Aku seorang mahasiswa berumur 21 tahun. Pada saat liburan
semester aku pulang ke kampungku di Garut. Untuk mengatasi kejenuhan, aku
jalan-jalan di kota tersebut. Dan masuk ke sebuah pusat belanja di kota kecil
itu. Secara tak sengaja aku memandangi seorang gadis yang bisa dikatakan
cantik. Wajahnya memancarkan kecantikan alami yang jarang ditemui pada seorang
gadis kota.
Singkat cerita kami berkenalan. Namanya Ani, berumur 19
tahun. Duh, senang sekali aku bisa kenalan dengan gadis seperti dia. Bulan demi
bulan telah berlalu, kamipun semakin akrab dan sering berhubungan lewat
telepon. Singkat kata, kamipun sepakat untuk menjadi sepasang kekasih.
Pada liburan semester selanjutnya, kami berjanji bertemu di
rumahnya. Rumahnya sih sederhana, maklum bapaknya hanya pedagang kecil, tapi
bukan itu yang aku lihat. Malam itu kami berdua menonton layar tancap, hal yang
sebenarnya cukup simple tapi yah namanya juga lagi kasmaran. Kami pulang jam
sembilan malam atas keinginan Ani. Ternyata sampai di rumah pacarku, kami hanya
menerima titipan kunci rumah. Keluarganya sedang pergi menegok teman ayah
pacarku yang sedang sakit keras.
Malam itu dingin sekali, Ani permisi untuk ganti pakaian.
Saat kulihat Ani dengan pakaiannya yang sederhana itu aku terpaku, betapa
cantik dan anggunnya dia walaupun hanya memakai pakaian biasa. Aneh, ada seuatu
yang aneh yang menjalar ke perasaanku.
“Lho, ada apa Kang?”, tanya Ani.
“Ah, nggak ada apa-apa!”, jawabku.
“Kok melihat Ani terus?”, tanyanya lagi.
“Ngak kok!”, jawabku.
“Kamu cantik, An”.
“Ah Akang!”, katanya lagi dengan tersipu.
Lama kami berpandangan, dan aku mulai mendekati dirinya. Aku
pegang tangannya, lalu kuraba, betapa lembut tangannya. Kami saling
berpegangan, meraba dan membelai. Perlahan kubuka pakaiannya satu persatu,
kulihat ia dalam keadaan setengah telanjang. Kupandangi dadanya di balik BH
putihnya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang.
“Kang, bener Akang cinta ama saya?”, tanyanya lagi.
“Bener, Akang cinta ama kamu!”, jawabku sambil membuka BH dan
Celana dalam warna putihnya.
Kini ia polos tanpa satu benangpun menutupi tubuhnya.
Kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ani
bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan
seks dengan lawan jenisnya.
Lalu kubuka selangkangannya dan kumasukkan penisku dengan
extra hati-hati. Ani mengerang dengan pasrah, lalu kusuruh ia untuk menggigit
bantal agar suaranya tidak kedengaran oleh tetangga. Kugerakkan penisku, maju
mundur. Mata Ani merem melek keenakan.
Nafasku mulai memburu, dan Ani mulai tidak bisa mengontrol
dirinya, dia memegang bantal dengan eratnya, gerakanku semakin cepat, aku ingin
sekali menembus pertahanannya yang rapat itu. Kupegangi payudaranya, kujilat,
kukulum, dan kurasakan penisku mulai menegang dan,
“Cret.., cret.., cret”. Spermaku keluar dengan deras, Ani
memelukku dengan erat dan kamipun terbaring kelelahan. Dalam hati aku bertekad
untuk menikahi gadis itu, karena aku sangat mencintainya.
No comments:
Post a Comment