Sudah lama aku mengenal tamuku yg bernama sebut saja Thomas,
seorang chinese yg bekerja sebagai pemasaran di Maspion, dia merupakan salah
satu tamu langgananku yg pada mulanya adalah teman biasa di bisnis jual beli
mobil bekas, pekerjaan “sampingan” sekaligus kamuflase.
Dia mengetahui profesiku yg lain secara kebetulan tak kala
diajak teman temannya untuk “hunting”, dan ternyata salah satu gadis yg
dibooking adalah aku, melalui seorang GM, jadi aku tdk menygka sama sekali
kalau “kepergok” seperti ini, begitu juga diapun tak menygka bertemu aku dalam
posisi seperti ini. Tentu saja kami berdua terkejut tapi sama-sama tak mungkin
mengelak.
Aku kenal istri dan keluarganya, termasuk
adik-adiknya karena kami memang sangat dekat. Sungguh suatu keadaan yg sama
sekali lain dan tdk disangka sebelumnya, aku merasa begitu rikuh dan kulihat
dia juga mengalami hal yg sama. Ingin rasanya aku lari keluar kembali ke
mobilku, tapi tentu saja si GM akan kecewa dan mencoretku dari daftarnya,
padahal GM itu banyak memberi orderan dan aku tak ingin hal itu terjadi.
Harapan satu satunya adalah aku tdk melayaninya.
Dia ditemani kedua temannya begitu juga aku dengan 2 gadis
lain yg dikirim oleh GM yg sama. Saat kami dikenalkan satu persatu, tertangkap
sorot mata aneh menatapku tajam, aku tak bisa menerjamahkan sorot mata itu,
dengan tersipu malu dan wajah bersemu merah aku memalingkan tatapanku dari
sorotnya, tak sanggup melawannya.
Tanpa memberi kesempatan teman temannya, dia langsung memilih
aku, membuatku semakin bertambah rikuh, rasanya tak mungkin melakukan dengan
orang yg selama ini kukenal sebagai seorang teman dalam batas pertemanan, tak
tega rasanya menghianati Wenny, istrinya yg kuanggap sebagai seorang teman.
Berenam kami menuju ke Stasium di Tunjungan Plaza, sepanjang
jalan aku dan Thomas terdiam tanpa bicara, sejuta kecamuk dalam pikiran kami
masing masing, tak tahu harus mulai dari mana. Sungguh berbeda dengan kedua
temannya yg banyak canda dan tawa dengan kedua gadisnya.
Aku tahu bahwa aku harus bertindak profesional, tapi dalam
bisnis ini, emosi dan perasaan tetap memegang peranan yg besar, itu manusiawi.
Keadaan sedikit tertolong karena dia harus nyetir BMW-nya
sehingga kekakuan kami tdk terlalu terbaca teman temannya, mereka pasti pikir
si Thomas diam karena konsentrasi pada setirannya, mereka tentu tdk
memperhatikan bahwa tak sejengkalpun tubuhku disentuhnya, tdk seperti mereka yg
dibelakang yg tangannya sudah menggerayg ke seluruh tubuh pasangannya masing
masing.
Detak pekik House musik dan geliat birahi para pengunjung di
lantai dance tak mampu mencairkan kekakuan di antara kami, bahkan saat lagu
“Lemon Tree” kesukaanku berkumandang nyaring, tetap tak mampu menggerakkan
kakiku menuju lantai dansa, begitu kaku, begitu juga Thomas yg tak berani
mengambil inisiatif mengajakku turun, kalau saja dia mengajakku pasti aku tak
kuasa untuk menolak tapi hal itu tak terjadi. Padahal sudah sering kali aku
turun sama dia saat bersama istrinya ke diskotik.
Butir butir extasi yg mereka bagikan, hanya kugenggam di
tanganku. Kami sama sama terpaku membeku dalam panasnya alunan hentakan house
music.
Pukul 01.00 kami meninggalkan diskotik menuju Hotel Tunjungan
yg hanya bersebelahan dengan komplek pertokoan itu. 3 jam yg panjang kualami
penuh kebekuan, tak seujung rambutpun dia menyentuhku apalagi mencium atau
meraba tubuhku, meskipun kesempatan itu sangat luas terbentang.
Ketika kami memasuki kamar masing masing, kekakuan diantara
kami masih ada bahkan terasa semakin membeku. Aku tak tahu harus berbuat apa.
“Aku nggak nygka kalau kita bisa bertemu dalam keadaan
seperti ini” katanya setelah menyalakan Marlboronya, inilah kata pertama yg
ditujukan padaku sejak ketemu 4 jam yg lalu.
“Aku juga” jawabku singkat sedikit bergetar, keringat dingin
mulai membasahi telapak tanganku, kebiasaan kalau aku dalam keadaan gugup.
“Selanjutnya gimana nih” tanyanya, entah pura pura atau
memang karena rikuh.
“Terserah kamu saja, aku ikut” jawabku masih bergetar.
Thomas beranjak dari tempat duduknya menghampiriku, dia duduk
disampingku, jantungku berdetak kencang dan semakin kencang saat dia memelukku.
Bukan pertama kali dia memelukku seperti ini, bahkan mencium pipiku pun sudah
sering dia lakukan meskipun di depan istrinya, tapi semua itu tentu saja dalam
konteks yg lain.
Aku hanya diam saja sambil meremas tanganku semakin erat
ketika dia mulai mencium pipiku, sungguh terasa lain ciumannya dibandingkan
sebelum sebelumnya, ada getaran aneh menyelimuti hatiku, kembali aku tak tahu
harus berbuat apa.
Ciuman Thomas sudah menyusur ke leharku, kurasakan tangannya
gemetar saat mulai mengelus elus buah dadaku, jantungku semakin berdetak
kencang saat tangan gemetar itu menyusup dibalik kaosku, terasa dingin ketika
menyentuh kulit buah dadaku.
Sesaat aku hanya terdiam saat bibirnya mulai menyentuh
bibirku, dilumatnya dengan lembut bibir merahku sembari menuntun tanganku ke
selangkangannya, terasa menegang. Tanpa kusadari ternyata dia sudah membuka
resliting celananya hingga tanganku langsung menyentuh kejantanannya yg masih
terbungkus celana dalam.
Aku mulai membalas kulumannya ketika tanganku sudah menyusup
dibalik celana dalamnya dan mulai meremas remas kejantanan sobatku ini.
Menit menit selanjutnya terlupakan sudah siapa Thomas
sebelumnya, terlupakan sudah si Wenny istrinya yg cantik, aku kembali berada
dalam duniaku, seorang gadis panggilan yg sedang bekerja memuaskan tamunya,
meskipun demikian aku masih tak tega memandang wajah gantengnya, setiap kali
kulihat wajahnya aku selalu teringat akan istrinya, jadi aku selalu berusaha
untuk memalingkan wajahku atau memejamkan mata saat wajah kami berhadapan.
Harus kuakui ternyata Thomas seorang yg sabar dan romantis,
kuluman pada bibir dan putingku serasa begitu nikmat dan penuh perasaan, akupun
tanpa malu mulai mendesah nikmat dalam buaian sobatku.
Perlu hampir 1 jam bagi kami untuk saling menelanjangi, tubuh
bugil kami sudah beralih ke atas ranjang, Thomas melanjutkan ciumannya pada
sekujur tubuhku tapi tampaknya masih ada keraguan untuk menjilati
selangkanganku, begitu juga aku, seakan ada penghalang yg mencegahku mengulum
k0ntolnya.
Ketika tubuh telanjangnya hendak menindihku, tiba tiba
terdengar bunyi telepon. Dengan agak malas dia mengangkat telepon, rupanya
teman temannya telah lama menyelesaikan satu babak, padahal kami baru akan
mulai. Mereka menanyakan apakah akan melanjutkan hingga pagi, dia menanyaiku
dan kujawab terserah. Akhirnya diputuskan untuk nginap.
Sebelum kembali ke pelukanku, Thomas mengambil HP dan
menghubungi istrinya untuk memberitahu kalau dia pulang pagi dengan alasan
menemaniku di diskotik, entah apa dalam benak Wenny karena tdk ada iringan
musik pada backgroundnya. Kami memang sering ke diskotik sama sama hingga
menjelang pagi jadi bukan sekali ini Thomas pulang pagi. Dia memberikan HP-nya
kepadaku.
“Hai Wen, sorry malam ini aku pinjam suamimu tanpa permisi”
kataku.
“Ya udah, tolong jaga dia jangan sampai lupa pulang, yg
penting pulang dengan selamat biar dengan botol kosong” katanya ditutup dengan
ketawa ciri khasnya, kami memang sudah biasa bergurau bebas, aku jadi semakin
merasa bersalah melihat begitu percayanya dia padaku.
Tapi ini adalah bisnis bukan aku berselingkuh dengan suaminya
tapi dia yg mem-bookingku, hiburku dalam hati.
Thomas kembali menghampiriku yg masih telentang telanjang di
atas ranjang, kami harus mulai lagi dari awal. Kali ini tiada lagi keraguan
diantara kami meski aku tetap tak bisa menatap wajahnya. Dengan memejamkan
mata, kusambut lumatan bibirnya sembari meremas remas kejantantannya yg sudah
lemas. Dia mulai berani mendesah, akupun demikian saat bibirnya mendarat di
puncak bukitku.
Kujepit pinggangnya dengan kakiku saat sedotannya semakin
kuat sambil menyapukan kepala k0ntolnya ke bibir memekku, kubuka sedikit mataku
menatapnya, ternyata dia menatapku dengan penuh perasaan, tak sanggup aku
menatapnya lebih lama, kututup kembali mataku rapat rapat dan semakin rapat
saat k0ntolnya mulai menerobos memasuki liang memekku.
Entahlah, tdk seperti pada tamuku lainnya, kali ini kurasakan
getaran getaran aneh menyelimuti diriku, semakin dalam k0ntol itu melesak
masuk, semakin keras getaran itu seiring kerasnya degup jantungku yg berdetak
kencang. Aku telah menodai persahabatan yg selama ini kubangun, aku telah
menghianati Wenny yg begitu percaya padaku. Tapi perasaan nikmat dan semakin
nikmat perlahan mengusir rasa bersalah dan segala keseganan antara aku dan
Thomas.
Kejantanan Thomas perlahan penuh perasaan mengocokku diiringi
cumbuan dan lumatan pada bibirku yg kubalas dengan tak kalah gairahnya, dan
akupun semakin kelojotan dalam dekapan hangat suami sahabatku ini takkala
ciumannya menyusuri leherku.
Berdua kami mengayuh biduk birahi menyeberangi lautan nafsu,
lenguh dan desah kenikmatan mengiringi perjalanan kami. Beberapa menit kemudian
kamipun telah sampai ke seberang kenikmatan, hanya berselang beberapa detik
setelah Thomas menumpahkan semua cairan birahinya ke rahimku, aku menyusulnya
menggapai puncak kenikmatan dari suami sobatku.
Tubuh lemasnya langsung terkulai menindihku, napas kami
menyatu mengiringi denyut jantung yg berdetak kencang, hembusan napasnya
menerpa telingaku, aku kembali terbuai akan kehangatannya meski perlahan gairah
kami mulai menurun.
Beberapa saat suasana hening, entah apa yg berkecamuk dalam
pikirannya, apakah menyesal telah meniduri temannya ataukah puas telah
menikmati tubuhku, hanya dia yg tahu. Bagiku tugas melayani seorang tamu telah
kulaksanakan, kebetulan dia adalah teman dan suami sobatku, itu adalah diluar
kehendak kami masing masing.
Mungkin karena sama sama segan, permainan kami biasa biasa
saja, bahkan relatif singkat, tak ada pergantian posisi seperti umumnya, baik
dari dia maupun dari aku sendiri.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi ketika telepon
berbunyi, dengan segan Thomas menerima, yg pasti dari temannya di kamar
sebelah.
“Hei, kamu yg ke sini atau aku yg ke sana, si kampret satu
itu sudah pulang soalnya” kata suara dari seberang sayup sayup kudengar, aku
tak tahu maksudnya.
“Kali ini nggak bisa Jon, kita sendiri sendiri aja deh”
jawabnya.
“Kok kamu gitu sih, mentang mentang dapat yg si cantik Lily
terus nggak mau berbagi, kawan macam apa itu” dari seberang terdengar dengan
nada tinggi, aku masih nggak tahu maksudnya.
Thomas diam sejenak, menatapku dalam dalam seakan hendak
mengatakan sesuatu.
“Dia mau ke sini” katanya pelan.
“Emang sudah selesai? Mau check out? Malam malam begini?
Tanggung amat” tanyaku nggak ngerti.
“Enggak, mau pindah bergabung ke sini sama ceweknya”
“Pindah? Bergabung? Trus?” tanyaku semakin tak mengerti.
Dia diam sejenak.
“Trus.. Trus.. Ya disini.. Ber.. Berempat” jawabnya terpatah
patah, kulihat mimik muka bersalah di wajahnya.
“Sorry ya, aku telah membawamu ke situasi seperti ini, sudah
kebiasaan untuk bertukar pasangan atau bersamaan pada akhirnya” lanjutnya
sambil mengepulkan asap rokok dari mulutnya, sepertinya untuk menutupi rasa
bersalahnya.
Sebenarnya aku tdk keberatan melakukan hal itu, toh sudah
sering kulakukan, tapi ini di depan Thomas, ada keengganan tersendiri yg
menjadi penghalang, entahlah perasaan jaga image masih kuat kurasakan.
Disamping itu, aku agak kaget mendapati kenyataan bahwa Thomas yg kukenal cukup
pendiam, meski aku cukup yakin sebelumnya dia bukan tipe suami yg setia,
ternyata menjalani petualangan seperti ini dengan teman temannya, sungguh jauh
dari penampilan keseharian yg terkesan pendiam.
“Terserah kamu saja lah, toh kamu boss-nya” jawabku lirih
berusaha memberi kesan terpaksa, takut kalau dia tahu kalau aku sudah sering
melakukan permainan seperti ini.
“Ly, kamu boleh menolak, bebas kok, paling resikonya aku
dijauhi teman teman dan dibilang egois”
“Janganlah kalau sampai ditinggal teman teman hanya masalah
beginian, malu kan” aku menghibur.
“Sebenarnya aku nggak rela kalau kamu harus melayani orang
lain, apalagi dihadapanku, tapi semua terserah kamu deh”
Aku diam sejenak memikirkan kalimat yg “innocent” untuk
menjawab kata IYA, tak tega rasanya mengatakan kalau selama ini akupun selalu
melayani orang lain, apa bedanya dengan sekarang.
“Okelah kalau itu maumu” jawabku sembari mengambil rokok yg
ada di jarinya, kulihat sorot mata aneh dari matanya. “Jon, kamu ke sini aja
deh” akhirnya dia meminta temannya untuk datang.
Sambil menunggu kedatangan si Josua, aku mandi membersihkan
tubuh terutama memekku dari sisa sisa keringat maupun sperma Thomas.
Tak lebih 10 menit kemudian, teman Thomas sudah berada di
kamar, ternyata gadis yg datang bersamanya adalah Lenny, bukan Cindy yg tadi
bersamanya, rupanya dia telah melakukan pertukaran dengan sebelumnya.
“Len, bukannya dia tadi sama Cindy, kok sekarang sama kamu,
sudah tukeran rupanya ya” bisikku ketika aku dan Lenny berada di kamar mandi
berdua.
“Gila tuh si Josua, kuat banget, dan malam ini dia bakal
dapat 3 cewek berurutan” bisiknya pelan.
Kamipun tertawa cekikan di kamar mandi.
Dengan berbalut handuk di dada, aku dan Lenny keluar kamar
mandi, Thomas duduk di sofa sementara Josua sudah telentang di ranjang,
keduanya sudah dalam keadaan telanjang.
Lenny langsung mengambil posisi di antara kaki Thomas, aku
mau tak mau harus langsung menuju ranjang melayani Josua. Kejantanan Josua yg
sudah tegang memang mengagumkan, meski tdk terlalu panjang tapi cukup besar
diameternya dengan hiasan otot melingkar terlihat semakin kokoh.
Josua langsung menarik tubuhku dalam pelukannya,
dilemparkannya handuk penutup tubuhku dan tubuh telanjang kami saling
berangkulan.
Kubalas lumatan bibirnya dengan tak kalah gairah,
desahankupun terlepas bebas tatkala bibir dan lidahnya mempermainkan kedua
putingku bergantian. Sesaat kulirik Thomas sudah merem melek menikmati sapuan
bibir mungil Lenny pada k0ntolnya sambil meremas remas kedua buah dadanya yg
sedikit lebih besar dari punyaku. Sudah sering kudengar kemahiran Lenny dalam ber-oral,
kini kulihat sendiri bagaimana bibirnya menyusuri k0ntol Thomas dengan
bergairah.
Perhatianku kembali beralih ke Josua saat dia membalik
tubuhku dibawahnya, lidahnya dengan lincah menari nari dikedua putingku,
menyusur turun hingga selangkangan dan kembali bergerak liar saat mendapati
klitorisku. Kombinasi antara jilatan dan kocokan jari jari tangannya di memek
membuatku menggeliat dan mendesah dalam nikmat sambil meremas remas kepala
Josua yg berada di selangkanganku.
Tiba tiba aku dikagetkan teriakan Lenny, rupanya aku terlalu
asik melayg layg hingga tak memperhatikan mereka telah berganti posisi, kepala
Thomas sudah berada di antara paha Lenny sedang asik menjilati memeknya,
ternyata itu yg membuat Lenny menjerit nikmat.
Meskipun cumbuan permainan oral Josua begitu nikmat, aku
banyak membagi perhatianku pada Thomas dan Lenny, sekedar ingin tahu bagaimana
permainan Thomas bila dengan gadis lain setelah aku mengalami dengannya biasa
biasa saja. Baru sekarang aku tahu ternyata Thomas juga seorang great fucker,
dengan telaten dia menyusuri seluruh lekuk tubuh Lenny dengan lidahnya, bahkan
hingga jari jari kaki tak luput dari sapuan lidahnya, terang saja membuat Lenny
kelojotan tak karuan. Andai saja dia tadi melakukannya padaku. Beruntunglah
Wenny bisa mendapatkan cumbuan seperti itu setiap saat.
Perhatianku terganggu saat tubuh Josua sudah mekangkang di
atas dadaku, menyodorkan kejantanannya ke mukaku, segera kuraih, kukocok
sejenak dengan tanganku lalu kujilati kepala k0ntolnya, terasa asin akan cairan
yg sudah menetes keluar. Beberapa detik kemudian k0ntol Josua sudah lancar
mengisi mulutku, keluar masuk mengocoknya.
Puas mengocokkan k0ntolnya ke mulutku, Josua bergeser ke
bawah, mengatur posisinya diantara kakiku, aku membuka lebih lebar saat kepala
k0ntolnya menyapu bibir memek dan perlahan menyeruak membelah celah celah
sempit liang kenikmatanku. Perlahan tapi pasti k0ntol itu melesak semakin
dalam, namun gerakan penetrasi terganggu ketika Thomas dan Lenny berpindah ke
ranjang di samping kami sehingga mengharuskan kami sedikit bergeser memberi
tempat pada mereka. Terpaksa Josua menarik keluar k0ntolnya yg sudah setengah
jalan menyusuri liang kenikmatanku.
Aku dan Lenny telentang berdampingan dengan kedua laki laki
sudah siap diantara selangkangan kami masing masing. Namun sebelum Josua
melesakkan kembali k0ntolnya, Thomas bergeser ke kepalaku, menyodorkan
k0ntolnya tepat di atas mulutku. Segera kuraih dan kumasukkan ke mulutku, hal
yg tadi tdk kami lakukan, bersamaan dengan k0ntol Josua mulai meluncur masuk
liang memekku. Sesaat kuhentikan kulumanku ketika Josua sudah melesakkan
seluruh batang kejantanannya, terasa penuh dibandingkan dengan Thomas
sebelumnya. Akupun melanjutkan kulumanku pada Thomas ketika Josua memulai
kocokannya. Hanya beberapa menit Thomas mengocok mulutku kemudian beralih ke
mulut Lenny, rupanya dia hendak membandingkan antara kulumanku dengan Lenny.
Tubuh Josua sudah menindihku, sodokan k0ntolnya semakin cepat
dan keras penuh nafsu gairah, akupun mengimbangi dengan jeritan dan desahan
nikmat sembari menjepitkan kakiku di pinggangnya. Bibir Josua tak pernah lepas
dari tubuhku, menyusur leher, pipi, bibir lalu kembali ke leher.
Kulihat Thomas masih mengocok bibir Lenny sambil
memperhatikan expresi kenikmatan yg terpancar di wajahku, expresi yg tdk aku
tunjukkan saat bersamanya dan aku yakin dia mengetahui itu, sesekali jari
tangannya dimasukkan ke mulutku yg tengah menengadah mendesah, akupun membalas
dengan kuluman dan mempermainkan lidahku pada jari jarinya.
Berulangkali tubuhku terhentak terkaget tapi nikmat merasakan
hentakan keras dari Josua, kudekap tubuhnya semakin rapat seakan tubuh
telanjang kami menyatu dalam nikmatnya birahi.
Josua mengangkat tubuhnya, masih tetap mengocokku dengan
tubuh setengah jongkok, justru kurasakan k0ntolnya semakin dalam tertanam.
Bersamaan dengan itu, Thomas sudah berada di antara kaki Lenny bersiap
melesakkan k0ntolnya tapi dia tdk langsung memasukkannya, justru lebih suka
melihat wajahku yg tengah mendesah sambil mengamati bagaimana k0ntol temannya
keluar masuk menyodok memek sobat istrinya ini.
Aku sudah tak memperhatikan lebih jauh lagi karena sodokan
Josua semakin liar dan nikmat, namun kemudian kudengar desah dan jerit
kenikmatan dari Lenny mengiringi desahanku. Dengan irama goyangan yg berbeda,
kedua laki laki itu mengocok kami berdua, simfony desah kenikmatan memenuhi
kamar yg penuh aroma birahi. Kutatap wajah ganteng Josua yg penuh expresi
nikmat birahi.
Berulang kali tatapan mataku beradu pandang dengan Thomas,
rupanya meskipun sedang mengocok Lenny yg cantik, tapi tatapan matanya lebih
sering tertuju pada wajahku yg tengah mendesah nikmat merasakan kocokan
temannya, apalagi Josua mengocokku dengan gerakan yg liar dan tak beraturan
diselingi dengan hentakan keras yg membuatku menjerit jerit nikmat.
Josua membalik tubuhku disusul kocokan dari belakang, posisi
dogie, Thomas mengikutinya. Begitu juga ketika kami berganti lagi posisi, aku
di atas, diapun meminta Lenny untuk di atas.
Kami bercinta seolah berlomba ketahanan, entah sudah berapa
lama dan berapa kali ganti posisi telah kami lakukan. Diluar dugaanku, ternyata
Thomas bisa bertahan lebih lama, ketika kami di posisi dogie, Josua tak bisa
bertahan lebih lama lagi, tanpa bisa dicegah lagi, diapun memuntahkan spermanya
di memekku diiringi teriakan kenikmatan, kurasakan denyutan denyutan nikmat
menerpa dinding dinding memekku meski tdk terlalu kuat.
Beberapa saat kemudian Josua menarik keluar k0ntolnya, akupun
menggelosor tengkurap dengan napas yg menderu setelah permainan panjang. Belum
sempat aku mengatur napasku, Thomas menarik pantatku, memintaku kembali
nungging, meskipun capek tapi aku tak tega menolaknya, sepertinya sedari tadi
dia sudah memendam keinginan untuk kembali menikmati tubuhku.
Aku hendak mencegahnya saat k0ntolnya sudah di ambang pintu
memekku, nggak enak rasanya kalau dia harus menyetubuhiku sementara sperma
Josua masin di dalam, aku ingin membersihkan dulu, tapi terlambat, sepertinya
dia tak peduli, dengan sekali dorongan keras, k0ntol Thomas kembali memasuki
liang memekku, terasa masih ada celah kosong saat k0ntolnya melesak semuanya.
Berbeda dengan sebelumnya, tanpa membuang waktu lagi, kali
ini Thomas mengocokku dengan penuh nafsu, begitu keras dan cepat sambil
menghentakkan tubuhnya pada pantatku, diiringi tarikan pada rambutku, sungguh
liar permainannya kali ini, sangat berlawanan dengan yg tadi. Akupun tak mau
kalah, kuimbangi dengan menggoyangkan pantatnya melawan gerakannya, desahan
kami berdua saling bersahutan, kecipuk suara cairan memek bercampur sperma tak
kami hiraukan, terlupakan sudah bahwa Thomas adalah suami dari sobat karibku,
yg ada hanyalah nafsu dan birahi diantara kami.
Aku minta mengubah posisi, kali ini aku di atas, ingin
kutunjukkan bagaimana goyangan pinggulku membobol pertahanan terakhirnya.
Dengan sisa sisa tenaga karena aku sudah beberapa kali orgasme saat dengan
Josua tadi, akupun bergoyang liar di atasnya, ingin kuberikan apa yg kuyakin
belum pernah dia alami bersama Wenny, istrinya, entah kenapa aku jadi ingin
membuktikan bahwa aku tak kalah dengan si istri yg sobatku itu.
Kami bercinta dengan penuh gairah, jauh melebihi apa yg telah
kami lakukan tadi, sepertinya kami sudah mengeluarkan watak asli permainan kami
yg cenderung liar.
Keringat sudah membasahi tubuh kami berdua, aku begitu
bersemangat, begitu juga dia, tak kuhiraukan ternyata justru aku yg mencapai
orgasme lebih dulu, sungguh luar biasa stamina Thomas, jauh dari perkiraanku,
kalau aku tak mengalami sendiri tentu sulit untuk percaya bahwa dia begitu
perkasa di ranjang.
Menit demi menit berlalu hingga aku tak kuasa lagi menahan
orgasme yg kesekian kali, sementara dia masih belum terlihat tanda tanda ke
arah sana, dan akhirnya akupun menyerah dalam dekapannya.
“Sudah.. sudah.. Ah.. Ampun, aku menyerah”, dan akupun
terkulai lemas di atasnya, tak mampu lagi menggoyangkan pinggulku.
“Ya sudah, istirahat sana” katanya seraya mendorong tubuhku
turun dari atasnya, dan akupun menggelepar di sampingnya.
Permainan Thomas tdk berhenti sampai disitu, dia menghampiri
Lenny yg dari tadi mengamati kami bercinta sambil berbaring di atas ranjang
sembari mempermainkan klitorisnya. Begitu Thomas menghampirinya, Lenny langsung
mengambil posisi telentang dengan kaki terbuka lebar, tapi Thomas justru
memintanya nungging. Dengan irama kocokan yg liar dia mengocok Lenny dengan
posisi dogie.
Aku meninggalkan mereka, membersihkan sperma lalu menyusul
Josua duduk di sofa mengamati permainan Thomas dan Lenny, terus terang aku
terkagum dengan keperkasaan sobatku ini, entah bagaimana Wenny bisa melayani
suaminya itu sendirian kalau di rumah.
“Gila itu orang, kuat banget mainnya” komentarku sembari
berbagi Marlboro dengan Josua.
“Dia sih paling kuat diantara kelompok kami berlima, hampir
tak pernah dia booking cewek sendirian, biasanya langsung 2 orang, kalau nggak
gitu kasihan ceweknya” jawab Josua mengagetkanku, sungguh jauh dari penampilan
biasanya yg terlihat pendiam.
Cukup lama mereka bercinta di atas ranjang, sudah beberapa
kali berganti posisi sebelum akhirnya mereka menggapai orgasme hampir bersamaan
ketika posisi Thomas sedang di atas.
Mereka berpelukan beberapa saat sebelum Thomas turun dari
tubuh Lenny, tampak wajah kepuasan bercampur kelelahan dari mereka.
Beberapa menit mereka sama sama menggelepar di atas ranjang
sambil mengatur napas yg menderu. Thomas berdiri menghampiriku, duduk menjepit
aku dan Josua, diambilnya Marlboro yg ada di tanganku dan menghisapnya kuat kuat.
“Sorry Ly, aku harus segera pulang, ntar istriku curiga dan
aku nggak boleh ke diskotik lagi” katanya sambil mengepulkan asap rokoknya.
“Kamu tinggal aja disini nemenin Josua dan Lenny besok siang
aku telepon lagi, oke?” lanjutnya.
Aku hanya diam saja tak tahu harus ngomong apa, tanpa
menunggu jawaban dariku, dia beranjak mengenakan pakaiannya tanpa membersihkan
tubuh terlebih dahulu.
Thomas memanggilku ke kamar mandi.
“Sebenarnya aku tak tega melakukan ini, tapi harus kulakukan,
apa yg kita lakukan barusan hanyalah sekedar bisnis, nothing personal, dan tdk
ada yg berubah di antara kita termasuk dengan Wenny maupun Iwan adikku, kamu
ngerti kan” katanya sembari memberikan segebok uang 50 ribuan.
Aku hanya mengangguk tanpa kata, 100 persen setuju apa yg dia
katakan.
“Boleh aku minta satu hal?” tanyaku.
“Apa itu?” jawabnya, tanpa menunggu lagi reaksinya aku
jongkok di depannya, kubuka resliting celananya dan kukeluarkan k0ntolnya yg
lemas.
“Sekedar tip, memberi apa yg belum aku berikan” jawabku
sambil memasukkan k0ntol itu ke mulutku.
Thomas diam saja, k0ntolnya kupermainkan dengan lidahku,
kususuri sekujur batang hingga pangkalnya, perlahan mulai menegang dalam
genggaman dan mulutku, selanjutnya k0ntol tegangnya sudah meluncur cepat keluar
masuk mengisi rongga mulut diiringi desah kenikmatan.
Lima menit sudah aku melakukan oral, tanpa kusadari tanganku
ikutan mempermainkan klitorisku sendiri seiring dengan kocokan pada mulutku.
Aku tak kuasa menolaknya ketika dia menarik tubuhku berdiri dan memutar
menghadap cermin di kamar mandi, dengan sedikit membungkuk, dari belakang
Thomas melesakkan k0ntolnya ke memekku.
“Kita quickie saja yaa” bisiknya seraya mendorong masuk
k0ntolnya, segera kurasakan sodokan demi sodokan yg semakin keras dari belakang
menghantamku diiringi dekapan dan remasan dikedua buah dadaku, sesekali ciuman
pada tengkukku yg membuatku semakin menggeliat dalam dekapannya.
Pantulan bayangan kami di cermin membuat suasana semakin
bergairah, apalagi belaian lembut pada rambutku yg kurasakan begitu penuh
perasaan meski kocokannya makin menjadi jadi.
“Aku mau keluar” bisiknya beberapa menit kemudian, segera
kudorong tubuhnya mundur hingga k0ntolnya terlepas dan akupun langsung jongkok
di depannya.
“Keluarin di mulut” kataku, tanpa menunggu reaksinya, kumasukkan
kejantanannya kembali ke mulutku, entah kenapa rasanya aku ingin memberikan apa
yg kuyakin belum pernah dia dapatkan dari istrinya.
Dan tak lama kemudian diapun menyemprotkan sisa sisa
spermanya di mulutku, kujilati batang kejantanannya hingga bersih lalu
kumasukkan ke celananya.
“Salam untuk Wenny” kataku saat menutup reslitingnya, dia
hanya tersenyum mencubit pipiku.
Aku membersihkan tubuhku dengan air hangat ketika Thomas
pamit pulang, ketika aku kembali ke kamar, ternyata Lenny sedang bergoyang pinggul
di pangkuan Josua, mereka melakukannya di sofa. Kuhampiri mereka dan duduk di
samping Josua, dia meraih tubuhku dan mencium bibirku, sembari tangannya
meremas remas buah dadaku bergantian.
Sisa malam kami habiskan dengan penuh birahi, bergantian Josua
menyetubuhi aku dan Lenny, dilayani 2 gadis cantik dan sexy seperti aku dan
Lenny, tentu membuat laki laki bertambah gairah dan ada tambahan energi
tersendiri untuk menunjukkan ego keperkasaannya. Akhirnya kondisi fisik jualah
yg menjadi pembatas antara keinginan dan kenyataan, kamipun istirahat dan
terlelap dalam kelelahan tak kala sang mentari sudah menampakkan sedikit berkas
sinarnya di ufuk timur, entah jam berapa itu.
Aku terbangun saat kudengar HP-ku berbunyi, Lenny dan Josua
masih terlelap disampingku, matahari sudah tinggi, terang menampakkan sinarnya.
Ternyata salah seorang tamu langganan lain yg ingin kutemani makan siang nanti,
orderan baru.
Jarum jam menunjukkan hampir ke angka 11, cukup lama kami
tertidur tadi.
Perlahan kutinggalkan Josua dan Lenny, aku mandi untuk
bersiap menemui tamuku berikutnya di Hotel Westin (sekarang JW Marriot) di
Embong Malang. Josua dan Lenny baru bangun ketika aku sudah rapi berpakaian dan
ber-make up.
“Sorry, aku ada janji siang ini, aku tinggal dulu ya” sapaku.
“Kamu tetap sexy meski sudah berpakaian, bahkan semakin
membuat penasaran yg melihatnya” jawab Josua sambil menghampiriku, dipeluknya
tubuhku dari belakang dan diremasnya buah dadaku.
“Wah banyak orderan nih” celetuk Lenny.
“Selamat bekerja sayang” bisik Josua tanpa melepaskan
tangannya dari dadaku.
“sudah ah, ntar kusut pakaianku ini, aku nggak bawa ganti
nih” jawabku sambil menggelinjang karena bibirnya sudah menempel di telingaku,
akupun menghindar menjauh.
Setelah menerima pembayaan dari Josua, akupun meninggalkan
mereka yg masih telanjang menuju ranjang lain dengan permainan yg lain pula.
Sejak kejadian itu, sengaja atau tdk, aku jarang bertemu
berdua dengan Thomas seperti sebelumnya, begitupun dengan istrinya, rasanya nggak
ada muka untuk ketemu Wendy, kalaupun mereka ngajak jalan bareng, aku pastikan
harus ada istrinya, selebihnya semua berjalan seperti biasa.
Akibatnya, aku justru lebih dekat dengan si Iwan, adiknya yg
terkenal Playboy itu, dengan wajah yg imut tak susah baginya untuk mendapatkan
cewek dan aku yakin sudah tak terhitung cewek yg jatuh ke pelukannya dan
berhasil dia bawa ke ranjang.
Lebih 2 bulan setelah kejadian itu, aku makan siang berdua
dengan Iwan di Bon Cafe, sungguh sial ternyata ketemu sama Josua yg menggandeng
seorang gadis, atas ajakan Iwan mereka akhirnya bergabung dengan table kami.
Kamipun makan sambil ngobrol berempat, entah keceplosan atau
disengaja, Josua bercerita betapa hebat permainanku di ranjang, terutama
permainan oral, dia kira aku sudah pernah melakukan dengan Iwan. Iwan yg selama
ini mengenalku sebagai teman menatapku seakan tak percaya, aku menghindari
tatapannya sambil mengumpat kelancangan Josua, tentu saja dalam hati.
“Selamat bersenang senang, sorry aku nggak bisa gabung dengan
kalian, ada acara sama dia” kata Josua sambil menunjuk gadis disebelahnya.
“Dia senang rame rame lho, tanya Thomas kalo kamu nggak
percaya” bisiknya lagi sebelum meninggalkan kami.
Aku terdiam dengan muka memerah, malu karena kedokku
dibongkar dihadapan temanku sendiri.
Sepeninggal Josua kami terdiam, entah apa yg terlintas dalam
benaknya, kulirik sesaat, ternyata Iwan melototi tubuhku, seakan berusaha
menembus dibalik pakaianku.
“Kita pulang yuk” ajakku melihat suasana sudah nggak enak
lagi.
“Lho, katanya mau shopping di Galaxy”
“Nggak jadi ah, lain kali aja” tolakku, dan kamipun beranjak
pergi.
Sepanjang jalan kami sama sama terdiam hingga tiba didepan
tempat kos, aku langsung turun tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Beberapa hari kemudian setelah aku selesai melayani tamu di
Hotel Sheraton, kulihat missed call di HP-ku, dari Thomas, entah kenapa aku kok
ingin meneleponnya, padahal biasanya aku cuekin saja missed call dari dia.
“Ly, ketemu yuk, kangen nih” katanya dengan suara memelas tak
seperti biasanya, pasti dia lagi ada maunya, dan aku yakin maunya tak jauh dari
urusan ranjang.
Meski aku berusaha menghindari hal seperti ini, tapi tak
dapat dipungkiri akupun merindukan keperkasaannya di atas ranjang, apalagi
tamuku barusan tdk bisa memuaskanku, jadi sebenarnya ini hanyalah masalah
timing yg tepat. Setelah berpura pura menolak dan dia terus merajuk, akhirnya
aku sanggupi permintaannya.
“Oke Hotel Sheraton kamar 816″ kataku karena tamuku tadi
sudah pulang dan aku belum check out, sekalian saja kumanfaatkan sisa waktu yg
ada, daripada terbuang sia sia, check in mahal mahal cuma dipakai 2 jam.
Baru saja HP kututup, dia telepon lagi.
“Ly, boleh nggak bawa teman”
Aku yg sudah tergadai nafsu karena birahi yg tak tertuntaskan
barusan hanya mengiyakan tanpa tanya lebih lanjut siapa temannya.
Sambil menunggu kedatangannya, aku segarkan tubuhku dengan
air hangat, berendam sejenak untuk menghilangkan rasa capek setelah hari ini
melayani 3 tamu sejak pagi tadi. Belum setengah jam aku berendam, bel pintu
berbunyi, pasti Thomas sudah datang, pikirku.
Masih dengan telanjang, kubuka pintu dan aku langsung kembali
masuk bathtub.
“Tunggu ya, aku mandi dulu biar segar dan wangi, santai saja
anggap rumah sendiri” jawabku meneruskan acara berendam tanpa buru buru
menyelesaikan, kalau dia nggak sabar pasti menyusulku ke kamar mandi.
Ternyata dia tdk menyusulku hingga kuselesaikan mandiku.
Tanpa mengenakan penutup, dengan telanjang aku ke kamar, bersiap untuk
menumpahkan segala birahi dengan keperkasaan Thomas.
“Aku sudah siaap” teriakku sambil melompat ke ranjang, dan
baru kusadari ternyata yg duduk di sofa bukanlah Thomas melainkan si Iwan,
adiknya.
Begitu tersadar, aku berusaha menutupi tubuhku dengan apa yg
ada disekitarku, tapi terlambat, Iwan sudah menubruk tubuh telanjangku dan
menindihnya.
“Ly, nggak usah sok alim, aku selalu membayangkan sejak
diceritakan Josua tempo hari, kebetulan saat kutanya Thomas dia malah ngajak
membuktikan” bisiknya sambil menindih tubuhku, akupun tak bisa berontak.
Didekap tubuh Iwan yg atletis ditambah wajah imut yg menempel
dekat wajahku, akupun takluk akan kekuatannya, disamping itu akupun tak sunggu
sungguh untuk berontak, hanya reaksi spontan melihat laki laki yg tdk
diharapkan melihat tubuh telanjangku.
“Oke.. Oke, mana Thomas” tanyaku.
“Sebentar lagi dia datang, aku disuruh tunggu di lobby tapi
kupikir lebih baik langsung aja aku bisa ngobrol sambil nunggu kedatangannya,
ternyata aku mendapatkan lebih dari yg kuharapkan” jawabnya sambil mengendorkan
dekapannya.
Begitu dekapannya longgar, kudorong tubuhnya hingga
terjengkang telentang, ganti aku menindihnya.
“Kalian bersaudara memang nakal, ini namanya jebakan pada
teman sendiri” kataku setelah menguasai emosiku.
“Tapi nggak marah kan?” jawab Iwan, aku hanya menjawab dengan
ciuman pada bibir Iwan dan dia membalas dengan bergairah, sedetik kemudian
tangannya sudah berada di dadaku, menjelajah dan meremas remas.
“Ih nakal ya” bisikku disela lumatan bibirnya.
“Tapi suka kan” balasnya, kulumat bibirnya sambil mempermainkan
lidahku hingga bertaut lidah dengan lidah.
Iwan kembali membalik dan menindih tubuhku, bibirnya beranjak
menyusuri pipi dan leherku, berhenti pada kedua puncak bukitku.
“Bagus.. Kencang dan padat.. Indah” pujinya sambil mengulum
dan menyedot putingku.
Aku mendesah geli meskipun cumbuannya tak sepintar kakaknya
tapi cukup membuatku mendesah melayg. Bibir dan lidahnya sudah sampai ke perut
dan terus turun hingga ke selangkangan, aku menjerit ketika lidahnya menyentuh
klitorisku, tapi dia justru semakin memperlincah gerakan lidahnya, dan akupun
semakin menggeliat dalam kenikmatan.
Aku tak tahu mana yg lebih lihai bermain oral apakah dia atau
kakaknya karena Thomas belum pernah melakukannya padaku, siapapun yg lebih
pintar yg jelas Iwan telah membuatku melayg karena jilatannya pada memekku.
“Eh, kamu kok masih pake pakaian gitu, curang deh, sini aku
lepasin” kataku ketika sadar bahwa dia belum melepas pakaiannya.
Kudorong tubuh Iwan hingga telentang lalu aku melucuti
pakaiannya satu persatu hingga menyisakan celana dalamnya yg tampak menonjol
pada bagian selangkangan, ketika kuraba dan kuremas tonjolan itu, begitu keras
menegang. Segera kulorot celana dalamnya dan aku terkaget melihat ukuran
kejantanannya, tdk terlalu panjang bahkan relativ lebih pendek dari umumnya
tapi diameternya begitu besar, tak cukup tanganku melingkarinya.
Membayangkan k0ntol besar itu akan memasuki memekku, tiba
tiba otot memekku terasa berdenyut denyut dengan sendirinya. Ini bukanlah
k0ntol terbesar yg pernah kupegang, tapi dengan panjang yg tdk terlalu maka
k0ntol itu kelihatan begitu gede di genggamanku, dan otot memekku semakin
berdenyut keras melihat postur tubuhnya yg berotot, ramping dan sexy, jauh
lebih menggairahkan tubuhnya dibandingkan kakaknya, apalagi rambut kemaluannya dicukur
habis, pentesan banyak gadis yg tergila gila padanya.
Kukocok dan kuremas remas sebentar k0ntol tegang di
genggamanku, lalu kususuri lidahku pada seluruh batang dari ujung hingga
pangkal, dia mulai mendesis kenikmatan.
Agak susah aku memasukkan k0ntol itu ke mulutku tapi dengan
segala usaha akhirnya k0ntol itupun bisa meluncur keluar masuk membelah bibir
mungilku. Sembari mendesah, tangannya tak henti menekankan kepalaku pada
selangkangannya, seakan memaksaku untuk memasukkan k0ntolnya lebih dalam ke mulutku.
Kami berganti posisi 69, aku di atas, tdk seperti saat
pertama kali bercinta dengan Thomas yg penuh kecanggungan dan kekakuan, kali
ini aku bebas lepas mencurahkan segala expresiku untuk menikmati bercinta
dengan Iwan.
Gerakan lidah Iwan yg liar kubalas dengan sapuan liar pula
pada k0ntolnya, aku lebih sering menjilati dari pada mengulum batang gede itu.
Puas saling bermain oral, Iwan kembali menelentangkan
tubuhku, posisi tubuhnya sudah siap untuk segera melesakkan k0ntolnya.
Jantungku tiba tiba berdetak kencang seiring otot memekku berdenyut ketika
kepala k0ntol yg besar itu mulai menyapu bibir memek.
Aku memejamkan mata sambil membuka kakiku lebar lebar
menunggu apa yg akan terjadi, entah sakit entah nikmat. Rasa pedih mulai terasa
ketika k0ntol itu perlahan mulai melesak masuk padahal memekku sudah basah, dan
semakin nyeri tak kala tertanam semua. Aku tak berani menggerakkan kakiku,
k0ntol itu terasa begitu mengganjal gerakanku di selangkangan. Perlahan Iwan
memulai gerakan memompa namun kuberi isyarat untuk menghentikan dulu.
“Sebentar, penuh nih” bisikku bercampur desah.
Namun dia hanya menurut beberapa detik, selanjutnya dia mulai
gerakannya tanpa memperhatikan isyaratku. Gerakan memompa yg perlahan semakin
lama semakin terasa nikmat, rasa nyeri berangsur menjadi nikmat dan semakin
nikmat ketika dia mulai mempercepat gerakannya, aku sangat berharap dia bisa
seperkasa kakaknya.
Begitu rasa nyeri hilang, jeritan kesakitankupun berubah
menjadi jeritan kenikmatan, tubuh atletis Iwan menempel erat di dadaku, ada
rasa geli saat dada yg berbulu itu menyentuh putingku, tapi justru semakin
menambah rangsangan, apalagi perutnya yg rata tak terasa mengganjal di perut.
Kamipun semakin erat berpelukan saling mentransfer kenikmatan.
Sebenarnya aku agak keberatan ketika dia minta posisi dogie,
aku masih ingin merasakan lebih lama dekapan tubuh atletisnya, jarang sekali
mendapatkan cumbuan dan belaian laki laki seperti dia, apalagi dengan k0ntol yg
gede meskipun relatif pendek.
Begitu tubuhku nungging, segera Iwan melesakkan kembali
k0ntolnya, kali ini tanpa rasa nyeri saat mulai menerobos menguak liang sempit
memek. Gerakan memompa Iwan terasa begitu penuh perasaan meskipun terkadang
diiringi sodokan sodokan keras, aku merasa dia begitu romantis saat menyetubuhiku.
Rabaan dan ciuman di tengkuk mengiringi gerakan kami, akupun semakin menggeliat
tak karuan.
“Sshh.. Aduuh.. Ennaak.. Truss.. Truss.. Yg keraass” tanpa
malu aku mendesah memintanya lebih keras menyodokku, rasanya k0ntol besar itu
masih kurang masuk ke memekku, ada bagian lain di dalam yg belum tersentuh.
“Enak mana sama Thomas” katanya tanpa memperlambat
kocokannya. “Enak.. Inii, lebih keraass” jawabku sejujurnya dan mulai meracu.
Tak lama kemudian aku sudah berada di atasnya, kutekankan
pinggulku lebih dalam sekan hendak melesakkan k0ntol yg tdk panjang itu lebih
dalam lagi, alangkah enaknya kalau k0ntol yg gede itu lebih panjang lagi,
paling tdk sama dengan punya kakaknya, tapi itulah kenyataannya, gede tapi
pendek tapi tetap saja enaak.
Kugerakkan tubuhku di atasnya dengan liar, antara turun naik
dan berputar seperti hula hop, Iwan merem melek sambil meremas remas buah
dadaku. Kutatap wajahnya yg sedang mengerang kenikmatan, rasanya tak bosan
menatap wajah imut dan dadanya yg bidang. Dan ternyata itu membawaku lebih
cepat menuju puncak kenikmatan, tanpa bisa menahan lebih lama lagi, akupun
menjerit dalam nikmatnya orgasme.
Sebenarnya aku nggak mau orgasme duluan, perjalanan masih
panjang, masih ada Thomas yg sebentar lagi datang, kalau sampai orgasme tentu
energiku akan banyak terkuras dan akan kelelahan sebelum perjalanan berakhir.
Tapi itu hanyalah keinginan, kenikmatan yg kudapat dari Iwan terlalu sayang
untuk ditahan tahan, dan terpaksa aku menyerah dalam pelukan dan kegagahan
Iwan.
Aku terkulai lemas dalam pelukan Iwan, terbalaskan sudah
kekecewaan pada tamuku sebelumnya, bahkan melebihi apa yg aku harapkan, begitu
puas rasanya. Tapi ternyata Iwan tak berhenti sampai disini, tanpa mempedulikan
aku yg sedang lemas dalam dekapannya, dia membalik tubuhku dan langsung
menindihnya.
Kembali tubuh kekar itu menghimpit nikmat tubuhku, kocokan
Iwan mulai cepat dan liar namun masih saja kurasakan penuh perasaan. Hanya
beberapa kocokan kemudian, gairahku kembali naik dengan cepatnya, apalagi bibir
Iwan tak pernah lepas dari leher, dada dan bibirku.
Kedua kakiku naik di pundaknya, terasa kejantanannya semakin
dalam melesak di memek, lebih nikmat rasanya. Kuimbangi gerakannya dengan
sebisa mungkin menggoyang pinggulku, tentu lebih susah dengan kaki di atas
pundaknya. Kami berdua benar benar terhanyut dalam buaian birahi, terlupakan
sudah Thomas yg belum juga datang.
Akhirnya akupun untuk kedua kalinya tak bisa bertahan, kuraih
orgasme kedua darinya, namun kali ini diapun menyusulku ke puncak birahi, hampir
bersamaan kami saling memberikan denyutan. Sperma Iwan terasa begitu banyak
membanjiri liang memekku, kudekap erat tubuh Iwan hingga kurasakan hembusan
napasnya menerpa telingaku.
Ketika Iwan turun dari tubuhku, k0ntolnya tercabut keluar,
memekku serasa kosong dan tetesan sperma sepertinya meleleh keluar membasahi
sprei. Kamipun telentang berdampingan dengan napas yg masih senin kamis.
“Kamu hebat, 2 kali aku dibikin orgasme” kataku setelah
beberapa saat terdiam sambil menumpangkan kepalaku di dadanya yg bidang.
“Kamu juga hebat, kalau cewek lain sudah terkapar minta
berhenti” jawabnya ringan sambil membelai rambutku.
“Andai saja aku tahu kamu seperti ini, sudah sejak dulu aku
melakukannya” lanjutnya.
“Tapi belum terlambat kan”
“Iya sih, tapi terlalu lama penantiannya”
“Penantian?”
“Iya, laki laki normal mana sih bisa tahan melihat
penampilanmu yg selalu sexy dan ceria, pasti mereka punya fantasi terhadapmu
kalau di ranjang, bahkan aku pernah berfantasi bercinta denganmu sambil main
sama cewek lain”
“Ah yg benar!!” tanyaku terkejut.
“Sungguh dan aku yakin Thomas juga sudah lama memendam
keinginan mengajakmu ke ranjang tapi nggak ada keberanian saja”
“Dan sekarang?” tanyaku penasaran.
“Ternyata apa yg menjadi fantasiku, tdk ada apa apanya
dibandingkan kenyataan barusan, jauh melebihi angan dan harapanku”
Sambil berbincang, kurasakan sperma Iwan deras mengalir
keluar tapi aku biarkan saja.
“Sekarang aku tak perlu lagi memimpikan kehangatan kamu,
kalau aku pingin bisa booking kapan saja, dan kita masih tetap berteman, itulah
enaknya setelah ini” lanjutnya.
Thomas datang tak lama kemudian, setelah aku membersihkan
tubuhku, Iwan membuka pintu menyambut kakaknya, aku cuek saja telanjang di atas
ranjang.
“Sorry aku telat” sapanya sambil mencium pipiku.
“Ah nggak apa kok” jawabku, malah kebetulan aku ada
kesempatan bersama Iwan lebih lama, lanjutku dalam hati.
Tanpa diminta lagi, Thomas segera melepas pakaiannya hingga
telanjang, terlihat kejantanannya yg setengah menegang, tampak kecil dan
memanjang sungguh berbeda dengan adiknya.
“Belum terlalu terlambat kan” tanyanya sembari menghampiri
dan mencium bibirku dan kubalas dengan lumatan pula, kali ini aku biasa saja
melayani ciuman Thomas, tak ada kecanggungan seperti saat pertama kali dulu.
Tubuhnya langsung menindihku, kamipun berpelukan sambil
berciuman bertautan lidah, seolah saling menumpahkan rasa rindu yg hebat. Bibir
Thomas dengan cepatnya menyusuri tubuhku, turun terus, tak dihiraukan puting
buah dadaku, hanya sedikit jilatan lalu terus turun ke perut namun kembali lagi
ke atas.
Ketika bibirnya mencapai kedua putingku, kudorong kepalanya
ke bawah, ke arah selangkangan. Aku mau merasakan jilatan Thomas di memek, dia
belum melakukannya, ingin kubandingkan kemahirannya dengan si adik.
Ternyata permainan lidahnya tdk kalah hebat, bahkan lebih
mahir dibandingkan adiknya, aku menggeliat kelojotan merasakan lidahnya menari
nari dengan lincahnya diantara klitoris dan bibir memekku. Cukup lama kepalanya
terjepit di antara kakiku, dan kalau tak segera kuhentikan bisa bisa aku
mengalami orgasme hanya dengan permainan lidahnya, ini sungguh memalukan.
Thomas tersenyum penuh kemanangan ketika aku minta dia segera
memasukkan k0ntolnya, namun bukannya segera memenuhi kemauanku, tapi malah
telentang disampingku dan memintaku gantian mengulum kejantanannya.
Aku yg sudah terbakar birahi terpaksa memenuhi keinginannya,
ketika aku tengah jongkok diantar kakinya, Iwan yg sedari tadi duduk di sofa
mengamati kami, sudah berada di sampingku, dia ikutan telentang di samping
kakaknya dengan kejantanan yg sudah tegak menantang.
Sembari mengulum k0ntol Thomas, kuremas dan kukocok
kejantanan adiknya, dua k0ntol yg berbeda bentuk dan ukuran berada dalam
genggaman kekuasaanku. Meskipun menyolok perbedaannya, tapi keduanya seakan
saling melengkapi, yg satu besar dan pendek sedangkan lainnya kecil tapi
panjang, kalau digabungkan tentu akan menimbulkan kenikmatan tersendiri.
Bergantian k0ntol kakak beradik itu mengisi dan mengocok
mulutku, mereka mendesis nikmat bergairah, akupun melayani dengan tak kalah
gairahnya, perbedaan yg menyolok itu semakin menambah sensasi dan erotika pada
diriku, bisa dibayangkan betapa nikmatnya kalau k0ntol itu bergantian mengocok
memekku, membayangkan saja aku sudah semakin terbakar nafsu.
“Siapa duluan” tantangku setelah aku telentang diantara kedua
bersaudara itu, sengaja kubuat suasana lebih liar meskipun aku tahu pasti bahwa
sekarang giliran Thomas.
Kalau disuruh pilih, aku lebih suka Thomas duluan supaya
masih bisa merasakan “kebesaran” kejantanan adiknya setelahnya. Harapanku
terkabul ketika Thomas sudah berada di antara kakiku.
“Jangan posisi gini dong, aku susah nih” kata Iwan lalu dia
minta kami untuk ber-dogie.
Iwan duduk di atasku saat kakaknya berada di belakang,
k0ntolnya tepat berada di wajahku. Ketika kakaknya mulai mendorong masuk kejantanannya,
masuk pula k0ntol adiknya di mulutku, dua k0ntol bersaudara yg berbeda itu
mengisi kedua lubang kenikmatan tubuhku bersamaan dari arah yg berbeda. Dengan
posisi seperti ini, aku lebih suka k0ntol Thomas yg dimulut dan adiknya di
memek, tapi itu tinggal tunggu waktu saja.
Sodokan Thomas dari belakang semakin lama semakin cepat dan
keras, berkali kali k0ntol Iwan terpental dari mulutku saat kakaknya menghentak
tubuhku. Cukup kewalahan aku menghadapi sodokan liar dari belakang sambil
mengulum k0ntol gede yg ada digenggamanku, justru aku lebih banyak memainkan
lidahku menyusuri sekujur daerah kejantanannya.
“Bang gantian dong” pinta adiknya, meskipun mereka chinese,
tapi Iwan lebih sering memanggil kakaknya hanya nama atau Abang, mungkin karena
mereka Chinese Medan.
“Sebentar lagi” balas kakaknya.
Beberapa saat berlalu, Thomas masih belum ada tanda memberi
giliran pada adiknya, tak mau menunggu lebih lama lagi, Iwan bergeser ke bawah
dan berlutut disamping kakaknya, menunggu giliran dan ternyata si kakak
mengalah, dicabutnya k0ntolnya dan dia bergeser sedikit memberi ruang adiknya
untuk menyetubuhiku dari belakang. Thomas tetap berada disamping adiknya yg
tengah mengocokku sambil mengelu elus punggungku.
Beberapa menit berlalu, apa yg tdk kubayangkan sebelumnya
terjadi, ternyata mereka bergantian mengocokku dari belakang. Beberapa menit
Iwan mengocokku lalu diberikannya kesempatan berikutnya pada kakaknya, begitu
sebaliknya.
Aku yg mendapat kocokan berurutan dari dua k0ntol yg berbeda
dan saling melengkapi, tak ayal lagi menggeliat dan menjerit histeris dalam
nikmat yg tak terhingga, apa lagi saat pergantian yg begitu cepat, hanya dalam
hitungan detik k0ntol yg mengisi dan mengocok memekku berganti, tentu saja otot
memekku tak sempat berkontraksi menyesuaikan diri, tapi kedua k0ntol itu saling
melengkapi, menggesek daerah yg tdk tersentuh lainnya, sungguh pengalaman baru
bagiku.
Desahan dan jeritan tak henti hentinya keluar dari mulutku,
aku meracu dalam kenikmatan yg teramat sangat hingga tak dapat kubendung lagi
ketika dorongan kuat dari dalam tubuhku menimbulkan denyutan denyutan hebat
pada memek, akupun orgasme tak lama kemudian, tak lebih dari 15 menit setelah
mereka mengocok bergantian. Jeritan histeris orgasmeku hanya ditanggapi dengan
senyum kemenangan, mereka meneruskan kocokannya tanpa menurunkan tempo
permainan, entah sudah berapa kali bergantian.
“Kalau capek bilang aja, kita istirahat dulu” kata Iwan
sambil mengocokku, tentu saja aku tak mau, disamping tak ingin kehilangan
kenikmatan yg sangat hebat ini, akupun gengsi untuk mengakuinya.
“Kalian memang kakak beradi gila” teriakku disela sela
desahan.
Setelah berlangsung beberapa lama, kami berganti posisi. Kali
ini aku diatas memegang peranan, kuminta mereka berjejer telentang, segera
kunaiki tubuh Thomas. Sedetik setelah k0ntolnya melesak dalam memek, aku
langsung bergoyang pinggul dengan cepatnya, kami sama sama mendesis, tangan
Thomas meremas remas buah dadaku dengan kerasnya.
Tak lebih 3 menit saat Thomas mulai mendaki menuju puncak
kenikmatan, dengan gerakan spontan kucabut k0ntolnya dan langsung duduk di atas
adiknya, tak kuhiraukan teriakan protes darinya.
“Emang enaak” godaku sembari melakukan goyangan yg sama pada
Iwan, dan hal yg sama pula kulakukan padanya untuk berpindah lagi ke kakaknya.
Memang nikmat tapi bagiku lebih capek karena harus berpindah dari satu ke
lainnya, tapi sensasinya mengalahkan segalanya.
Setelah beberapa kali berpindah, Thomas bangkit, berdiri dan
menyodorkan k0ntolnya di mulutku disaat aku tengah mendaki puncak kenikmatan
bersama adiknya.
Inilah yg kutunggu sedari tadi, k0ntol gede di memek dan
k0ntol panjang di mulut, keduanya mengocokku bersamaan. K0ntol gede yg tertanam
di memek terasa agak menghalangi gerakanku tapi tak kuhiraukan, justru semakin
nikmat rasanya, apalagi kocokan di mulut tak pernah berhenti sambil sesekali
disapukan ke wajahku.
Dengan posisi ini ternyata aku juga tak bisa bertahan lebih
lama, kenikmatannya terlalu sayang untuk ditahan tahan, dan jebollah
pertahananku untuk kedua kalinya. Kulepas k0ntol Thomas dari genggamanku dan
kutelungkupkan tubuhku di atas dada bidang Iwan, ingin kunikmati denyutan
orgasmeku dalam dekapannya. Seiring dengan habisnya denyutan di memekku, habis
pula tenagaku, akupun terkulai lemas telentang disamping Iwan.
Tanpa memberiku istirahat, Thomas sudah ambil posisi bersiap
melanjutkan gilirannya, tak dipedulikan isyarat kelelahanku, k0ntolnya dengan
mudah kembali mengisi relung relung memek yg habis berdenyut hebat, dengan sisa
sisa tenaga yg ada, kucoba mengimbangi kocokannya yg langsung keras dan tak
beraturan.
Episode babak awal terulang lagi, bergantian kedua bersaudara
itu mengocokku, akupun dengan cepatnya melambung setinggi awan kenikmatan,
terlupakan sudah rasa capek yg menyelimutiku, rasanya ada tambahan energi yg
timbul dari dalam didorong sensasi yg teramat hebat.
Jerit dan desahku kembali terdengar dengan keras lepas,
antara besar pendek dan kecil panjang berurutan mengisi dan keluar masuk
memekku, tak ayal lagi orgasmeku pun datang dengan cepatnya, entah untuk keberapa
kali aku tak bisa menghitungnya lagi, apalagi mereka tak mempedulikan teriakan
teriakan kenikmatan orgasmeku.
“Udah udah.. Istirahat dulu.. Ampun deh” desahku akhirnya
harus mengakui kehebatan kedua bersaudara itu.
Thomas yg sedang mengocokku menghentikan kocokannya dan
mencabut keluar, tapi adiknya tak mau melihat liang memek yg kosong, segera
digantikannya posisi kakakknya. Thomas bergeser ke atas, menyapukan k0ntolnya
yg penuh lendir memek ke wajah sembari mengocok dengan tangannya. Tak lama kemudian,
menyemburlah sperma mengenai wajah dan rambutku, dipaksakannya k0ntol yg sedang
berdenyut itu masuk ke mulutku, rasanya tak ada dayaku untuk menolaknya setelah
apa yg telah kudapatkan darinya, dan masuklah k0ntol dengan spermanya kedalam
mulutku, sisa sisa sperma masih mengalir deras membasahi tenggorokanku,
tertelan masuk.
Iwan menghentikan gerakannya saat melihat bagaimana kakaknya
mengeluarkan spermanya di wajah dan mulutku, namun dilanjutkan dengan sodokan
yg semakin cepat. Tiba tiba dia menarik k0ntolnya dan segera mengangkangkan
kakinya di atas mukaku, meniru kakaknya, disapukan k0ntol yg basah ke mukaku yg
masih belepotan sperma Thomas.
Ketika kumasukkan k0ntol itu ke mulutku, langsung
menyemprotkan sperma, tak ayal lagi hampir semua sperma yg disemprotkan
tertelan ke masuk. Thomas dan adiknya bersama sama menyapukan k0ntol mereka yg
mulai melemas ke wajahku dengan senyum kemenangan.
“Tak kusangka ternyata Lily yg kukenal selama ini begitu
hebat di ranjang” komentar Iwan sambil menyapukan k0ntolnya.
Aku diam saja sambil menjilati sisa sisa sperma yg masih ada
di batang k0ntol mereka. Akhirnya kami bertiga terkulai lemas telentang berjejer
di atas ranjang.
Berkali kali Iwan memuji kehebatan permainan ranjangku dan
berkali kali pula dia menyatakan ketakjuban dan kekagetannya melihat permainan
yg aku suguhkan, hampir tak percaya dia melakukannya denganku, yg selama ini
dianggap seorang yg cukup dewasa dan terkesan seperti orang rumahan, seperti
dalam mimpi.
Tak mungkin percaya kalau tak mengalaminya sendiri, Thomas
hanya mengiyakan celotehan adiknya yg Play Boy itu, seperti anak mendapat
mainan baru yg hebat.
Setelah beristirahat cukup lama, kami melakukannya lagi di
sofa, hampir dengan pola permainan yg sama, bergantian berurutan, meski dengan
posisi yg berbeda beda.
Kami melakukan 2 babak lagi sebelum Thomas pulang
meninggalkan aku dan adiknya bermalam di hotel, aku sangat tak keberatan menemani
Iwan hingga pagi dan kami memang menghabiskan sisa malam dengan segala nafsu
birahi penuh gairah, seperti tdk bercinta dengan tamu melainkan dengan seorang
pacar, apalagi postur tubuh Iwan yg memang menggugah naluri birahi wanita
normal.
Tak terhitung lagi babak demi babak yg kami lewati hingga
kelelahan menjelang pagi bersamanya. Nafsu Iwan sangatlah besar, sepertinya tak
mau membuang kesempatan yg datang sekali seumur hidup, tak pernah dibiarkan aku
sedetik menganggur, selalu saja dia minta lagi dan lagi, kalau aku menolak dia
yg melakukan oral pada memek, tentu saja gairahku segera timbul lagi untuk
melayaninya.
Keesokan harinya setelah menjalani 1 babak saat bangun tidur,
kami check out, dia mengajakku mampir ke rumahnya di kawasan Darmo Satelit yg
juga rumah Thomas karena dia memang masih tinggal bersama kakaknya itu,
sebenarnya aku agak segan ke rumahnya, rasanya nggak ada muka untuk ketemu
Wenny tapi Iwan memaksaku dan berhasil meyakinkan kalau jam segini Wenny tdk
ada dirumah.
Ternyata Wenny menyambut kedatanganku, rupanya dia sedang di
rumah sehabis dari salon, dengan sumringah wajah cantik nan ceria itu
mempersilahkan aku masuk setelah kami berciuman pipi, padahal semalam pipi itu
berlumur sperma suaminya dan juga adik iparnya.
“Kudengar kalian bertiga semalam ada pesta di Sheraton,
pestanya siapa sih?” tanyanya sambil lalu seraya membikinkan aku makan siang,
dia tahu pasti aku menyukai Kwe Tiaw bikinannya.
Thomas datang tak lama kemudian ketika kami tengah makan
bersama, diapun ikutan makan siang, berempat kami mengelilingi meja yg penuh
masakan bikinan Wenny, pasti dia tak pernah menygka bahwa dua laki laki
dirumahnya yg kini duduk dihadapannya telah meniduriku semalam, bersamaan
malah.
Sehabis makan, Thomas dan Wenny kembali pergi lagi meninggalkan
aku dan Iwan, sekali lagi kami melakukannya 1 babak di kamar Iwan sebelum dia
mengantarku pulang.
“Nanti aku transfer saja, bisnis is bisnis” kata Iwan sebelum
meninggalkanku.
Di kamar kos, aku ingin merenung tentang apa yg telah
kuperbuat dengan kedua sobatku, tapi tak pernah terjadi renungan itu karena
bookingan lain telah menunggu.
Itulah kedekatanku dengan keluarga Thomas, suatu persahabatan
yg diawali ketulusan tapi kini telah ternoda oleh bisnisku, aku merasa bersalah
setiap kali melihat wajah innocent Wenny yg cantik. Tapi itu bukan salahku,
tapi salah suami dan adik iparnya, aku toh hanya seorang call girl yg bersedia
diajak ke ranjang oleh siapa saja yg bisa membayarku, hibur hatiku setiap kali
perasaan bersalah menggelayut dihatiku. Dan prinsip itu semakin menyeretku
semakin dalam ke pusaran persahabatan yg ternoda.
Tak terhitung lagi aku “berbisnis” dengan Thomas maupun Iwan
ataupun keduanya, bahkan Iwan dengan bangganya memperkenalkanku pada teman
temannya, tentu saja menambah jaringan tamu langgananku.
Tak dapat kuhindari kalau kemudian Iwan seperti ketagihan
akan pelayananku, terutama dia sangat menyukai saat mengeluarkan spermanya di
mulut dan wajahku, paling tdk seminggu sekali dia mem-booking-ku.
Hingga saat aku tinggal di Jakarta kini, kami sering
berhubungan lewat telepon, terutama dengan Wenny, seakan dia tdk pernah tahu
apa yg telah kuperbuat dengan kedua laki lakinya. Entahlah.
No comments:
Post a Comment