Selepas SMA, Vania, waktu itu 20 tahun, melanjutkan studinya
ke Akademi Sekretaris ternama di Bandung. Dgn wajah sangat cantik, badan tinggi
semampai, dan kemampuan akademis yg cukup baik, pantaslah kalau Vania memasuki
akademi tersebut. Kekasih Vania sejak SMA, Purnomo, tetap setia dan semakin
serius dalam menjalin hubungan dgn Vania.
“Mau kemana lagi,
Van?” tanya Purnomo sambil melirik ke Vania.
“Pulang, ah.. Aku capek sehabis ujian tadi,” jawab Vania
sambil bersandar pada jok mobil, matanya terpejam.
Purnomo sekilas melirik pada paha Vania yg putih mulus. Rok
mini yg dipakai Vania naik tersingkap dgn posisi duduk Vania tersebut.
“Van, kita ke motel dulu, ya..?” ajak Purnomo.
“Yee, kamu sange ya?” kata Vania melirik Purnomo sambil
tersenyum.
“Habisnya aku tak tahan melihat kamu…” kata Purnomo sambil
tersenyum pula.
“Ya sudah, mau dimana?” tanya Vania sambil tangannya mengelus
paha Purnomo yg sedang mengemudi.
Purnomo tak menjawab. Hanya senyuman saja yg tampak di
wajahnya sementara mobil diarahkannya menuju sebuah motel..
“Buka dong semua pakaian kamu,” kata Purnomo sementara dia
sendiri melucuti semua pakaiannya.
“Ih dasar otak sange!” kata Vania tersenyum sambil melepas
seragam kuliahnya.
“Aku cinta kamu..” kata Purnomo sambil memeluk badan
telanjang Vania dari belakang.
Satu tangan meremas buah dada Vania, sementara satu tangan
mengelus dan mengusap kemaluannya.
“Mmhh…” desah Vania sambil terpejam. Tangan Vania menggenggam
kemaluan Purnomo yg sudah tegak dan sesekali mengenai belahan pantatnya.
“Mmhh.. Enak sayang…” bisik Purnomo ketika Vania mengocok
kemaluannya.
Vania tersenyum dan langsung membalikkan badannya menghadap
Purnomo lalu mengecup bibirnya. Purnomo membalas kecupan bibir Vania dgn
hangat.
“Hisap, dong…” bisik Purnomo di telingan Vania.
Vania tersenyum sambil merendahkan badannya dan langsung
berjongkok. Wajahnya tepat di depan kemaluan Purnomo yg sudah berdiri tegak.
Lidah Vania mulai menjilati kepala kemaluan Purnomo sementara tangannya tetap
mengocok gagangnya.
“Ohh.. Enak sayang…” bisik Purnomo sambil memompa kemaluannya
pelan ketika Vania mulai mengulum gagang kemaluannya.Jilatan, hisapan serta
kocokan tangan Vania pada kemaluannya membuat Purnomo mengejang menahan nikmat.
“Gantian dong…” kata Vania sambil bangkit setelah beberapa
waktu.
Vania bersandar ke dinding sambil berdiri. Purnomo jongkok
lalu diciumnya bulu kemaluan Vania. Vania memejamkan matanya dan melebarkan
kakinya ketika lidah Purnomo mulai menelusuri belahan kemaluannya.
“Oww.. Enak banget, sayang,” kata Vania sambil memegang
kepala Purnomo dan mendesakan ke kemaluannya.
Pinggulnya bergerak naik turun ketika lidah Purnomo bermain
di lubang kemaluan dan kelentitnya bergantian.
“Ohh.. Sshh…” desis Vania merasakan kenikmatan yg tak
terhingga.
Vania terpejam dan mendongak sambil mendesakkan kepala
Purnomo lebih keras ke kemaluannya ketika ada sesuatu yg sangat nikmat tiada
tara yg mau keluar..
“Ohh.. Ohh.. Ohh…” Vania menjerit pelan tertahan ketika
mencapai puncak orgasmenya.
Terasa ada yg menyembur hangat enak di dalam kemaluannya.
“Mmhh.. Enak sekali sayang,” kata Vania sambil agak membungkuk
lalu mencium bibir Purnomo yg masih basah oleh cairan kemaluannya.
Purnomo sepertinya sudah tak tahan lagi. Setelah membalas
ciuman Vania sesaat, segera ditariknya badan Vania ke atas ranjang. Vania
telentang sambil membuka kakinya lebar. Dgn tak sabar Purnomo segera menaiki
badannya lalu mengarahkan kemaluannya ke kemaluan Vania. Tangan Vania segera
menggenggam dan membimbing kemaluan Purnomo ke lubang kemaluannya. Dgn sekali
desakan, kemaluan Purnomo sudah masuk ke kemaluan Vania. Kemaluan Purnomo keluar
masuk kemaluan Vania disertai bunyi khas..
“Mmhh…” Vania mendesah sambil terpejam sementara pinggulnya
bergoyg mengimbangi gerakan Purnomo.
“Enak sekali, sayangghh…” desah Purnomo.
Setelah beberapa waktu dan beberapa posisi bersebadan mereka
lakukan, Purnomo hampir mencapai puncak kenikmatannya. Kemaluan Purnomo semakin
cepat keluar masuk kemaluan Vania. Ketika puncaknya, Purnomo segera mencabut
kemaluannya lalu turun dan berdiri di pinggir ranjang. Vania yg sudah terbiasa,
langsung mengerti. Kemaluan Purnomo yg masih basah oleh cairan kemaluannya
segera dikulum han dihisap kuat sambil dikocok pelan. Purnomo terpejam sambil
memegang kepala Vania dan mendesakkan kemaluannya agak dalam ke mulut Vania.
Tak lama, crott! Crott! Crott! Air mani Purnomo tumpah di dalam mulut Vania yg
terus menghisap kemaluannya.
“Wohh.. Enak sekali, sayang,” ujar Purnomo dgn nafas berat.
Vania tersenyum sambil menjilati gagang dan kepala kemaluan
Purnomo dari sisa air maninya yg masih menempel. Lalu mereka berciuman..
“Cepat pulang ah…” kata Vania setelah mereka selesai
berpakaian dan merapikan diri.
“Ya sayang…” kata Purnomo sambil menggandeng Vania keluar
kamar.
Sesampai di rumah, Purnomo segera pulang setelah berpamitan
kepada Ayah dan mama Vania.
“Lama amat sih, Van?” tanya mamanya.
“Iya, mam.. Tadi kami nyimpang dulu ke tempat makan,” kata
Vania ringan sambil segera ke kamarnya untuk ganti pakaian.
Malam harinya, ketika mereka sedang nonton TV, Ayah dan Mama
Vania segera bangkit dari tempat duduk karena sudah waktunya jam tidur.
“Kamu jangan terlalu malam begadang, nanti sakit kepala,”
kata mamanya kepada Vania.
“Iya, Mam.. Tanggung nih film sedang seru-serunya,” kata
Vania sambil matanya terus melihat TV.
Lalu mereka segera masuk kamar. Setelah beberapa menit,
telinga Vania menangkap suara ranjang berderit berulang-ulang. Sebetulnya Vania
sudah mengerti apa yg sedang terjadi di kamar orang tuanya. Vania bersikap cuek
saja awalnya. Tapi rasa penasaran dihatinya membuat Vania ingin mengintip
mereka. Segera Vania bangkit lalu mengendap mengintip dari lubang kunci.
Walaupun tak terlalu jelas tapi Vania dapat melihat Ayah Mamanya sedang
bersebadan.
Darah Vania berdesir karenanya. Ketika mata Vania melihat
buah zakar dan kemaluan Ayahnya yg keluar masuk kemaluan Mamanya, darahnya
makin berdesir. Matanya lebih jelas lagi melihat kemaluan Ayahnya ketika mereka
telah selesai bersebadan, Ayahnya bangkit dan mengelap kemaluannya yg basah.
Tampak jelas di mata Vania betapa kemaluan Ayahnya lebih besar dari kemaluan
Purnomo. Vania segera berdiri, mematikan TV lalu segera bergegas masuk
kamarnya. Di atas ranjang, Vania tak bisa memejamkan matanya. Terbayg terus
persebadanan Ayah Mamanya tadi, terlebih ketika terbayg kemaluan Ayahnya yg
besar.. Perasaan Vania jadi gelisah.
Sejak saat itu Vania secara sadar arau tak selalu
memperhatikan gerak gerik Ayahnya. Apalagi bila Ayahnya hanya memakai kolor
saja. Mata Vania selalu mencuri pandang ke paha dan selangkangan Ayahnya. Ayah
Vania waktu itu berumur 43 tahun. Badannya bersih dan tegap.
Suatu malam..
“Pijitin pundak Ayah, Van.. Pegal amat,” kata Ayah Vania
waktu mereka nonton TV.
“Kalau begitu Ayah duduk di bawah biar Vania gampang
mijitnya,” kata Vania.
Ayahnya segera turun dari kursi lalu duduk di lantai. Vania
segera memijit pundak Ayahnya sambil nonton TV.
“Mama ngantuk ah.. Mau tidur duluan, yah…” kata Mamanya
sambil bangkit dan menuju kamarnya.
“Vania sayang Ayah,” bisik Vania sambil merangkulkan
tangannya ke leher Ayahnya.
“Nah, biasanya suka ada maunya kalau kamu sudah begini,” kata
Ayahnya sambil tersenyum dan menoleh ke Vania.
“Mm.. Vania tak minta apa-apa kok, Pa…” bisik Vania lagi
manja.
“Vania hanya mau bilang kalau Vania sayang Ayah,” kata Vania
sambil mencium pipi Ayahnya.
Ayahnya diam sambil tersenyum sambil tanganya memegang tangan
Vania yg sedang memeluk dirinya dari belakang.
“Tumben kamu manja begini,” kata Ayahnya sambil menoleh dan
menatap Vania lama.
Vania tersenyum lalu mencium pipi Ayahnya lagi berkali-kali.
Darah Vania mulai berdesir.
“Ada apa sih, Van?” kata Ayahnya lagi sambil tersenyum.
Ucapan Ayahnya tak bisa terus ketika bibir mungil Vania
mengecup bibirnya.
“Vania sangat sayang Ayah,” bisik Vania lirih sambil bibirnya
melumat hangat bibir Ayahnya.
Ayah Vania pada awalnya kaget atas tindakan putrinya ini,
tapi lama kelamaan sentuhan hangat bibir Vania bisa menghangatkan perasaan dan
gairahnya. Dibalasnya ciuman Vania dgn hangat pula.
“Mm…” suara Vania terdengar pelan.
Ayah Vania bangkit lalu duduk berhadapan dgn Vania. Kembali
dilumat bibir Vania dgn agak panas. Vaniapun membalasnya dgn agak panas pula.
Tangan Vania bergerak ke arah selangkangan Ayahnya. Sambil tetap berciuman
diremasnya pelan kemaluan Ayahnya. Terasa kemaluan Ayahnya mulai bergerak tegak
dan tegang..
“Vania sayang Ayah,” kembali Vania berbisik.
“Ayah juga sama…” kata Ayahnya dgn nafas memburu.
“Jangan disini, Pa.. Nanti Mama tahu,” kata Vania sambil
bangkit dan menarik tangan Ayahnya ke kamar belakang.
Ayahnya menurut mengikuti Vania. Vania langsung memeluk dan
melumat bibir Ayahnya dgn liar, Ayahnyapun membalasnya semakin panas. Tangan
Vania mulai berani disusupkan dan masuk ke celana kolor Ayahnya, lalu tanpa
ragu menggenggam dan meremasnya pelan.
“Mmhh…” suara Ayahnya tertahan karena masih berciuman.
Vania kemudian melepaskan pelukannya lalu merendahkan
badannya hingga jongkok. Diperosotkan celana kolor Ayahnya sampai lutut hingga
kemaluan besarnya yg tegak tampak di depan wajahnya. Vania mengocok pelan
kemaluan Ayahnya lalu segera mengulumnya. Ayahnya terpejam sambil memegang
kepala Vania.
“Ohh…” desah Ayahnya.
Dimaju mundurkan kemaluannya di dalam mulut Vania. Setelah
beberapa lama, badan Ayahnya bergetar lalu… Crott! Crott! Crott! Air mani
Ayahnya muncrat di dalam mulut Vania. Vania dgn tenang menelannya habis. Vania
lalu berdiri sambil tersenyum.
“Vania pengen, Pa..” pinta Vania berbisik.
“Tak bisa sekarang sayang,” kata Ayahnya sambil membetulkan
celananya.
“Kapan, Pa?” kata Vania sambil memeluk dan mengecup bibir
Ayahnya.
“Kamu pulang kuliah jam berapa?” tanya Ayahnya.
“Jam 11, Pa…”
“Kalau begitu Ayah jemput kamu di kampus jam 12 untuk makan
siang, lalu kita cari tempat…” kata Ayahnya sambil tersenyum.
“Iya, Pa…” kata Vania sambil tersenyum pula.
“Kasih tahu kekasih kamu untuk tak jemput, ya?” kata Ayahnya.
Vania mengangguk.
“Sekarang tidurlah,” kata Ayahnya sambil mencium bibir Vania
mesra.
Besok harinya sesuai dgn rencana, Vania dijemput di kampus.
“Mau makan siang dimana?” tanya Ayahnya.
“Tak usah makan siang, Pa…” kata Vania manja.
“Langsung saja…” kata Vania tersenyum.
Ayah Vaniapun tersenyum. Mobil langsung di arahkan ke hotel.
Di dalam kamar, mereka langsung berciuman. Vania menatap mata Ayahnya lalu
melepas kancing kemeja Ayahnya satu demi satu.
“Biar Ayah buka sendiri biar cepat. Waktu kita sedikit
sayang. Ayah harus segera ke kantor lagi,” kata Ayahnya sambil tersenyum lalau
melepas semua pakaiannya.
Vania juga sama. Badan Vania telentang di atas ranjang.
Ayahnya segera duduk di pinggir ranjang. Tangannya mulai mengelus dan meremas
buah dada Vania. Vania terpejam menikmati belaian Ayahnya itu. Sementara
tangannya dgn segera meraih kemaluan Ayahnya yg sudah tegang besar. Diremas dan
dikocoknya pelan. Tangan Ayahnya mulai turun ke kemaluan Vania. Diusap dan di
gosoknya kemaluan Vania dgn mesra. Lalu salah satu jarinya mulai memainkan
kelentit dan lubang kemaluannya bergantian. Vania terpejam sambil menggigit
bibir sementara tangannya tak henti mengocok kemaluan Ayahnya.
“Cepat masukkan, Pa…” pinta Vania.
Ayahnya tersenyum lalu bangkit dan segera menaiki badan
anaknya. Disentuhkan kemaluannya ke kemaluan ke belahan kemaluan Vania. Vania
menatap mata Ayahnya sambil tangannya segera meraih kemaluan dan mengarahkan ke
lubang kemaluannya. Dgn sedikit desakan, kemaluan Ayahnya perlahan masuk ke
kemaluan Vania. Vania terpejam merasakan rasa nikmat dari orang yg sangat
disayanginya. Tak terasa air matanya mengalir di pipi.
“Ada apa sayang?” tanya Ayahnya sambil terus memompa
kemaluannya.
“Vania sangat bahagia bisa bersama Ayah saat ini,” kata Vania
sambil memeluk erat Ayahnya.
“Vania sangat sayang Ayah,” bisik Vania.
“Ayah juga sangat sayang kamu,” kata Ayahnya.
Vania tersenyum sambil menggoygkan pinggulnya mengimbangi
gerakan pinggul Ayahnya. Kenikamatan dan sensasi yg sangat luar biasa dirasakan
oleh Vania saat itu. Siang itu Vania dan Ayahnya dgn liar bersebadan bermandi
peluh dan desahan serta jeritan kenikmatan. Sampai akhirnya terasa kemaluan
Ayahnya berdenyut tanda akan mencapai orgasme. Dicabutnya kemaluan dari
kemaluan Vania lalu digesek-gesekan ke belahan kemaluannya. Tapi Vania dgn
segera bangkit dan langsung menghisap serta mengocok kemaluan Ayahnya sampai
akhirnya.. Crott! Crott! Air mani Ayahnya menyembur banyak di dalam mulut
Vania. Vania menelannya dgn tenang lalu tersenyum. Ayahnya lalu mencium bibir
Vania.
“Kamu hebat sayang…” bisik Ayahnya.
“Lebih hebat dari Mama kamu,” kata Ayahnya lagi.
“Vania sayang Ayah…” bisik Vania sambil tersenyum.
No comments:
Post a Comment