Suaminya soma mempekerjakan istrinya sebagai pelacur di club
malam, sungguh ironis suamiku ini, tega menjual tubuhku kepada pria hidung
belang, aku kenal dengannya aku kira baik baik dan sifat kalemnya dan selalu
menjaga dari godaan pria lain, udah lima tahun kami berumah tangga, dan
mghasilkan anak laki laki bernama Rizal.
Mas Soma berkerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang
produksi kayu, sedangkan aku hanya tinggal di rumah. Tetapi aku tidak pernah
mengeluh. Aku tetap sabar menjalankan tugasku sebagai ibu rumah tangga
sebaik-baiknya. Sebenarnya setiap hari bisa saja Mas Soma pulang sore hari.
Tetapi belakangan ini dia selalu pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam.
Pernah ketika kutanyakan, kemana saja kalau pulang terlambat.
Dia hanya menjawab “Aku mencari penghasilan tambahan Rit”, jawabnya singkat.
Mas Soma makin sering pulang larut malam, bahkan pernah satu
kali dia pulang dengan mulut berbau alkohol, jalannya agak sempoyongan, rupanya
dia mabuk. Aku mulai bertanya-tanya, sejak kapan suamiku mulai gemar
minum-minum arak.
Selama ini aku tidak pernah melihatnya seperti ini.
Kadang-kadang ia memberikan uang belanja lebih padaku. Atau pulang dengan
membawa oleh-oleh untuk aku dan Rizal anak kami.
Setiap kali aku menyinggung aktivitasnya, Mas Soma berusaha
menghindari. “Kita jalankan saja peran masing-masing. Aku cari uang dan kamu
yang mengurus rumah. Aku tidak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik
kamu juga begitu”, katanya.
Aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya ketika suatu
malam, dia memintaku untuk menjual gelang yang kupakai. Ia mengaku kalah
bermain judi dengan seseorang dan perlu uang untuk menutupi utang atas
kekalahannya, jadi itu yang dilakukannya selama ini.
Sebagai seorang istri yang berusaha berbakti kepada suami,
aku memberikan gelang itu. Toh dia juga yang membelikan gelang itu. Aku memang
diajarkan untuk menemani suami dalam suka maupun duka.
Suatu sore saat Mas Soma belum pulang, seorang temannya yang
mengaku bernama Ganang berkunjung ke rumah. Kedatangan Ganang inilah yang
memicu perubahan dalam rumah tanggaku. Ganang datang untuk menagih utang-utang
suamiku kepadanya.
Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Soma berjanji
untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-terang bahwa aku tidak
tahu-menahu mengenai utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk kembali besok
saja.
Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum, “Lebih baik saya
menunggu saja Mbak, itung-itung menemani Mbak.”
Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih ketika
melihat tatapan liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.
“Soma tidak pernah cerita kepada saya, kalau ia memiliki
istri yang begitu cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah hanya
dipajang di rumah saja” ucap Ganang.
Aku makin tidak enak hati mendengar ucapan rayuan-rayuan
gombalnya itu, Tetapi aku mencoba menahan diri, karena Mas Soma berutang uang
kepadanya. Dalam hati aku berdoa agar Mas Soma cepat pulang ke rumah, sehingga
aku tidak perlu berlama-lama mengenalnya.
Untung saja tak lama kemudian Mas Soma pulang. Kalau tidak
pasti aku sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Ganang, Mas
Soma tampak lemas. Dia tahu pasti Ganang akan menagih hutang-hutangnya itu.
Aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Soma kulihat
menyerahkan amplop coklat. Mungkin Mas Soma sudah bisa melunasi hutangnya. Aku
tidak dapat mendengar pembicaraannya, namun kulihat Mas Soma menunduk dan
sesekali terlihat berusaha menyabarkan temannya itu.
Setelah Ganang pulang, Mas Soma memintaku menyiapkan makan
malam. Dia menikmati sajian makan malam tanpa banyak bicara, Aku juga
menanyakan apa saja yang dibicarakannya dengan Ganang.
Aku menyadari Mas Soma sedang suntuk, jadi lebih baik aku
menahan diri. Setelah selesai makan, Mas Soma langsung mandi dan masuk ke kamar
tidur, aku menyusul masuk kamar satu jam kemudian setelah berhasil menidurkan
Rizal di kamarnya.
Ketika aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang,
Mas Soma kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta ‘jatahnya’
malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Soma
mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku sebentar, Mas
Soma mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan celana dalamku.
Setelah itu Mas Soma sedikit demi sedikit mulai menikmati
jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuhku, tidak ada yang terlewati. Kemudian
aku membantu Mas Soma untuk melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya,
sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas Soma yang sudah mulai agak menegang,
tetapi belum sempurna tegangnya.
Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Soma,
kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai
mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang
penis Mas Soma terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras. Aku
menyedot batang Mas Soma dengan semampuku, kulihat Mas Soma begitu bergairah,
sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya.
Mas Soma kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua
payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut
kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh
bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku.
Aku merasakan liang vaginaku mulai terasa basah dan agak
gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan
kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang
kurasakan di belahan liang vaginaku.
Mas Soma rupanya tanggap melihat perubahanku, kemudian dengan
lidahnya Mas Soma mulai turun dan mulai mengulum daging kecil clitorisku dengan
nafsunya, Aku sangat kewalahan menerima serangannya ini, badanku terasa
bergetar menahan nikmat, peluh ditubuhku mulai mengucur dengan deras diiringi
erangan-erangan kecil dan napas tertahan ketika kurasakan aku hampir tak mampu
menahan kenikmatan yang kurasakan.
Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak, saat penis Mas
Soma, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam vaginaku, rasa gatal yang
kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat penis Mas Soma yang telah
ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur, seakan-akan menggaruk-garuk
gatal yang kurasakan.
Suamiku memang jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari
lima belas menit aku berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan
kenikmatan yang kurasakan, tubuhku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di
ranjang ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam
sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku mengeluarkan
denyut-denyut kenikmatannya.
Dan tidak lama kemudian Mas Soma mencapai puncaknya juga, dia
dengan cepatnya menarik penisnya dan beberapa detik kemudian, air maninya
tersembur dengan derasnya ke arah tubuh dan wajahku, aku membantunya dengan
mengocok penisnya sampai air maninya habis, dan kemudian aku mengulum kembali
penisnya sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan mulai mengurang
tegangannya dan mulai lunglai.
“Aku benar-benar puas Rit, kamu memang hebat”, pujinya. Aku
masih bergelayut manja di dekapan tubuhnya.
“Rit, kamu memang istriku yang baik, kamu harus bisa mengerti
kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku untuk mengatasinya”, katanya.
“Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku. Mas Soma
mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku.
Kemudian ia melanjutkan, “Kamu tahu maksud kedatangan Ganang
tadi sore. Dia menagih utang, dan aku hanya sanggup membayar setengah dari
keseluruhan utangku. Kemudian setelah lama berbicang-bincang ia menawarkan
sebuah jalan keluar kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan sebuah
syarat”, ucap Mas Soma.
“Apa syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran.
“Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar kamu bisa
menemani dia semalam saja”, ucap Mas Soma dengan pelan dan tertahan.
Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti ‘menemani’
selama semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di ranjang seperti
yang kulakukan pada Mas Soma. Mas Soma mengerti keterkejutanku.
“Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku harus membayar
hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat tukang-tukang pukulnya
jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini”, katanya lirih.
Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari perkataannya itu.
Aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh tubuhku kepada
lelaki yang belum kukenal selama ini. Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas
Soma.
“Besok kamu ikut aku menemui Ganang”, ujarnya lagi, sambil
mencium keningku lalu berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci suamiku.
Aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan
keselatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin setelah ini ia akan
kapok berjudi lagi pikirku.
Sore hari setelah pulang kerja, Mas Soma menyuruhku berhias
diri dan setelah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan sebelumnya,
rupanya Mas Soma mengantarku ke sebuah hotel berbintang. Ketika itu waktu sudah
menunjukkan sekitar pukul 20.00 malam. Selama hidup baru pertama kali ini, aku
pergi untuk menginap di hotel.
Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Soma, beberapa saat
kemudian pintu kamar terbuka, dan kulihat Ganang menyambut kami dengan
hangatnya, Suamiku tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada
Ganang, dan kemudian berpamitan.
Dengan lembut Ganang menarik tanganku memasuki ruangan
kamarnya. Aku tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan
tanganku dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku.
Ternyata Ganang tidak seburuk yang kubayangkan, memang
matanya terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh tubuhku, tetapi sikapnya
dan perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit demi sedikit rasa grogi
yang menyerangku mulai memudar.
Ganang menanyakan dengan lembut, aku ingin minum apa. Kusahut
aku ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya minuman itu tidak ada sekarang ini
di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan
menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya kepadaku,
“Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan
sekarang ini, dan bisa juga membuat tubuhmu sedikit hangat. Kulihat dari tadi
kelihatannya kamu agak kedinginan”, ucapnya lagi sambil menyodorkan minuman
tersebut.
Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi
sedikit sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh
dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi sudah mulai menghilang, dan aku juga
merasakan ada aliran hangat yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf tubuhku.
Ganang kemudian menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, dan
mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami
berbicara, aku mulai merasakan agak pening di kepalaku, tubuhkupun limbung.
Kemudian Ganang merebahkan tubuhku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan di
atas ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pening di kepalaku.
Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain yang mengalir
pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh tubuhku, semakin lama
denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di bagian-bagian
sensitifku. Aku merasakan tubuhku mulai terangsang, meskipun Ganang belum
menjamah tubuhku.
Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di
tubuhku, napasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan mengeras
dan benar-benar peka, vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang menyengat,
perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah pahaku untuk mengurangi
rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku. Tubuhku mulai menggeliat-geliat
tak tahan merasakan rangsangan seluruh tubuhku.
Ganang rupanya menikmati tontonan ini, dia memandangi
kecantikan wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan
rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba tubuhku tanpa bisa kuhalangi
lagi.
Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak tahan
lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang kukenakan. Saat
pakaian yang kukenakan lepas, Mata Ganang tak lepas memandangi belahan
payudaraku yang putih montok dan yang menyembul dan seakan ingin loncat keluar
dari bra yang kukenakan.
Tak tahan melihat pemandangan indah ini, Ganang kemudian
menggumuliku dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku,
tidak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang
kencang dan padat telah membentang dengan indahnya, Ganang tak mau berlama-lama
memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya
semakin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai membasahi celana
putihku.
Melihat ini, tangan ganang yang sebelahnya lagi mulai
bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku, aku merasakan
nikmat yang benar-benar luar biasa. Napasku benar-benar memburu, mataku
terpejam nikmat saat tangan Ganang mulai memasuki celana dalamku dan memainkan
daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya vaginaku.
Ganang memainkan vaginaku dengan ahlinya, membuatku terpaksa
merapatkan kedua belah pahaku untuk agak menetralisir serangan-serangannya,
jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke liang tubuhku dan mulai
memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku.
Tak puas karena celana dalamku agak mengganggu, dengan
cepatnya sekali gerakan dia melepaskan celana dalamku. Aku kini benar-benar
bugil tanpa tersisa pakaian di tubuhku.
Ganang tertegun sejenak memandangi pesona tubuhku, yang masih
bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang
yang disuguhkan di dalam minumanku. Dengan cepatnya selagi aku masih merangsang
sendiri payudaraku,
Ganang melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang dikenakan
sampai akhirnya bugil pula. Aku semakin bernafsu melihat batang penis Ganang
telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.
Dengan cepat Ganang kembali menggumuliku dengan benar-benar
sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan payudaraku diserang dengan
remasan-remasan panas, dan.., ahh.., akupun merasakan batang penis Ganang
dengan cepatnya menyeruak menembus liang vaginaku dan menyentuh titik-titik
kenikmatan yang ada di dalam liang vaginaku, aku menjerit-jerit tertahan dan
membalas serangan penisnya dengan menjepitkan kedua belah kakiku ke arah
punggungnya sehingga penisnya bisa menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.
Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap kali penis
Ganang mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah luar,
aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti hendak menahan pipis, saat itu aku
merasakan nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga
dengan Ganang, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya.
Sampai pada satu titik saya sudah terlihat akan orgasme,
Ganang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2 penisnya yang
dipercerpat.. akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. saya orgasme
berulang-ulang dalam waktu 10 detik..
Ganang rupanya juga sudah tidak mampu menahan lagi
serangannya dia hanya diam sejenak untuk merasakan kenikmatan dipuncak-puncak
orgasmenya dan beberapa detik kemudian mencabut batang penisnya dan
tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya membanjiri wajah
dan sebagian berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun akhirnya tidur kelelahan
setelah bergumul dalam panasnya birahi.
Keesokan paginya, Ganang mengantarku pulang ke rumah. Kulihat
suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan berbicara sebentar sementara aku
masuk ke kamar anakku untuk melihatnya setelah seharian tidak kuurus.
Setelah kejadian itu, aku dan suamiku sempat tidak berbicara
satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga saat suamiku minta maaf atas
kelakuannya yang menyebabkan masalah ini sampai terjadi, tetapi hal itu tidak
berlangsung lama, suamiku kembali terjebak dalam permainan judi.
Sehingga secara tidak langsung akulah yang menjadi taruhan di
meja judi. Jika menang suamiku akan memberikan oleh-oleh yang banyak kepada
kami. Tetapi jika kalah aku harus rela melayani teman-teman suamiku yang menang
judi. Sampai saat ini kejadian ini tetap masih berulang. Oh sampai kapankah
penderitaan ini akan berakhir.
No comments:
Post a Comment