Pagi itu, sinar matahari belum
mampu mengusir embun putih yang menyelimuti sebuah villa mewah di kawasan
Puncak Pass. Beberapa gerombol embun masih terlihat melayang-layang tertiup
angin. Pucuk-pucuk pinus masih berwarna putih tertutupi embun pagi. Rumput di
halaman villa masih basah.
Di dalam bathtub yang berisi air
hangat, Theo dan Debby duduk berendam sambil berpelukan mesra. Gadis itu duduk
di atas paha Theo. Telapak tangannya mengusap-usap menyabuni punggung guru
matematikanya itu, dan ia pun merasakan tangan lelaki itu menyabuni
punggungnya.
Pelukan mereka sangat erat hingga
dada mereka saling menekan satu sama lain. Sesekali Debby menahan nafas ketika
menggeliatkan badannya. Dadanya yang menggeliat menyebabkan puting buah dadanya
mengalirkan birahi ke sekujur tubuhnya. Puting itu semakin mengeras setelah
beberapa kali bergesekan dengan dada Theo yang licin dipenuhi buih-buih sabun.
Pangkal pahanya yang terendam air
hangat terasa membakar birahi ketika batang kemaluan lelaki itu menyentuh
vagina sempit nya. Debby menggerak-gerakkan telapak tangannya dari punggung
hingga ke leher Theo. Sambil menyabuni, ditariknya tengkuk lelaki itu.
“Debby sangat mencintai Theo,”
bisiknya.
Theo mengusap-usap bahu gadis itu
dengan busa sabun yang berlimpah. Busa dan buih-buih berbentuk bola-bola kecil
meleleh ke bagian atas dada dan punggung Debby. Lalu ditatapnya wajah yang
cantik itu. Wajah yang terlihat semakin menarik karena buih-buih sabun memenuhi
lehernya yang jenjang. Disibaknya rambut gadis itu ke belakang. Busa dan
bola-bola kecil ikut menempel di rambut gadis itu, kemudian bola-bola itu
meletus. Menawan. Sangat cantik dan mempesona, bisik hati Theo.
Mungkinkah aku jatuh cinta untuk
yang kedua kalinya?, tanya Theo dalam hati. Jatuh cinta terhadap seorang murid
yang masih belia dan nakal? Mengapa? Mengapa..? Apakah karena sensasi dan
kemanjaan yang diciptakannya? Ah.., gumam Theo sambil menarik nafas panjang.
Lalu dikecupnya anak rambut di
kening gadis itu. Ia tak mampu memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk
di benaknya. Tingkah laku Debby yang lembut dan kadang-kadang liar telah
melumpuhkan nalarnya. Ia tak mampu berpikir ketika luapan birahi membakar
tubuhnya.
“Theo juga sangat mencintai Debby.
Sebelumnya tak pernah Theo rasakan nikmatnya terbakar birahi seperti saat
ini..” ujar Theo.
Bola mata mereka saling menatap
seolah ingin menjenguk isi hati masing-masing. Lalu Theo menarik tubuh gadis
itu agar lebih erat menempel ke tubuhnya. Disabuninya punggung gadis itu dengan
kedua telapak tangannya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, telapak tangannya
terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Diusap-usapnya bongkah pantat
gadis itu.
Sejenak, ia menahan nafas ketika
meremas bongkah pantat yang masih kenyal itu. Karena gadis itu duduk di atas
pahanya, bongkah pantat itu terasa lebih kenyal daripada biasanya. Batang
kemaluan Theo semakin keras ketika bersentuhan dengan vagina sempit gadis itu.
Ia dapat merasakan kelembutan
bibir luar vagina gadis itu ketika bergesekan dengan bagian bawah batang
kemaluannya. Dan dengan usapan lembut, telapak tangannya terus menyusuri
lipatan bongkah pantat yang kenyal itu. Ia dapat merasakan lubang dubur Debby
di jari tengahnya. Diusap-usapnya beberapa kali hingga ujung jarinya merasakan
kehalusan lipatan daging antara dubur dan vagina.
“Theoo.., Theo nakal!” desah
Debby sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.
Walau tengkuknya basah, Debby
merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir
dari vaginanya. Ia menggeliatkan pinggulnya. Geliat itu menyebabkan telapak
tangan Theo semakin bebas mengusap-usap. Membelai. Ia mengecup leher Theo
berulang kali ketika merasakan ujung jari Theo menyentuh bagian bawah bibir
vaginanya.
Tak lama kemudian, telapak tangan
itu semakin jauh menyusur hingga akhirnya ia merasakan lipatan bibir luar
vaginanya diusap-usap. Debby berulang kali mengecup leher Theo. Kecupan panas
dan liar sebagai ungkapan luapan birahi yang mendera tubuhnya. Sesekali
lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. Ia dapat merasakan lendir
birahi yang semakin banyak bermuara di vaginanya.
Karena vaginanya terendam dalam
air, usapan-usapan di dinding dan bibir dalam vaginanya terasa menjadi kesat.
Setiap kali mengusap, lendir di vaginanya langsung larut ke dalam air. Ujung
jari itu menjadi terasa lebih kasar daripada biasanya.
Membakar birahi untuk mengalirkan
kadar kenikmatan yang lebih tinggi daripada biasanya. Kenikmatannya hampir
setara dengan liarnya lidah Theo yang menari-nari di antara lipatan bibir
vaginanya ketika mencumbu vaginanya di balkon villa. Ia terpaksa menahan nafas
untuk mengendalikan kenikmatan yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.
“Aarrgghh.. Sstt.. Sstt..”
rintihnya berulang kali.
Lalu ia bangkit dari pangkuan
lelaki itu. Ia tak ingin mencapai orgasme hanya karena usapan-usapan jari yang
terasa kesat di lubang vagina sempit nya. Tapi ketika berdiri, kedua lututnya
terasa goyah. Rasa nikmat di vaginanya telah membuat dirinya seolah sedang
melayang-layang. Lututnya seolah kehilangan sendi.
Dengan cepat Theo pun bangkit
berdiri. Tangannya segera membalikkan tubuh gadis itu. Ia tak ingin gadis belia
yang dicintainya itu terjatuh. Disangganya punggung gadis itu dengan dadanya.
Lalu dituangnya kembali cairan sabun ke telapak tangannya.
Dan diusap-usapkannya cairan
sabun itu di perut gadis belia itu. Ketika menggerakkan telapak tangannya ke
arah atas, busa sabun terdorong dan menggumpal di antara jari jempol dan
telunjuknya. Dan ketika buih-buih itu terbentur pada lekukan bawah buah dada
gadis itu, ia meremasnya dengan lembut.
Kedua buah dada yang kenyal itu
terasa licin dan sangat halus. Telapak tangannya terus bergerak ke atas. Ia
sengaja membuka jari jempol dan telunjuknya agar puting buah dada yang masih
kecil itu terjepit di jarinya. Sejenak, puting yang terjepit itu
diremas-remasnya dengan lembut. Puting kiri dan kanan diremasnya bersamaan.
Dilepas. Diremas kembali. Lalu telapak tangannya mengusap semakin ke atas dan
berhenti di leher jenjang gadis belia itu.
“Theo, aargh.., lama amat
menyabuninya, aarrgghh..” rintih Debby sambil menggeliatkan pinggulnya.
Ia merasakan batang kemaluan Theo
semakin keras dan besar. Hal itu dapat ia rasakan karena batang kemaluan itu
semakin dalam terselip di antara lipatan bongkah pantatnya. Lalu ia
mendongakkan kepala sambil menoleh ke belakang.
Diangkatnya tangan kanannya untuk
menarik leher lelaki itu, lalu diciumnya dengan mesra. Lidahnya menjulur dan
bergerak-gerak liar untuk memilin-milin lidah Theo. Tangannya kirinya meluncur
ke bawah, lalu meremas biji kemaluan lelaki itu dengan gemas.
Theo menggerakkan telapak
kanannya ke arah pangkal paha Debby. Sesaat ia mengusap-usap bulu-bulu ikal di
bagian atas vagina gadis itu. Menikmati bulu-bulu yang masih pendek dan halus
itu di ujung jari-jarinya. Lalu telapak tangannya meluncur ke bawah. Diusapnya
vagina sempit itu berulang kali. Vagina yang baru kira-kira 7 jam yang lalu selaput
perawannya dipasrahkan untuk dilewati oleh cendawan batang kemaluannya.
Jari tengahnya terselip di antara
kedua bibir luar vagina itu. Diusapnya berulang kali. Telapak tangannya yang
dipenuhi buih-buih sabun membuat bibir vagina dan pangkal paha itu menjadi
sangat licin. Klitoris itu seolah bergerak menggeliat-geliat ketika ia
mengusapkan telapak tangannya. Klitoris yang semakin keras dan licin karena
lendir dan buih-buih sabun.
“Aarrgghh..!” rintih Debby ketika
merasakan batang kemaluan lelaki itu semakin kuat menekan lipatan bongkah
pantatnya.
Ia merasakan lendir birahinya membanjiri
vaginanya. Lendir itu pasti bercampur dengan busa sabun, pikirnya. Lalu ia
berjongkok agar vaginanya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah di antara
bibir vaginanya dengan cara mengusap-usapkan dua buah jarinya.
Ketika menengadah, ia melihat
batang kemaluan Theo telah berada persis di hadapannya. Batang kemaluan itu
telah membengkak dan terlihat mengangguk-angguk. Ada setetes lendir menghiasi
ujung batang kemaluan itu. Persis di bagian tengah cendawan yang berwarna
kecokelat-cokelatan itu. Indah sekali, gumamnya. Lalu ditatapnya warna
kemerah-merahan di lekukan antara cendawan dan batang kemaluan itu. Bola
matanya berbinar-binar mengamati lekukan yang indah itu.
Setelah puas mengamati,
diremasnya batang kemaluan itu dengan lembut. Lalu diarahkan ke mulutnya.
Dikecupnya bagian ujung cendawan itu. Terdengar bunyi ‘cep’ ketika ia
melepaskan kecupannya. Setetes lendir yang menghiasi ujung cendawan itu
berpindah ke bagian dalam celah kedua bibirnya. Sejenak, matanya terlihat
setengah terpejam ketika ujung lidah dan kedua bibirnya mencicipi lendir itu.
Tubuh Theo bergetar menahan
nikmat ketika ia melihat lidah dan bibir Debby bergerak-gerak mencicipi
lendirnya. Dicicipinya dengan penuh perasaan! Erotis sekali! Batang kemaluannya
menjadi semakin keras. Berdiri tegak! Ia meraih bahu gadis itu karena tak
sanggup lagi mengendalikan tekanan darah yang memenuhi urat-urat di batang
kemaluannya.
Setelah berdiri, Debby merasakan
telapak tangan Theo mengangkat paha kirinya. Sambil mencium bibirnya, telapak
tangan itu tetap menahan bagian belakang pahanya hingga akhirnya ia terpaksa
melilitkan kakinya di pinggang lelaki itu. Ia masih berusaha mengatur
keseimbangan tubuhnya ketika Theo menyelipkan cendawan kemaluannya ke celah di
antara bibir vagina sempit nya. Karena tubuhnya masih belum seimbang, cendawan
itu terlepas kembali.
Theo agak menekuk kedua lututnya
ketika berusaha menyelipkan kembali cendawan kemaluannya. Ia sudah sangat ingin
merasakan kembali vagina yang sempit itu meremas batang kemaluannya. Nafasnya
mendengus-dengus tak teratur. Dengan terburu-buru, ia mendorong pinggulnya.
“Argh, aarrgghh.., Theo!” rintih
Debby.
“Masih sakit?” tanya Theo.
“Sakit dikit..” jawab Debby.
Theo menarik batang kemaluannya
perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Sambil
mendorong, ia menatap vagina sempit gadis itu. Pandangannya nanar seolah ada
kabut yang menutupi bola matanya ketika ia melihat bibir luar vagina gadis itu
ikut terdorong bersama batang kemaluannya. Ia masih menatap terpesona ketika
perlahan-lahan menarik kembali batang kemaluannya. Bibir luar vagina itu
merekah dan seolah sengaja memperlihatkan lipatan celah vagina yang berwarna
pink!
“Masih sakit, Sayang?”
“Hmm!”
“Sakit?”
“Enaak.., Theo!”
Theo tersenyum. Dilumatnya bibir gadis
itu sambil menghentakkan pinggulnya. Dengan cepat, batang kemaluannya
menghunjam. Ia menghentikan hentakan pinggulnya dan berdiri kejang setelah
merasakan mulut rahim gadis itu tersentuh oleh ujung cendawannya.
Lalu ditatapnya raut wajah murid
yang dicintainya itu sekaligus dikaguminya! Selain cantik dan dan seksi,
muridnya itu pun tak pernah bertanya atau membantah ketika ia menghunjamkan
kemaluannya sambil berdiri. Murid yang patuh sekaligus mempunyai ide-ide liar
yang sensasional dalam bercinta.
Mungkin muridku ini memang
dikaruniai bakat bercinta, kata Theo dalam hati. Bakat untuk menaklukkan
lelaki! Alangkah beruntungnya aku menjadi gurunya! Perlahan-lahan Theo menarik
batang kemaluannya. Sebelah tangannya meremas bongkah pantat gadis itu dan yang
sebelah lagi meremas dada.
“Aarrgghh..!” rintih Debby ketika
merasakan batang kemaluan Theo kembali menghunjam vaginanya.
Ia terpaksa berjinjit karena
batang kemaluan itu terasa seolah membelah vaginanya. Kedua tangannya dengan
erat merangkul leher Theo. Ia ingin menggantung di leher lelaki itu. Lututnya
terasa lemas menahan kenikmatan yang menjalari sekujur tubuhnya. Panasnya
birahi membuat pori-pori di sekujur tubuhnya menjadi terbuka. Butir-butir
keringat mulai merembes dari pori-porinya, bercampur dengan busa sabun yang
masih tersisa di beberapa bagian tubuhnya.
Semakin sering ujung cendawan
kemaluan lelaki itu menyentuh mulut rahimnya, semakin banyak pula keringat
merembes di sekujur tubuhnya. Hingga akhirnya keringat itu terlihat mengkristal
di kulitnya! Nafas Debby beberapa kali terhenti ketika Theo menarik dan
menghunjamkan batang kemaluannya.
Menarik dan menghunjam dengan
cepat hingga terdengar ‘cepak-cepak’ yang merdu setiap kali pangkal pahanya
berbenturan dengan pangkal paha Theo. Dan setiap kali mendengar suara ‘cepak’
itu, darahnya seolah terasa berdesir hingga ke ubun-ubun.
“Aarrgghh.., aarrgghh.., Theoo!”
“Theoo.., Debby pipiis..!”
Rintihan itu membuat Theo semakin
cepat menghentak-hentakkan pinggulnya. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia
berusaha menahan nafas untuk mengendalikan tekanan air mani yang ingin
menyemprot dari lubang batang kemaluannya.
Tapi orgasme gadis belia yang
sangat dicintainya itu ternyata membuat ia tak mampu lagi menahan tekanan air
mani yang mengalir dari biji kemaluannya. Vagina sempit itu berdenyut-denyut
meremas batang kemaluannya. Menghisap air mani yang masih tertahan di batang
kemaluannya. Membuat ia tak berdaya untuk mengendalikan desakan air mani yang
menyemprot dari lubang batang kemaluannya.
“Aarrgghh..! Aarrgghh..! Debby,
aarrgghh..!” raung Theo sambil menghujamkan batang kemaluannya
sedalam-dalamnya.
“Theoo.., sstt, sstt..” desis
Debby berulangkali ketika merasakan air mani lelaki yang sangat dicintainya itu
‘menembak’ mulut rahimnya.
‘Tembakan’ yang pertama terasa
panas dan menggetarkan hingga membuat tubuhnya berdiri kejang dan punggungnya
melengkung ke belakang. ‘Tembakan’ kedua dan ketiga membuat ia semakin
berjinjit setengah bergantung di leher Theo.
“Aarrgghh.., Debby! Argh..,
enaknya!” rintih Theo di telinga murid yang sangat disayanginya itu.
“Theoo.., sstt.., sstt..!” desis
Debby pula berulangkali sesaat setelah lepas dari puncak orgasmenya!
Kedua telapak tangan Theo
memangku bongkah pantat Debby. Telapak tangannya masih dapat merasakan
kedutan-kedutan di bongkah pantat itu ketika gadis itu mencapai puncak
orgasmenya. Dan dengan tenaga yang masih tersisa di tubuhnya,
di tarik bongkah pantat yang
kenyal itu agar mereka tak terjatuh. Ia tak ingin gadis itu terjatuh karena ia
masih ingin batang kemaluannya tetap terbenam dalam kelembutan vagina sempit
itu. Vagina yang sangat dikaguminya, muda, segar, dan masih berwarna pink!
“Puas, Sayang?” bisik Theo sambil
mengusap-usap punggung Debby.
“Puas banget!”
“Theo sangat menyayangi Debby.”
“Debby juga sangat sayang pada
Theo,” kata Debby sambil mencium bibir Theo.
Mereka masih terus berciuman
dengan mesra hingga batang kemaluan Theo mengkerut dan terlepas dari vagina
sempit milik Debby.
No comments:
Post a Comment