya yang jatuh menutup sebagian wajahnya, kembali dia
mengangkat wajahnya dan wajah kami hampir tak berjarak, hembusan nafasnya
terasa hangat dihidungku, matanya menatapku penuh makna.
Entah keberanian dari mana yang mendorongku mengulum bibir
indah yang setengah terbuka milik mbak Revita. Aah reaksi positif kudapatkan…
kulumanku dibalasnya, sejenak bibir kami berpagutan mesra, sampe akhirnya dia
melepaskan pagutan bibirnya dengan nafas terengah-engah.
“Aaah Biimo… jangan… jangan diteruskan… bahaya” katanya
setengah berbisik sambil berusaha melepaskan rengkuhanku, tak akan kulepaskan
nyonya cantik ini, kepalang tanggung, pikirku.
“Kenapa mba..? apanya yang berbahaya..?” sahutku sekenanya
sambil mendaratkan kecupan bibirku di lehernya yang jenjang.
Sejenak dia meronta-ronta kecil berusaha menghindari
kenakalan bibirku pada leher mulusnya, sementara tanganku tengah meremasi
kemontokan buah dada yang ternyata memang tak mengenakan bra.
Beberapa kali tangan halusnya menepiskan tanganku dari
dadanya, tapi segera tanganku kembali ke tempat semula, sampai sesaat kemudian
perlawanannya berhenti dengan sendirinya, berubah dengan desah nafas memburu
dan geliatan tubuhnya
Serangankupun kukendorkan, kecupan bibirku kuperlembut
demikian juga remasan tanganku berubah menjadi elusan lembut pada kulit
payudaranya dan gelitikan mesra pada puting susunya yang sudah mengeras.
“Bimo… ssss… aku ngga tahaaan..” bisiknya pendek, dekat
sekali suara itu di telingaku… ooowww… daun telingaku dikulumnya… dijilatinya…
“ Ikuti aja mba… nikmati aja..” bisikku mesra sambil menarik
tali daster yang tersimpul di pundaknya, sehingga memperlihatkan kesempurnaan
bukit montok di dadanya.. begitu mulus dengan puting mungil mengeras berwarna
merah kecoklatan… kudaratkan jilatan ujung lidahku pada benda itu, tubuh mbak
Revita menggeliat sambil mendesah panjang…
“ Ssssssshhh… aaahh… Biimm..ooo.. aku.. takuut… mmmmmhh” Tak
kupedulikan lagi kalimat-kalimat mbak Revita, karena nafsukupun sudah di
ubun-ubun apalagi menghadapi kenyataan ternyata tubuh ibu muda ini memang tak
layak untuk dilewatkan sesentipun.
Desah-desah resah berhamburan dari mulut mbak Revita,
geliatan tubuhnya sudah menunjukkan kepasrahannya kepada birahinya sendiri…
tangannya mulai melingkar di leherku, betapa rambutku digerumasinya, betapa
kuatnya jari lentik mbak Revita mencengkeram kulit punggungku, manakala puting
susunya kukulum dalam waktu yang lama….
“ Duuuh… ampuuunn…..” desahnya lirih, perutnya yang rata
berkulit putih dihiasi lubang pusar berbentuk bagus ini menggeliat erotis,
manakala bibirku mengecupinya… Tubuh atas mbak Revita sudah kutelanjangi, entah
kemana daster dan sweaternya jatuh ketika kulempar tadi.
Tubuhnya setengah rebah dengan kepala berada di sandaran
tangan sofa, sementara kulihat tangannya meremasi payudaranya sendiri…
Mbak Revita mengerang panjang dengan menggoyang-goyangkan
kepalanya yang mendongak ketika lubang pusarnya kukorek-korek mesra dengan
lidahku… tubuhnya menggeliat erotis sekali, rupanya disitu adalah salah satu
daerah sensitifnya.
“ Owww… Biimmoo… jangaaan… aku tidak mauu…” bisiknya sambil
tangannya menahan daguku… ketika kukecupi gundukan kemaluannya dari balik
celana G Stringnya yang sudah tampak bercak basah…
“ Kenapa mbak..?” tanyaku lembut..
“ Ssssshh… aku belum.. pernah… maluuu..” jawab mbak Revita,
sambil berusaha menarik tubuhku ke atas…
Busyeet jadi diapain aja tubuh indah ini sama mas Budhi..?
Selanjutnya tanpa permisi celana G String itu kusingkap ke samping…. Fuuuiii..!
sebuah gundukan kecil yang dibelah tengah dengan rambut kemaluan tidak begitu
lebat… sebuah bentuk luar kemaluan wanita yang masih orisinil… indah sekali
belahan yang basah kulihat berdenyut-denyut… tak ayal lagi lidahku terjulur
menyapu cairan yang membasahi belahan indah itu….
“Aaaaahhh… Biiiimmoooo… kamu bandeeelll…” Erang mbak Revita
dengan tubuh semakin hebat menggeliat… sepasang kaki panjangnya semakin
terkangkang lebar… kaki sebelah kiri terjuntai ke lantai yang beralaskan karpet
tebal dan kaki sebelah kanannya ditumpangkan di atas sandaran sofa…
Setelah G Stringnya kutanggalkan. Rambutku habis diacak-acak
tangannya yang gemas yang kadang mencengkeram erat kulit pundakku… hal ini
membuat aku semakin kesetanan ditambah aroma vaginanya yang segar… bibirku
menciumi bibir vaginanya selayaknya mencium bibir mulutnya dan lidahku
menyelip-nyelip memasuki liang yang basah itu sampai sedalam-dalamnya….
sesekali kukulum clitoris mungil yang sudah mengeras…
“ Biiimmmmooo…. ampuuuunn… nikmaaaaat bangeeettt…” mbak
Revita merintih-rintih dengan suara seperti orang mau menangis… pinggulnya
bergerak-gerak merespon ulah lidah dan bibirku di selangkangannya…
“ Ooowwh… Biiimmm… sudaaaaahhhh aku tidak tahaaaaan…” Suara
mbak Revita semakin memilukan…
Tiba-tiba tubuh mbak Revita bangkit dan mendorong lembut
tubuhku yang tengah bersimpuh di karpet tebal kuikuti saja sehingga tubuhku
telentang di karpet sedangkan tubuh mbak Revita mengikuti arah rebah tubuhku
sehingga tubuhku kini ditindihnya
Payudaranya yang montok dan kenyal itu kini menempel ketat di
dadaku… wajah kami begitu dekat dan wajah wanita yang tengah diamuk birahi
memang akan semakin terlihat memikat, seperti wajah mbak Revita ini kulihat
semakin mempesonaku…
“ Bimooo… ayo masukin yaaah..?” Desisnya dengan bibir
indahnya kulihat gemetar…
Alis indah di wajah cantik mbak Revita mengerinyit dan
matanya yang agak sipit semakin menyipit sayu…
“ Ouught… pelaaan Biiimm… ssssss… nyeriii…” keluhnya… sambil
memepererat pelukannya… kurasakan liang sanggama ibu muda ini sempit sekali
ketika palkonku berusaha menerobosnya
Tapi ibu muda ini sangat bersemangat untuk menuntaskan gairah
binalnya… walaupun dengan ekspresi yang nampak kesulitan dan kesakitan….
diiringi geal-geol pinggulnya… akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluanku
tertanam di liang sanggamanya yang sempit..
“ Sssshhh… gilaaa… gede banget punya kamu… hhh… hhh… tunggu
Biimm..”
Tubuh sintal mbak Revita ambruk ke tubuhku ketika penetrasi
itu berhasil… kudiamkan sejenak tubuh sintal itu diam tak bergerak di atas
tubuhku dengan nafas memburu tak beraturan… besutan-besutan kecil kurasakan
ketika mbak Revita mulai menggerakkan pinggulnya… dan gerakan itu semakin
keras… dan besutan-besutan itu semakin nikmat kurasakan…. aku tidak bisa
menahan diri lagi untuk mengcounternya… aku mulai mengayun batang kemaluanku..
“ Biimmooo… oooohhh…sssshhhh” hanya itu desah-desah kalimat
pendek yang sering terucap dari mulut mbak Revita yang dengan gemulai menarikan
pinggulnya… diiringi erangan dan rintihan kami yang sangat ekspresif… sesekali
bibir kami berpagutan liar… remasan gemas tanganku pada payudara montok yang
terayun-ayun itu seakan tak mau lepas…
“ Biimm… Biimmoooo… ssssshh… aku hampiiirrr… ookkkhhh..”
gerakan tubuh mbak Revita semakin tak beraturan… dan rasanya akupun tidak perlu
menahan bobolnya tanggul spermaku untuk lebih lama…
“ Tunggu mba..” desisku pendek..
Dan bagaikan dikomandoin tubuh kami bisa serentak meregang
dan aku terpaksa mengayunkan batang kemaluanku sehebat-hebatnya un tuk
menghasilkan kenikmatanku secara maksimal…
“ Aaaaarrgh.. Biiiimmooo… aammmpuuuunn…” Tubuh mbak Revita
menggelepar hebat di atas tubuhku… betapa kejam kuku jarinya mencengkeram
dadaku sebagai pelampiasan meledaknya puncak birahi betinanya….
Hening…. sesaat setelah terjadinya ledakan hebat… kulihat
jarum jam di dinding menunjukkan angka 11.30… tubuhku tetap rebah telentang…
sedangkan tubuh mbak Revita tergolek disamping membelakangiku…
Ketika deru nafas memburu kami mulai mereda… dan ketika
keringat birahi kami mulai mengering…. kupeluk tubuh sintal mbak Revita dari
belakang, tapi dengan lembut tanganku diangkat dan dipindahkan ke tubuhku
sendiri… dan tubuh mbak Revita beringsut menjauhiku… kudekati lagi tubuh itu
dan kudaratkan kecupan di punggung berkulit mulus itu… kudengar isak
tangisnya….
“ kenapa mba..?” tanyaku lembut… lama tidak ada jawaban, isak
tangis mbak Revita makin keras… kubelai lembut pundaknya.. tapi tanganku
ditepisnya…
“ Bimo… aku sedih dengan kejadian ini… aku malu sama kamu..
dan aku merasa sudah melukai hati Wanti dan mas Budhi…” terdengar suara mbak
Revita serak…
“ Malu kepadaku..? untuk apa malu…? justru aku merasa lebih
dekat dan bahagia sama kamu mbak.. walaupun sebenarnya tidak seharusnya dengan
jalan seperti ini… selama kita bisa memposisikan masalah ini pada porsinya,
kurasa mas Budhi ataupun Wanti tidak akan merasa kita sakiti..” jawabku panjang
lebar..
“ Aku takut mereka tahu apa yang telah kita lakukan..” sahut
mbak Revita dengan suara yang semakin tenang…
“ Mereka tidak akan tahu selama kita tidak memberitahu… dan
kondisi kita saat ini adalah seorang lelaki dan wanita yang punya keinginan
yang harus terpenuhi saat ini juga… kita tidak bisa menghindari mbak..” sahutku
lagi, sambil kutumpangkan tanganku dipinggul bulatnya… mbak Revita tak bereaksi
walaupun masih mempunggungiku…
“Lebih tepatnya harus terpenuhi malam ini… bukan hanya
sesaat…” sahut mbak Revita sambil membalikkan badannya, sehingga kembali
payudara montoknya menempel di dadaku… matanya menatapku tajam penuh
tantangan.. dan kini wajah sembab sehabis menangis ini tersenyum manis sekali…
“ sepanjang malam ini mba..?” tanyaku menegaskan, sambil
kulingkarkan lenganku ke pinggangnya yang raping…
“ Yah… bukankah malam masih panjang Bim…?” bisiknya manja..
wajahnya ditengadahkan ke wajahku. Kupagut bibir bagus itu dan disambut dengan
sangat bergairah…. Gairah liar birahi betina mbak Revita meletup dahsyat, aku
benar-benar tak menyangka ibu muda yang kalem dan polos bisa berubah sedemikian
agresip… Batang kemaluanku rupanya benar-benar membikin ibu muda ini gemas
setengah mati… tak hentinya tangan berjari lentik ini mengocok dan
meremas-remasnya..
“ Bimo aku pengen “ini” kamu..” bisiknya manja sambil meremas
lebih keras saat mengucap kata “ini”…
“ Emang bisa..?” sahutku menggoda… wooww.. perutku digigit
kecil mbak Revita dengan gemas…
“ Boleeeh enggaaa..?” rajuknya
“ Iyaaaa… habisiiin deeeh..” jawabku sambil kuremas pantat
bulatnya…
Awalnya kurasakan mbak Revita masih coba-coba… dengan sabar
aku memberi arahan, karena beberapa kali palkonku terkena giginya… lumayan
sakiit…
Selanjutnya, tubuhku dibuat melintir dan menggeliat merasakan
permainan lidah dan lembutnya bibir mbak Revita membasuk batang kemaluanku…
kadang-kadang dengan nekadnya batang kemaluanku ditanamnya dalam-dalam sampai
ujung kerongkongannya… sampai mbak Revita tersedak..
“ Eeeii.. jangan diabisin mbaa..” kataku lembut… melihat mbak
Revita tersedak..
“ Abis gemeees aku Bim… punya kamu panjaaang bangeeet, gede
lagi…” bisiknya manja, memberi alasan…
Akhirnya kami membuat posisi 69, mbak Revita menindihku
dengan posisi mengangkangi wajahku… Kami sepakat dengan posisi ini sampai
mencapai orgasme… kembali erangan dan rintihan kami bersahutan.. gerak tubuh
kami sudah tak berirama
Detik-detik akhir mbak Revitapun kurasakan… beberapa kali
kaki panjangnya meregang dan besotan mekinya di bibirku makin liar… aksi lidah
dan bibirnya pada batang kemaluankupun makin liar, membuatku semakin mendekati
titik kulminasi…
“ Eeeeeehhhkkk… Biiiimmmm… niiiikkkkmaaaattnyaaa…” rengek
mbak Revita panjang, tubuhnya menggeliat hebat… kedua kakinya meregang..
besotan meki ke mulutkupun makin hebat… lidahku kujulurkan jauh kedalam liang
becek yang kurasakan mengedut-ngedut…
“ Oooowww.. mbak akuu.. hampiiirr…” Desahku selang tak lama
setelah palkonku kembali dihajar lidah dan mulut mbak Revita… busyeeet, bukannya
melepaskan kuluman bibirnya di palkonku, mbak Revita malah memperhebat aksi
mulut dan lidahnya ditambah kocokan tangannya pada batang kemaluanku…
Apa dayaku… tak ampun lagi diiringi eranganku, tubuhku
mengejang keras mengantarkan semprotan spermaku bertubi-tubi di dalam mulut
mbak Revita yang makin lengket seperti lintah menempel di tubuhku… tak luput
kantong pelerku diremas-remas lembut,
Seakan spermaku ingin diperas habis… setelah dirasa tetes
terakhir… buru-buru mbak Revita bangun dari tubuhku dan menyambar botol aqua
yang tadi dibawa dari rumah dan diteguknya sampai tandas…
“ Iiih… rasanya aneh… banyak banget, kentel lagi… kenyang deh
aku Bim… tapi enaak kok, asin ada gurihnya..” komentar mbak Revita dengan
pengalaman barunya… Kembali kami berbaring di karpet tebal merasakan lemasnya
tubuh…
Setelah mengguyur tubuh dengan shower di kamar mandi kembali
kami rebahan santai di karpet tebal di depan televisi, saat itulah mbak Revita
menceritakan rahasia kehidupan ranjangnya dengan mas Budhi, yang monotone
Mas Budhi terlalu polos dan lurus dalam soal sex..
sedikit-sedikit takut dosa. Dalam hal kepuasan sex sebenernya mbak Revita tidak
merasa kekurangan, karena selain mas Budhi memang punya stamina tubuh yang
bagus dengan hidup sehatnya, di sisi lain memang mbak Revita adalah type wanita
yang gampang tersulut gairah seksualnya dan dengan cepat mencapai puncak
orgasme…
“ Pernah hari Minggu pagi aku liat mas Budhi sedang nyuci
mobil dengan kaos yang basah, sehingga nempel dibadannya yang atletis…
seeerrrr… langsung.. basah juga deh CD ku… dan langsung kutarik mas budhi
kekamar dan aku telanjangi…. haa.. haaa.. dapet dua kali…” tutur mbak Revita
sambil menyuapi aku dengan anggur yang dibawanya tadi… Kembali kami nonton
bokep yang belum kami tonton… belum seperempat jam Asia Carrera beraksi…
“ Biiiimmm… nggaaa tahaaan neeh… keburu pagi…” Desah mbak
Revita manja dengan nafas yang sudah ngos-ngosan… apalagi dengan membengkaknya
batang kemaluanku yang dari tadi tidak lepas dari genggamannya.
“ Mbak Revita pingin diapain..?” bisikku sambil kudaratkan
kecupan di lehernya
“ Pingin kaya di film itu…” jawabnya manja… tanpa disuruh
mbak Revita menelungkupkan tubuhnya di sofa dengan kaki berlutut di karpet agak
mengangkang… kuminta pantatnya ditunggingkan sehingga gundukan bukit
kemaluannya mengarah keluar… mbak Revita kembali mengerang gemas ketika
palkonku mulai merentangkan otot liang sanggamanya… ketika pantat montok itu
mulai menggeol gemulai dan ketika batang kemaluanku mulai memompa… mulailah
kuda jantan dan kuda betina ini berpacu birahi…
Aku membuktikan mbak Revita memang wanita yang cepat mencapai
orgasme dan cepat kembali berkobar birahinya… dan mbak Revita menghendaki
berganti posisi setelah dia mencapai orgasme… saking seringnya dia mencapai
orgasme… hampir-hampir kami kehabisan posisi dan di setiap posisi mbak Revita
mengaku bisa mencapai orgasme dengan kenikmatan yang maksimal… Ketika pada
orgasme mbak Revita yang kelima, aku juga merasakan orgasmeku hampir sampai…
mbak Revita menyadari itu…
“ Biimm… tumpahkan dimulutku sayaaang… aku suka peju kentel
kamu…” rengeknya disela-sela nafas kuda betinanya… dan dengan bernafsu sekali
mbak Revita menyambut semburan demi semburan sperma kentalku dengan mulut
terbuka lebar dan lidah yang menggapai-gapai…
Tubuh mbak Revita kembali rebah telentang di karpet setelah
menenggak setengah botol aqua… rambutnya yang panjang tampak kusut dan basah
oleh keringatnya, tubuhnya yang berkulit putih juga tampak berkilat basah oleh
keringat… terlihat sinar matanya yang kecapekan dan wajah agak memucat…
Ketika aku keluar dari kamar mandi setelah kembali mengguyur
tubuhku dengan shower, kulihat mbak Revita tertidur pulas dengan bibir
tersenyum… kulihat jam menunjukkan jam 03.45… kurebahkan tubuhku disisinya…
Kubelai lembut rambutnya yang masih basah oleh keringat
birahi… kukecup keningnya yang sedikit nonong… kuamati tubuh telanjang ibu muda
ini, sebuah struktur yang sempurna… wajahnya berbentuk oval, bibir berbentuk
bagus, hidung mancung berbentuk ramping,
Mata agak sipit tapi memanjang dengan kelopak besar… bulu
mata yang lentik dan panjang… alisnya seperti di gambar… postur tubuhnyapun
proporsional antara tinggi dan beratnya… sekitar 165 – 170 cm… buah dadanya
yang montok kutaksir cup branya B…. memang masih kenyal menggemaskan dengan
puting susu bak perawan, mencuat mungil ke depan, berwarna merah kecoklatan…
perutnya yang rata dengan lubang pusar berbentuk indah…
pinggang ramping menyambung dengan pinggul yang padat ditopang sepasang kaki
yang panjang berbentuk atletis….
Rupanya aku tak dapat menahan kantukku… Aku membuka mata
kulihat mbak Revita bersimpuh di sebelah tubuhku, dengan pakaian sudah lengkap
membalut tubuhnya, rupanya dia yang membangunkanku kulihat jam dinding
menunjukkan pukul 05.15…
“Biim, aku pulang dulu yaa..?” kata mbak Revita, wajahnya
sudah segar, rupanya sempat mencuci mukanya sebelum membangunkanku…
“ Eeeh… buru-buru sih..? kan masih pagi… “ jawabku sambil
menarik pinggangnya…
“ Bimo kamu gila… liat tuh udah terang…” protesnya ketika
tubuhnya menindih tubuhku akibat tarikan tanganku dan aku memang gha peduli
karena seperti biasa kalo pagi hari, batang kemaluanku pasti ikut menggeliat
bangun saat aku bangun…. kembali kugumuli tubuh indah yang kini sudah berdaster
lengkap dengan sweaternya….
“ Aaaahhh Bimmooo… tidak mauuk… bauuuk ga enak..” protesnya
manja tapi tidak menolak bahkan kudengar desisan panjang ketika batang
kemaluanku kembali menggelosor memasuki tubuhnya…
“ Biiimmo… asli aku ga mampu menolak yang begini iniii
ooohhkk…” desisnya gemas merasakan pompaan batang kemaluanku ke liang
sanggamanya yang sempit…
“ Ayyuu Biiimmm… keburu mbak Suti dateng…” bisik mbak Revita
di deket telingaku, setelah orgasmenya yang kedua, mbak Suti adalah tukang cuci
yang tiap pagi datang ke rumahnya….
“Owwkk.. Biiimmm… giiilllaa kamuuu… aku berasaa lagiii…”
rengek mbak Revita lirih.. kurasakan tubuhnya mulai menegang…
“ Mmmhh… tuungguuu mbaakk..” Kupergencar pompaanku… tubuh
mbak Revita makin kuat menegang.. memperkuat pelukan dan cengkeramannya di
tubuhku…
“ Oooowww… nggaaaaa tahaaaan Biiiimmm…!” teriakan keras mbak
Revita menghantarkan geleparan tubuhnya yang tak terkontrol hal ini ternyata
mendorong dengan cepat semburatnya spermaku kembali memenuhi liang sanggama
mbak Revita….
Kembali kami terkapar di atas karpet… kali ini mbak Revita
ngga lagi telanjang… hanya dasternya aja tersingkap sampai ke perut… Setelah
nafsnya kembali teratur mbak Revita beringsut bangkit sambil memungut celana G
Stringnya dimasukkan ke kantong dasternya…
“ Udah ya Bim… makasih banget untuk malam panjang ini… aku
tidak akan melupakan malam indah sama kamu ini, tapi aku berharap cukup sekali
ini saja… jangan sampai kita ulang ya Biim… janji ya..?” kata mbak Revita
sendu…
akupun mengangguk saja, tidak ada kalimat yang mampu terucap
dari mulutku… Kuantar mbak Revita sampai pintu ruang tamu, karena aku masih
telanjang bulat… Nggak sampai setengah menit mbak Revita menutup pintu
rumahnya, kulihat dari balik kaca jendela mba Suti tukang cuci itu datang…
Memang kejadian itu tidak terulang lagi sampai saat ini dan
hubungan keluarga kami tetap seperti sediakala sampai akhirnya mbak Revita dan
Wanti istriku melahirkan anak dengan waktu hampir bersamaan, tapi kejadian
semalam itu rupanya benar-benar menjadi ikon yang hidup di hati aku dan mbak
Revita… beberapa kali kami melakukan phone sex setiap kali mbak Revita curhat
tentang kehidupan seksnya yang tetap monotone… hanya sebatas itu…
No comments:
Post a Comment