Waktu itu suasana rumah sedang gak ada orang kecuali saya dan
pengurus bayi, saya yang habis menonton video porn online dan membuat kontolku
tegang, aku berfikir untuk pengurus bayi di rumahku untuk melayaniku, karena
kakaku dan suaminya sedang pergi dengna urusan kantor, pengurus bayi yang ada
dirumahku namanya Anisa dia orng jawa dan masih berumur 18 tahun.
Memang agak kolotan dan dusun sekali, tetapi kalau aku
perhatikan lagi Anisa memiliki body yang lumayan bagus dengan wajah yang tidak
terlalu jelek.
Kami biasa mengobrolkan acara tivi atau terkadang Im-im
(panggilan Anisa sehari-hari) aku ajari internet meskipun hasilnya sangat
buruk.
Entah kenapa malam ini keinginanku untuk melihat situs porno
sangat besar dan libidoku naik saat aku lihat foto-foto telanjang di internet,
tanpa aku sadari Im-im keluar dari kamar dan berjalan ke arahku entah sudah
berapa lama dia berdiri disampingku ikut memperhatikan foto-foto telanjang yang
ada di monitor komputer.
“Apa enggak malu ya..?” tanya Im-im yang membuatku kaget dan
segera aku ganti situsnya dengan yang “normal”. Dengan berusaha tenang, aku
minta Anisa mengulangi pertanyaannya.
“Itu lho tadi, gambar cewek telanjang yang Mas buat, emangnya
nggak malu kalau dilihat orang?”
Memang Anisa sangat lugu dan ndusun kalau soal beginian.
Dengan santai aku jawab sembari menyuruhnya duduk disebelahku.
“Begini Im, ini foto bukan aku yang buat, orang yang buat ini
(sambil aku perlihatkan lagi situs yang memuat foto telanjang tadi), merekakan
model yang dibayar jadi ngapain malu kalau dapat duit.”
Kemudian Im-im melihat lebih seksama satu per satu foto
telanjang itu dengan posisi badan agak membungkuk sehingga terlihat jelas
bulatan kenyal panyudaranya, sudah sejak lama aku menikmati pemandangan ini dan
aku sangat terobsesi untuk tidur dengan Im-im.
Aku tersentak kaget saat Anisa bertanya soal foto dimana
seorang cowok sedang menjilati vagina cewek.
“Apa nggak geli ceweknya dijilati kayak gitu terus lagian
mau-maunya cowok itu jilatin punya ceweknya padahalkan tempat pipis?”.
Dengan otak yang sudah kotor aku mulai berfikir bagaimana aku
memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.
“Gini Im, vaginanya cewek kalau dijilatin oleh cowok malah
enak, memang awalnya geli tapi lama-lama ketagihan ceweknya. Kamu belum pernah
coba kan?” tanyaku pada Im-im sambil tanganku membuka foto-foto yang lebih hot
lagi.
“Belum pernah sama sekali, tapi kalau ciuman bibir dan susuku
diremes sudah pernah, aku takut kalau nanti hamil”. (memang Im-im sangat
terbuka tentang pacarnya yang di Bogor dan pernah suatu hari cerita kalau
pacarnya ngajak tidur di hotel tapi Im-im nggak mau).
“Kalau Cuma kayak gitu nggak bakal bikin hamil, gemana kalau
kamu coba, nanti kalau kamu hamil aku mau tanggungjawab dan nggak perlu bingung
soal uang, terus kalau ternyata kamu nggak hamil, kamu nanti aku ajari
gaya-gaya yang ada difoto ini. Gimana?”
Dan Im-im cuma diam sambil lihatin wajahku, sebenarnya aku
tahu dia naksir aku sudah lama tapi karena posisi dia hanya babysiters yang
membuatnya nggak PD.
“Benar ya.., janji lho?” pintanya dengan sedikit ragu.
Dan dengan wajah penuh semangat aku bersumpah untuk menepati
janjiku, meskipun aku enggak ada niat untuk menepati janjiku. Aku putuskan
sambungan internet dan mulai “melatih” Im-im dengan diawali teknik berciuman
yang sudah pernah dia rasakan dengan pacarnya, sentuhan halus bibirnya yang
lembut membuatku membalas dengan ganas hingga tanpa terasa tanganku telah
meremas payudara Anisa yang memang masih kencang.
Desahan halus mulai muncul saat bibirku menelusuri lehernya
yang agak berbulu seolah Im-im menikmati semua pelatihan yang aku berikan.
Aku merasa cumbuan ini kurang nyaman, aku dan Anisa pindah ke
dalam kamar Im-im, perlahan aku rebahkan tubuhnya dan bibirku bergantian
menjelajah bibir dan lehernya sedangkan tanganku berusaha membuka kaos dan
BH-nya dan kini separoh tubuh Anisa telah bugil membuat libidoku tidak karuan.
Tanpa ada keluhan apapun Anisa terus mendesah nikmat dan
tangannya membimbing tangan kiriku meremas teteknya yang bulat sedangkan
payudara kanannya aku lumat dengan bibirku hingga terdengar jeritan kecil Im-im.
Entah berapa lama aku mencumbu bagian atas tubuhnya dan
sebenarnya keinginanku untuk bercinta sudah sangat besar tetapi aku tahu ini
bukan saat yang tepat.
Perlahan aku turunkan celana pendek dan celana dalamnya
bersama hingga Anisa sepenuhnya bugil dan ini yang membuat dia malu. Untuk
membuat Anisa tidak merasa canggung aku mencumbunya lebih ganas lagi sehingga
kini Anisa mendesah lebih keras lagi dan tangan kanannya meremas kaosku untuk
menyalurkan gairahnya yang mulai memuncak.
Bibirku kini mulai menjalar kebawah menuju vaginanya yang
tertutup kumpulan bulu hitam, perlahan aku angkat kedua pahanya hingga posisi
selakangannya terlihat jelas. Samar-samar terlihat lipatan berwarna merah di
vaginanya dan aku tahu baru aku yang melihat surga dunia milik Im-im.
Kini bibirku mulai menjilati vaginanya yang mulai banjir
dengan halus agar Im-im tidak merasa geli dan ternyata rencanaku berjalan
lancar, desahan yang tadi menghiasi cumbuanku dengan Anisa kini mulai diselingi
lenguhan dan jeritan kecil yang menandakan kenikmatan luar biasa yang sedang
dirasakan babysiters keponakanku.
Semakin lama semakin banyak lendir yang keluar dari
kemaluannya yang membuatku lebih bergairah lagi, tiba-tiba seluruh tubuh Anisa
kejang dan suara lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua tangannya meremas
kuat kasurnya.
Dengan diiringi lenguhan panjang Anisa mencapai klimak,
tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat sepasang teteknya mengeras
sehingga membuatku ingin meremasnya dengan kuat. Setelah kenikmatannya perlahan
turun seiring tenaganya yang habis terkuras membuat tubuhnya yang bugil menjadi
lunglai, dengan kepasrahannya aku menjadi sangat ingin segera menembus
vaginanya dengan penisku yang sedari tadi sudah tegang.
“Anisa merasa sangat aneh, bingung aku jelasin rasanya”
katanya dengan perlahan.
“Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut
kalau terjadi apa-apa,” sambil memelukku erat. Sambil kukecup keningnya, aku
jawab kekhawatiranya.
“Ini yang disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru
merasakan sebagian. Anisa nggak perlu takut atau khawatir soal ini, kan aku mau
tanggungjawab kalau kamu hamil,” sambil kubalas pelukannya.
Sekilas aku lupa libidoku dan berganti dengan perasaan ingin
melindungi seorang cewek, kemudian tanpa disengaja tangan Im-im menyentuh
penisku sehingga membuat penisku kembali menegang. Wajah Anisa tersipu malu
saat aku lihat wajahnya yang memerah, kucium bibirnya dan tanpa menunggu
komandoku Im-im membalasnya dengan lebih panas lagi dan kini Anisa terlihat
lebih PD dalam mengimbangi cumbuanku.
Teteknya aku remas dengan keras sehingga Im-im mengerang
kecil. Kini bajuku dibuka oleh sepasang tangan yang sedari tadi hanya mampu
meremas keras kasur yang kini sudah acak-acakan spreinya dan aku imbangi dengan
melepas celana pendekku dan segera terlihat penis yang sudah tegang karena aku
terbiasa tidak memakai CD saat dirumah. Melihat pemandangan itu, Anisa malu dan
menjadi sangat kikuk saat tangannya aku bimbing memegang penisku dan setelah
terbiasa dengan pemandangan ini aku membuat gaya 69 dengan Anisa berada diatas
yang membuatnya lebih leluasa menelusuri penisku.
Setelah beberapa lama aku bujuk untuk mengulumnya, akhirnya
Im-im mau melakukan dan menjadi sangat menikmati, sedangkan aku terus
menghujani vaginanya dengan jilatan lidahku yang memburunya dengan ganas.
Karena tidak kuat menahan rasa nikmat yang menyerang seluruh
tubuhnya, Im-im tak mampu meneruskan kulumannya dan lebih memilih menikmati
jilatan lidahku di vaginanya dan aku tahu Anisa menginginkan kenikmatan yang
lebih lagi sehingga tubuh bugilnya aku rebahkan sedangkan kini tubuhku
menindihnya sembari aku teruskan bibirku menjelajahi bibirnya yang memerah.
Perlahan tanganku menuntun tangan kanan Im-im untuk memegang
penisku hingga berada tepat di depan mulut vaginanya, aku gosok-gosok penisku
di lipatan vaginanya dan mengakibatkan sensasi yang menyenangkan, erat sekali
tangannya memelukku sambil telus mengerang nikmat tanpa memperdulikan lagi
suaranya yang mulai parau.
Vaginanya semakin basah dan perlahan penisku yang tidak
terlalu besar mendesak masuk ke dalam vaginanya dan usahaku tidak begitu
berhasil karena hanya bisa memasukkan kepala penisku. Perlahan aku mencoba lagi
dan dengan inisiatif Im-im yang mengangkat kedua kakinya hingga selakangannya
lebih terbuka lebar yang membuatku lebih leluasa menerobos masuk vaginanya dan
ternyata usahaku tidak sia-sia. Dengan sedikit menjerit Anisa mengeluh,
“Aduh.., sakit. Pelan-pelan dong” dengan terbata-bata dan
lemah kata-kata yang keluar dari mulutnya. Saat seluruh penisku telah masuk
semua, aku diam sejenak untuk merasakan hangatnya lubang vaginanya.
Perlahan aku gerakkan penisku keluar-masuk liang vaginanya
hingga menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin kencang aku gerakkan
penisku hingga memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yang aku dan
Anisa keluarkan untuk mengekspresikan kenikmatan yang kami alami sudah tidak
terkendali lagi, hampir 15 menit aku menggenjot vaginanya yang baru pertama
kali dimasuki penis hingga aku merasa seluruh syaraf kenikmatanku tegang.
Rasa nikmat yang aku rasakan saat spermaku keluar dan
memasuki lubang vaginanya membuat seluruh tubuhku menegang, aku lumat habis
bibirnya yang memerah hingga Im-im dan kedua tanganku meremas teteknya yang
mengeras. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh Im-im yang lama ada dianganku.
Kami berdua tergolek lemah seolah tubuhku tak bertulang,
kupeluk tubuh Anisa dengan erat agar dia tidak galau dan setelah tenagaku pulih
aku berusaha memakaikan baju padanya karena Im-im tidak mampu berdiri lagi.
Saat aku hendak mengenakan CD aku lihat sedikit bercak merah
dipahanya dan aku bersihkan dengan CD ku agar Im-im tidak tahu kalau perawannya
sudah aku renggut tanpa dia sadari.
Kami berdua melakukan hal itu berulangkali dan Anisa semakin
pintar memuaskanku dan selama ini dia tidak hamil yang membuatnya sangat PD.
Tanpa disadari 2 tahun aku menikmati tubuhnya gratis meskipun kini Anisa tidak
menjadi babysiters keponakanku sebab kakakku telah pindah rumah mengikuti
suaminya yang dipindah tugaskan ke daerah lain. Sekarang Im-im menjadi penjaga
rumahku dan sekaligus pemuas nafsuku saat pacar-pacarku tidak mau aku ajak
bercinta.
Saat lebaran seperti biasa Anisa pulang kampung selama 2
minggu dan yang membuatku kaget dia membawa seorang cewek sebaya dengan Anisa
dan bernama Dina yang merupakan sepupunya.
Memang lebih cantik dan lebih seksi dari Anisa yang membuatku
berpikir kotor saat melihat tubuh yang dimiliki Dina yang lugu seperti Anisa 2
tahun lalu. Pada malam harinya, setelah kami melepas rasa kangen dengan
bercinta hampir 2 jam, Anisa tiba-tiba menjadi serius saat dia mengutarakan
maksudnya.
“Mas, aku sudah 2 tahun melayani Mas untuk membereskan urusah
rumah dan juga memberikan kepuasan diranjang seperti yang aku berikan saat
ini,” Anisa terdiam sejenak.
“Aku ingin tahu, apakah ada keinginan Mas untuk menikahiku
meskipun sampai saat ini aku tidak hamil. Apa Mas mau menikahiku?”
Aku terhenyak dan diam saat disodori pertanyaan yang tidak
pernah terlintas sedikitpun selama 2 tahun ini. Lama aku terdiam dan tidak tahu
mau berkata apa dan akhirnya Anisa meneruskan perkataannya.
“Anisa tahu kalau Mas nggak ada keinginan untuk menikahiku
dan aku nggak menuntut untuk menjadi suamiku, 2 tahun ini aku merasa sangat
bahagia dan sebelum itu aku telah mencintai Mas dan menjadi semakin besar saat
aku tahu Mas sangat perhatian denganku.”
Anisa terdiam lagi dan aku memeluknya erat penuh rasa sayang
dan Anisa pun membalas pelukanku.
“Tapi.., aku ingin lebih dari ini. Aku ingin bisa menikmati
cinta dan kasih sayang seorang suami dan itu yang membuatku menerima pinangan
seorang pria yang rumahnya tidak jauh dari desaku.” Aku terhenyak dan menjadi
lebih bingung lagi dan belum bisa menerima kabar yang benar-benar
mengagetkanku.
Kami berdua hanya bisa diam dan tanpa terasa meleleh air
mataku dan aku baru merasa bahwa aku ternyata benar-benar menginginkannya,
namun ternyata sudah terlambat. Keesokan harinya aku mengantar Anisa ke
terminal untuk kembali pulang ke desanya dan menikah dengan seorang duda tanpa
anak, menurutnya calon suaminya akan menerimanya meskipun dia sudah tidak
perawan. Dengan langkah gontai aku kembali ke mobilku dan melalui hari-hariku
tanpa Anisa.
No comments:
Post a Comment