Hai namaku Siti Zubadiyah. Umurku 17 tahun. Saat ini aku
sedang berada di dapur membantu ummi menyiapkan hidangan makan siang.
“Kresh…kresh…kreshh…,” bunyi daun selada kupotong kecil-kecil. Hari ini aku dan
ummi akan menyiapakan gado-gado untuk makan siang kami sekeluarga.
“Kresh….aduh!” pekikku kaget saat pisau yang kugunakan
mengiris jariku. Darah pun mengalir keluar dengan cepat. Rasanya perih
senut-senut.
“Aduuhh..ummi..aku kepotong…,” ucapku meminta perhatiannya.
“Aduh..kenapa gak hati-hati..,” balas beliau seraya
menghampiriku.
“Kan gak sengaja..ummi….”
“Ada apa ini ribut-ribut” Tiba-tiba abi muncul di dapur
memerika apa yang sedang terjadi.
“Jari Siti kepotong tadi…,” jawabku cemberut.
“Mana…Sini abi liat…..”
“Tuuuuu….berdarah kan…”
“OOooo..ini mah gak apa-apa..luka kecil.”
Lalu abi menghisap ujung jari telunjukku membuatku langsung
deg-degan dan pipiku jadi terasa panas. Aku terbuai masuk ke dalam awang-awang
imajinasiku. Isinya aku sensor, cuma untuk yang sudah cukup umur.
“Dah, tuh kan sudah gak keluar darah lagi,” ucap Abi
membuyarkan lamunanku.
“AH iyah…,” timpalku seraya buru-buru menarik tanganku.
“Gimana dah gak apa-apakan,” tanya ummi dan membelai kepalaku
yang berjilbab sambil mengecek keadaan jariku.
“Su..sudah baik ummi…”
“Ya…selesaikan kan potongnya ya..”
Aku mengangguk dan kembali menyelesaikan pekerjaan memasakku.
Mungkin kalian bingung, kenapa aku deg-degan waktu dihisap
jariku oleh abiku. Sebenarnya entah sejak kapan aku sudah melihat abi sebagai
sosok laki-laki sempurna idaman. Mungkin sejak SMU1? Entah lah…abi itu orangnya
rajin beribadah dan menyayangi keluarganya. Itulah yang membuatku…jatuh cinta
pada beliau. Bukan cinta anak kepada bapaknya, tetapi cinta seorang wanita
kepada seorang pria.
Kalau ada kesempatan aku selalu mencoba berada di dekat-dekat
beliau, misalnya saat sedang nonton di ruang TV, aku suka bermanja-manja gitu.
Terus kalau sampai dia peluk aku dan kepalaku di letakkan di dadanya yang
bidang dan jilbabku dibelai-belai, rasanya gimaaa gitu.
Kadang aku sengaja pakai kaos yang agak ketat, biar agak
sedikit menggoda abi. Akibatnya Abi jadi suka menegurku dan menasihatiku. Aku
sih senyum-senyum saja di dalam hatiku, wong aku sengaja, biar dia lihat. Tappi
aku senang ditegur, sebab itu artinya dia memperhatikan tubuhku.
Ssttt…sebenarnya ada lagi yang suka aku lakukan
sembunyi-sembunyi terhadap beliau, yaitu kalau abi sampai ketiduran saat nonton
TV. Telapak tangannya kuletakkan di dadaku terus kutekan-tekan agar
meremas-remas payudaraku. Shhh…asik banget….
Kadang juga aku iseng, kupegang daerah kemaluannya dan
kupijit pelan-pelan. Ternata bisa berubah jadi gede juga saat ia lagi tidur.
Pernah tuh mungkin karena kelamaan mainin burungnya, sampai keluar cairannya.
Langsung celananya jadi basah, licin dan panas. Untung dia tidak bangun.
Selain itu aku juga suka sembunyi-sembunyi mengintip abi
sedang bersenggama dengan ummi melalui lubang kunci. Betapa ia begitu gagah dan
kuat, membuat ummi selalu lemas lunglai di atas kasur usai bercinta.
Otot tangan dan kakinya beigtu kekar bisa mengangkat dan
mengentot ummi dalam posisi menggendong. Bahkan beliau bisa memutar tubuh ummi,
hingga mereka melakukan posisi 69 sambil berdiri.
Dan batang abi itu lho…aku suka merinding kalau ngeliatnya.
Besar…panjang…berurat. Kalau sampai masuk ke dalam lubangku…mmhh….pasti…
Hingga suatu hari ada satu kejadian di rumah, abi sedang
membetulkan meja. Ia bertelanjang dada. Melihat punggungnya yang lebar aku jadi
agak srr…sr…gitu gimana…susah jelasinnya dan entah apa yang merasukiku, aku
menghampirinya dan dengan nekat mencium tepat di bibirnya.
Tentu hati kecil aku berharap respon yang positif. Tapi apa
lacur ternyata kenyataannya sesuai dengan akal sehatku..beliau sangat terkejut
dan langsung menamparku. PLAK!
Perih sekali rasanya pipi kiriku. Sakitnya sih tak seberapa
dengan rasa sakit di hatkui. Sakit karena ditolak dan malu.
Aku menangis sejadi-jadinya, membuat abi kebingungan. Aku
berlari menuju ke kamarku. Ummi yang melihatku melintas, memanggilku, “Siti!
Siti! kenapa kamu!?” Ia mengejarku. Sebelum aku sempat menutup pintu ummi sudah
duluan masuk ke dalam kamarku.
Beliau dengan lemah lembt menanyakan apa yang terjadi sambil
mengajakku duduk di atas kasur. Tentu saja aku hanya diam saja.
Ummi yang tidak berhasil mengorek keterangan dariku keluar
kamar dan menanyakannya kepada abi yang berdiri tepat di depan pintu kamarku.
Aku hanya bisa mendengar bisik-bisik.
Sementara aku terisak-isak dan air mata membasahi pipi.
Tak lama kemudian ummi kembali masuk, menghampiriku dan
menhela nafas panjang.
“Ummi sudah dengar semuanya dari Abi.”
Aku memeluk ummi. Aku takut ia marah. Umi hanya membelai
kepalaku yang terutup jilbab, lalu berkata, “Kemari nak, ikut Ummi…”
Aku diam saja. Tak tahu apa maunya.
Di depan kamar, mataku dan mata abi bertemu. Aku langsung
tertunduk tak berani melihat beliau. Aku hanya terus mengikuti ummi yang
mengajakku masuk ke kamarnya.
“Duduk disitu,” kata ummi menunjuk kasur, “Ummi mau ganti
baju dulu.”
Aku menurut dan duduk tepiannya.
Kuperhatikan ummi mulai mengganti gamisnya dengan baju lain.
Lama-lama aku dapat melihat, kalau ia berganti dengan baju seragam SMU dengan
jilbab masih ia kenakan.
Aku bingung. Lagipula buat apa ummi menyimpan baju seragam
sekolah.
“Ummi ngapain pakai baju sekolah?”
Beliau tak langsung menjawab hingga selesai berganti baju.
Lalu ummi duduk di sebelahku dan tersenyum. “Nanti kamu tahu.”
Tiba-tiba abi lalu muncul dari balik pintu. lalu ia
menutupnya dan menguncinya.
“Siti! kemari!” perintah abi dengan suara lantang.
Aku agak takut. Nada suaranya begitu keras. Tetapi baru aku
hendak bangkit, ummi menahanku dan mengisyaratkan agar aku duduk. Sementara ia
bangkit berdiri dan mendekati abi. Aku rada bingung, kenapa umi yang
menghampirinya, kan yang dipanggil aku.
“Ya, abi ada apa?” tanya ummi.
Aku bingung kenapa ummi manggil abi dengna sebutan abi?
Biasanya, suamiku.
Tiba-tiba abi memeluk ummi dan mengerayanginya payudaranya di
depanku. Ada apa ini? tanyaku kebingungan dalam hati. Refleks aku menutup
wajahku, tetapi tetap mengintip dari sela-sela jari-jariku.
“Siti sayang….”
“Abi…abi…jangan…siti kan anak abi…”
Abi menarik rok abu-abu ummi hingga seperuti, sehingga daerah
kewanitaan dan pahanya kelihatan.
“Abi dah lama ingin entot Siti….”
Lalu abi memasukkan tangannya ke dalam CD ummi dan
mengusap-usapa kemaluannya.
“Ahhh…ah…jangan abi…aku kan…anak abi…..jangan pegang kemaluan
SIti..”
Ummi memberontak dan berlari ke atas tempat tidur. Disana abi
menerkamnya dan mengangkanginya.
“Siti…sekarang hisap batang abi ya…”
Aku melongo, saat abi mengeluarkan kejantanannya. Nafasku
jadi tak berarturan.
“Ayo nak…hisap batang abi….,” ujar abi seraya memasukkan
penis raksasanya ke dalam mulut ummi. Ia menggoyang-goyankan pinggulnya, hingga
batangnya turut keluar masuk.
Aku terpana melihat kedua orang tuaku begituan di depanku.
Sepeti biasa abi dengan bertenaga menggarap ummi. Lalu ia
melihat ke arahku sambil berkata, “”SShhh…ahhh… Siti sayang sama abi kan… kalau
memang sayang kulum terus titit abi…”
Aku tak percaya mendengar kata-kata abi kepadaku. Jadi
ceritanya ummi sedang berperan sebagai diriku, dan abi sedang meng… aku..
“Shhh…ah….ahhh…dikit lagi….dikit lagi….teruss….”
Pantat abi bergerak semakin cepat. Ia pegang jilbab ummi.
“AKkkhhh….keluar…aku keluar…anakku…”
Saat abi mencapai klimaks ia tekan penisnya masuk. Bibir ummi
sampai menyentuh pangkal batangnya. Alis abi mengenyit dan melenguh keras,
“AAhhhhh…!” Abi mengejan.
“Uhuk..” ummi terlihat keselak.
Penis abi segera dicabut dari mulut ummi. Pada saat dtarik
melewati bibir ummi, ujungnya masih menyembur cairan sperma. Akibatnya cairan
putih itu ada yang terlontar mengenai wajahku. Aku cuma bisa melongo.
Kedua orang tuaku tampak lelah dan terbaring di kasu. Ummi
meraih tanganku.
“Siti…kami itu kalau melakukan hubungan suami istri kadang
suka role play….dan abi sukanya berpura-pura sedang melakukan hubungan badan
sama kamu. Jadi sebenarnya….abi itu…tertarik kok sama kamu…”
Aku terkejut mendengar pengakuan ummi.
Kamar itu menjadi hening beberapa saat.
Kuhampiri abi yang terbaring di atas kasur yang sudah agak
lecek.
“Abi, apakah itu benar?” tanyaku.
Abi mengangguk.
Rasanya waktu itu seperti tertimpa durian, jantung
berdebar-debar, senang banget, horni, pokoknya serba campur aduk kayak
gado-gado.
“Boleh Siti cium abi?”
Beliau mengangguk lagi.
Kudekatkan kepalaku dengannya. Kulekatkan bibirku ke
bibirnya. Hatiku terasa beigtu berbunga. Tidak ada penolakan. Bahkan ia
membalas setiap kecupan-kecupanku.
“Kasih lihat abi, kemaluan Siti…”
Jantungku deg-degan mendengar permintaan abi.
Aku berdiri dan kuturunkan celana panjangku. Peralhan aku
kangkangi wajah abi dan kubuka lebar kedua pahaku di hadapannya. Pipiku
langsung terasa panas, mungkin sudah seperti memerah kepiting rebus.
“Kok CDnya gak dibuka?” bisik Abi seraya mengesampingkan
pinggir celana dalamku.
Birahiku benar-benar bergejoak saat itu. Apalagi….deg….dapat
kurasakan jari abi meraba-raba labiaku. Lalu sebuah jari menembus masuk ke
dalam lubangku.
AKu langsung mengadah ke atas sambil menggigit bibir. Inikah
kenikmatan yang selalu dirasakan ummi setiap kali bercinta dengna abi.
Abi menarik kedua pahaku dan meletakkan bibir vaginaku di
bibirnya.
“AAAAhhh….,” lenguhku saat kurasakan lidah tak bertulang
menyapu-nyapu kemaluanku.
“Owh abi..Siti sayang ABIII…,” teriakku sambil
menggoyang-goyankan pinggulku.
Tiba-tiba ummi memelukk dari belakang dan menangkup kedua
buah dadaku dari balik gamisku.
“Enak sayang dijilat abi?”
“Enak ummi, dadaku diremas ummi juga enak…”
Di telingaku ummi berbisik, “ummi jadi terangsang ngeliat
Siti sama abi..”
Aku menengok ke samping dan memadang raut wajah ummi yang
terlihat birahi. Kuselipkan tanganku ku belakang dan menyentuh vaginanya yang
berbulu di balik rok abu-abunya.
“Owhh…Siti…” Raut wajah ummi berubah. Kuusap-usap bibir
vaginanya.
“Ummi mau lesbian sama Siti?”
“Iyah…lesbian ibu anak…” langsung ummi melumat bibirku dan
payudaraku diremas dengan gerakan berputar.
Seumur hidup aku gak pernah berpikir akan melakukan hal ini
dengan kedua orang tuaku. Tapi kami bertiga sedang dilanda nafsu, dan rasanya
sangat mengasyikkan. Merasakan bercumbu dengan ummi dan membiarkan daerah
paling privatku dijilat oleh abi.
Abi tiba-tiba berhenti dan bilang ke kami ia mau berdiri dari
tempat tidur.
“Siti…”
“IYa abi?”
“Ingat waktu kecil abi suka gendong kamu?”
“Ingat…”
“Ayo kemari abi gendong seperti dulu…”
Aku tersenyum dan bangkit berdiri. Aku lompat ke pelukan abi
dengan tangun bergelayut di lehernya dan kaki merangkul tubuhnya. Akku kembali
bernostalgia masa-masa dulu sambil memejamkan mata.
Saat aku sedang merasakan masa lalu. Tahu-tahu Kemaluanku
merasakan sebuah batang yang besar dan keras menembus lubang senggamaku.
Aku mebelalak. Abi dengan keras menghentakkan pinggulnya. Aku
merasakan rasa sakit, karena aku masih perawan.
Akibat daya tarik gravitasi dengan kekuatan hentakan abi. Dua
kali hentak, selaput daraku langsung robek.
“Sakiiit abiiii.”
“Sabar…sedikit lagi pasti enak…”
Abi sungguh kuat menggendongku, dan dengan kekuatan kaki dan
pinggul, disentak-sentaknya batangmua di dalam lubangku. Tubuhku sampai
melompat-lompat naik turun. Sakit pun berubah jadi kenikmatan.
“Shhh….ahhh..ahhhh..shhh…”
“Anak abi sudah dewasa sekerang…dah bisa memberikan kepuasan
seks..”
Aku bangga mendengar pujiannya.
“Enakkah kemaluan Siti?”
“Enak…legit….legit banget” seraya bicara seperti itu abi
mempercepat hentakan-hentakan pinggulnya.
“Clep! clep! clep! clep!” Vaginaku benar-benar dibuat basah
oleh abi, aku hanya bisa pasrah bergelantungan di lehernya, sementara kedua
kaki terbuka lebar dan ditahan oleh tangannya.
Gerbang pertahananku yang ditengah, diserangnya bertubi-tubi.
Rasanya seperti pasukan yang sedang digempur habis-habisan dan ditakdirkan
untuk kalah.
Semakin lama gesekan batang abi dengan didnding vaginaku dan
klitorisku menggiring kenimkatan ke arah puncak.
“AAAhhh….Abi…Siti…Siti….Akhhh!”
Tubuhku kelojotan beberapa kali mencapai orgasme.
Abi membawa tubuhku ke atas tempat tidur. Lalu ia menarik
ummi dan mengangkat rok abu-abunya hingga seperu. Lalu ia menyuruh ummi untuk
menungging dengan kemaluannya tepat di diatasku
“Istriku, bikin aku tuntas ya…”
“Iya suamiku…”
Abi memasukkan batangnya ke dalam lubang kemaluan ummi dan
mereka bersenggama di atasku. Aku dapat melihat dnegan jelas penis abi yang
panjang dan besar itu keluar masuk melewati bibir vagina ummi.
“Siti, lihat abi setubuhi ummi yah..”
“Iyah…” jawabku sambil menelan ludah
Abi tidak buang-buang waktu ia langsung memompa tubuh ummi
dengan kecepatan penuh. “Owhh..owh sayang…,” lenguh ummi. Buah zakar ayah
bergoyang-goayng maju mundur.
Kadang cairan mereka berdua menetes di mulutku. Kujilat saja.
5 menit mereka begituan, Ummi berteriak, “AAAAHHHhhh!!”
Rupanya abi masih bisa bikin ibu orgasme. Cairan pun menetes
makin banyak ke wajahku. Luar biasa, beliau memang perkasa.
“Istriku kocok penisku, cepaat!”
Ummi membalikan tubunya dan meraih kontol abi serta
mengocoknya. Sementara beliau mengarahkan batangnya ke arah wajahku.
“AAhh..ahh..yeah…terus…terus…”
batang yang mengkilap itu begitu dekat dengan wajahku.
Cairan-cairan putih tampak semakin sering dan banyak keluar dari ujungnya.
Makin lama makin mulai menetens….tahu-tahu Crot! Crot! Crot!. Cairan kental
seputih susu menyembur dari ujung penis Abi membasahi mukaku. Banyak sekali.
“AAhhh…akhirnya…”
Abi lalu membenamkan penisnya di mulutku.
“Bersihin sayang…”
Dengan lidah kujilat bersih batang abi.
Artikel yang sangat Bagus dan Bermanfaat.. Update terus dan sukses selalu ya Gan
ReplyDeleteCek Juga di WWW.TOGELSGP88.COM
1 USER ID SUDAH BISA BERMAIN SEMUA PERMAINAN :
SPORTBOOK, TOGEL, LIVE CASINO, POKER, SABUNG AYAM, SLOT GAME, TEMBAK IKAN, TANGKAS :
Promo Terbaru dari TOGELSGP88
- Minimal Deposit Rp 50.000
- Minimal Withdraw Rp 50.000
- BONUS NEW MEMBER 100% SPORTBOOK
- BONUS DEPOSIT 30% SPORTBOOK
- BONUS DEPOSIT 10% ALL-GAMES
- BONUS DEPOSIT SABUNG AYAM 10%
- BONUS CASHBACK MIXPARLAY 100%
- BONUS ROLLINGAN LIVECASINO 0.8%
- BONUS ROLLINGAN POKER & DOMINO 0,3%
- BONUS REFFERAL 1%
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
LIVECHAT TOGELSYD88.COM 24 JAM ONLINE
Pin BBM : D8DC9CC9