Tubuhku sudah terasa lelah karena
mengurus bisnis dalam luar kota, hampir selama 3 bulan aku bolak balik dari
pulau kalaimantan ke Sulawesi, karena sudah dihadapkan seperti itu aku ingin
merilexkan tubuhku di rumah dan bertemu istri tercinta, keadaan inilah yang
membuatku kembali segar bila bertemu dengan istriku.
Karena penerbangan yang kuambil
adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku
sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku
sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak
macet karena ini hari Minggu.
Dari luar ruang tamu nampak
terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4
orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan
pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak.
Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena
belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini
bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami.
Ketika hendak kupencet bel
kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh
pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang
sampah.
Setelahnya dia kembali ke
kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku
kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah
yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah
kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari
gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter.
Benar, pintu tidak dikunci dan
aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali dengan
permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur
ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi.
Itulah santapan rohaniku. Dan itu
sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku
pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian,
namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks
kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya.
Kali ini aku menangkap suasana
lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2
sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih
dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu.
Di ruang tamu TV menyala agak
keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan
sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali
di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil
sebotol air dingin di kulkas.
Kuletakkan pantatku di atas kursi
sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit
kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai
2 di mana kamar tidur kami berada.
Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan
sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip
kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang
aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar
jantungku.
Dalam keremangan lampu kamar
(kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada
2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling.
Dia lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar
kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan.
Sulit kudefinisikan. Marah.
Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku
ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi
suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual.
Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka
sadari.
Tiba-tiba perasaan aneh menjalari
diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai
dicampuraduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit. Ini lebih dahsyat
ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun.
Kesadaran diriku juga lenyap
entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti
bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas.
Kontolku mulai mengejang.
Posisi mereka mulai berbalik.
Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis
sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang
dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng.
“Ohh.. Sshh…” suara desisan
isteriku berulang-ulang.
Telaten sekali si pria (aku sudah
menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai
bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali.
“Uuhh.. Eehhss.. Teruss
jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”.
Plong rasa dadaku demi akhirnya
menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Tiyok pembantu priaku yang tua itu.
Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak
berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari
hasil kerja persetubuhan itu.
“Yyaahh.. Teruss.. Teruss..
Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..”
Semakin binal kepala isteriku
tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku
juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas
burungku sendiri.
“Ahh…”
Ah isteriku akhirnya jebol juga.
Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Tiyok masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar
kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu
(meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang
secara fisik membutuhkan kekuatan).
Dimainkan jari-jarinya di liang
memek isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang
kocokan jari Pak Tiyok pada memek isteriku. Dengan menggelinjang
mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang.
Akhirnya kulihat batang kemaluan
Mr. Tiyok sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih
punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana
memek isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.
Bless. Masuk. Gleg ludahku
tertelan.
“Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk..
Paakk..”.
Pelan-pelan dipompanya memek
isteriku dengan godam si Mr. Tiyok. Mulai menggila kembali goyangan pantat
isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.
“Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott..
Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..”
Aku menyaksikkan tubuh isteriku
terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan
Mr. Tiyok tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang
tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah
hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi
menungging.
Gaya anjing rupanya dikenal juga
oleh Si Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang.
Konsistensi gerakan kontol yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan
isteriku semakin mengobarkan hasratku.
“Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh..
Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..”
Pompaan Mr. Tiyok semakin lama
dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.
“Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu..
Teruss.. Paakkhh..”
Kupikir bakalan selesai eh
ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Tiyok menyetubuhinya sambil
berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita
memergokiku sedang mengintip.
Karena jengah atau bagaimana Mrs.
Tiyok merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku
adalah suami isteri.
“Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh..
Keelluaarr.. Nihh Paakkh..”
“Aku sebentar laggii.. Juuggaa..
Ibbuu..”
“Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh..
Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh”
Sambil mengejang-ngejang keduanya
melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa.
Mr. Tiyok akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan
perlahan sekali menutup pintunya.
Kuturuni perlahan tangga menuju
dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin
menuntaskan hasratku.
Ketika sampai dapur kulihat Mrs.
Tiyok sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan
resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin
kutenangkan hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama
aku tidak di rumah.
“Sudah sering kejadianya Mbok?”
tanyaku. Dia mengangguk.
“Maafkan isteriku yah”
Entah kenapa tiba-tiba mata kami
bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia
sedang kesepian dan masygul hatinya.
“Ayo ke kamarmu Mbok.”
Hasratku masih tinggi dan harus
dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan
pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang
agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang.
Kupegang tangannya dan kuelus.
Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak
semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak
terlalu melambung. Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu
memakai kebaya dan kain.
Kepalanya ditimpakan di dadaku.
Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan
kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur.
Tapi tidak terlalu menyengat.
Rambutnya otomatis megenai
hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan
kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah
terdengar ketawa kegelian.
Mulai kuusap lengannya. Semakin
erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan kanannya naik
turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus
kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung
teteknya.
Gemas aku. Dia mulai mendesah.
Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian
dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya.
Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.
“Ehhmm.. Eehhf..”
Kusingkap kainnya dan kuelus
pahanya.
“Ehh.. Ehhshs..”
Kuselusupkan tanganku jauh menuju
pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya.
“Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” tergolek
kanan kiri kepalanya.
Kutindih dia dengan
mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri
dengan lidahku.
“Oohh.. Paakk.. Oohh..”
Kurenggut bibirnya yang tebal
dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif.
Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak
suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku
menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya.
“Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya
berulang-ulang.
Kami berdiri untuk melepas baju
masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai
kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat
wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya
lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah
tinggi sejak tadi langsung kugumul
Dia dan menjatuhkannya di ranjang.
Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku
berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya.
Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya.
“Oohh.. Paakk.. Ohh..”
Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya
sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali
ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini.
“Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh..
Mmass..”
Dia memanggilku Mas berarti
kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan
kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa
tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak
cacing kepanasan si Mrs. Tiyok ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang
ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.
“Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam ..
Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.”
Kubaringkin miring lalu kulipat
kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh
dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style.
Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal.
Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot
sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.
“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…”
begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.
Akhirnya setelah 23 menit kami
menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam
memeknya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku
juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku.
Kubiarkan kontolku masih terbenam
sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya sampai
kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi
buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat
kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu.
Sejak saat itu bila aku pulang
dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Tiyok terlebih dahulu untuk bersetubuh
di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah
basah itu. Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku
sendiri.
Suatu kali Mr. Tiyok memergokinya
ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum
saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku
untuk melakukan sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena
aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu.
No comments:
Post a Comment