Aku Raysa, aku seorang wanita yang berasal dari keluarga yang
bisa dikatakan dari keluarga berkecukupan. Aku merasa beruntung sekali karena
aku telah dikarunia wajah yang cantik dari sang pencipta. Maaf bukanya aku sok
kecantikan, namun memang itu telah diakui oleh teman-temanku, keluargaku bahkan
semua cowok yang telah mengenalku.
Ada juga teman kuliahku yang mengatakan bahwa aku mirip Cut
tari, apalagi kalau aku sedang tersenyum, kata mereka aku sangat mirip. Padahal
kalau menurutku darimana miripnya,hha. Namun yasudahlah memang itu penddapat
mereka, yang pnting para temanku suka denganku. Selain itu aku juga tidak
memilah-milah dalam hal berteman.
Aku berteman dengan semua orang, entah itu jelek, cakep, kaya
atau-pun miskin, selama dia asik aku tidak sungkan untuk berteman dengan
mereka. Aku selalu merawat tubuhku, dengan cara ngegym ataupun ke salon. 2 hal
itu sudah menjadi rutinitasku, maka dari itu aku-pun tumbuh menjadi seorang
gadis yang sehat, periang dan seksi.
Aku mempunyai kebiasaan memakai baju-baju ketat, dan semi
transparan dirumah maupun dikampus, sehingga hal itu menambah terpancarnya
keseksian dan kemulusan tubuhku dimata kaum lelaki. Fikirku, buwat apa punya
tubuh sexy kalau tidak dipamerkan pada orang-orang khususnya para lelaki, namun
walaupun aku seperti itu aku masih mngerti batas.
Aku kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Umurku
belum genap 20 tahun. Aku sebenarnya asli Jakarta, tapi aku lebih memilih untuk
kuliah di Bandung. Biar jauh dari orangtua. Dari sejak SMU aku sudah
bercita-cita ingin kuliah jauh dari orangtua. Soalnya malas juga tinggal
serumah dengan orangtua, yang sedikit-sedikit melarang ini itu.
Di kota kembang, Ayah-ku membelikan aku sebuah rumah. Aku
tinggal sendiri di sana bersama pembantuku dan anaknya yang masih kecil.
Rumahku cukup besar dengan perabotan yang lengkap plus mobil Eropa seri
terbaru, maklungentotah Ayah-ku adalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Itu
tidak seberapa baginya. Itu adalah hadiahku karena lulus UMPTN.
Sore itu aku baru pulang kuliah. Capek sekali rasanya setelah
seharian berkutat dengan kuliah. Bayangkan saja aku kuliah dari jam 7 pagi
sampai jam 5 sore. Non stop. Karenanya aku merasa badanku lelah dan ingin
istirahat. Untung besok libur (hari sabtu), jadi aku bisa memanfaatkan waktuku
untuk istirahat.
Aku mensandarkan tubuhku di sofa ruang tengah. Aku haus
sekali, maka kuputuskan untuk memangil Bik Saroh agar membuatkan minum untukku.
Upsssss… Ternyata aku lupa. Bik Saroh dan anaknya sedang pulang kampung tadi
pagi. Maklum sejak aku tinggal di Bandung mereka belum pernah pulang, jadi
kuijinkan mereka pulang kampung.
Malas benar aku mengangkat pantatku dari sofa. Tapi rasa
hausku mengalahkanku, maka dengan malas aku mengambil air dingin di dapur untuk
menghilangkan rasa hausku. Kemudian aku pergi ke kamar, kucoba untuk istirahat.
Walau badanku capek sekali tapi aku tidak bisa memejamkan mata. Maka kuputuskan
menyalakan komputerku mencoba mencari hiburan.
Baru saja kunyalakan komputer, handphone-ku berbunyi. Segera
kuambil handphone-ku dari tas.
Di screen tertuliskan Sayang, maka segera kuangkat, karena
itu adalah dari Argha, pacarku,
“ Halo Sayang. Lagi ngapain?, ” terdengar suara di seberang
sana.
“ Ada apa, sayang ? aku lagi sendiri nih di rumah. Gak lagi
ngapa-ngapain, ” jawabku.
“ Malam ini ngedate yuk, sayang. Besok kan libur. Mau nggak
kamu ?, ” ajaknya.
“ Aduh aku cape banget nih Sayang, aku lagi malas keluar.
Mending kamj aja yang ke rumah.
Lagian rumah sepi, Gak ada orang. Sekalian temanin aku,
giman, Mau gak?, ” ucapku manja.
“ Ya udah tunggu aja. 30 menit lagi aku ke sana. Dah
Sayang…!, ” Katanya.
“ Iya sayang… Da sayang see U…, ” ucapnya.
Argha adalah cowok baruku. Orangnya ganteng da sangat perhatian
terhadapku. Kami baru jadian sekitar 3 minggu yang lalu. Tapi dia sudah
beberapa kali menikmati tubuhku. Yup… Aku memang cewe yang liberal. Aku
menyerahkan keperawananku sama mantanku sewaktu SMA dulu. Jadi bagiku sex bukan
hal yang terlalu tabu. Tapi aku masih tahu tata krama.
Aku gak sembarang tidur dengan cowo. Aku gak mau dicap cewek
gampangan. Aku hanya mau ngentot sama orang yang benar-benar kucintai. Yah,
Seperti Argha ini. Dia lumayan bisa memuaskanku. Hampir di setiap kesempatan
kami selalu mereguk kenikmatan duniawi. Paling sering sih di kontrakannya,
karena sepi.
Sedangkan di rumahku belum pernah karena ada pembantuku.
Malah tak jarang, ketika kami sudah sama-sama pengen ngentot kami membooking
hotel untuk menuntaskan nafsu kami. Mengingat-ingat kejadian itu libidoku
perlahan-lahan naik. Maka segera kuganti bajuku. Aku ingin tampil sexy di depan
Argha.
Segera kugunakan celana pendek putih semi transparan yang
ketat. Saking ketatnya terasa CD-ku tercetak di sana. Pantatku yang bulat sekal
terlihat indah menonjol. Kemudian kugunakan tanktop putih ketat juga. Aku
bercermin, lumayan sexy juga, batinku. Buah dada-ku yang lumayan besar tercetak
di bajuku.
Malah karena saking kecilnya bajuku itu, jika aku
bergerak-gerak buah dada-ku juga terayun kesana kemari. Aku senang sekali
melihatnya. Pasti Argha suka melihatnya. Aku tak sabar ingin cepat-cepat
berjumpa dengannya. Beberapa saat kemudian kudengar suara klakson berbunyi. Itu
pasti Argha. Aku, bercermin sebentar memastikan penampilanku lalu membuka pintu.
Benar saja, mobil Argha sudah ada di depan gerbang rumahku
yang masih terkunci. Aku berlari-lari menuju gerbang untuk membuka pintu pagar
rumahku, hal itu otomatis membuat buah dada-ku terayun kesana-kemari. Argha
pasti melihatnya dengan jelas karena jarak yang tidak terlalu jauh. Buah
dada-ku bergerak-gerak dengan bebasnya.
Setelah kubuka gerbang, perlahan-lahan mobilnya masuk ke
garasiku. Segera kututup gerbang kembali dan aku menghampirinya yang baru
keluar dari mobil,
“ Halo Sayang…, ” ucapnya.
Dipamerkannya senyum manisnya. Kacamata coklat yang
dipakainya menambah kesan macho-nya,
“ Halo juga sayang, sini cepetan masuk Sayang, ” kataku
mempersilakannya masuk ke rumah.
Dia mengikutiku dari belakang. Aku bisa pastikan matanya
tidak akan lepas dari pantatku yang bergoyang kesana-kemari dengan indahnya.
Kemudian aku menutup pintu rumah dan menguncinya.
Baru aku membalikkan tubuhku, Argha sudah berdiri di depanku
dengan senyum indahnya,
“ Kamu sexy sekali hari ini, Sayang, ” katanya sambil
mendekatkan bibirnya ke mulutku. Segera kusambut bibirnya dan kami melakukan
french kiss.
“ Terima kasih, ” jawabku sambil kembali menciumnya, kali ini
ciuman kami makin dahsyat.
Sambil menciumi bibirku, tangannya perlahan-lahan menjamah
buah dada-ku. Aku semakin ganas membalasnya. Ketika tangannya mulai menyusup ke
dalam tank topku, segera kuhentikan,
“ Sabar dulu dong, Sayang. Ga sabaran amat, ” ucapku sambil
menjauhkan tubuhku darinya.
“ Mending duduk dulu, aku buatkan minum ya?, ” lanjutku lagi.
Aku sengaja menahan kenikmatan tadi, padahal sebenarnya aku
juga sudah ingin sekali. Dia hanya mengangguk lalu pergi menuju sofa. Segera
kubuatkan minum dan memberikanya kepadanya. Soft drink yang kusuguhkan langsung
dihabiskannya. Kemudian matanya menatapku. Aku tahu maksudnya. Maka saat itu
aku-pun aku pindah ke sebelahnya, lalu diciumnya bibirku.
Aku hanya bisa memejamkan mata menikmati bibir lembutnya.
Kemudian dia peluk aku dan tangannya mulai meremas-remas buah dada-ku. Aku
mulai merem-melek sambil memutar badanku. Sekarang aku duduk di paha Argha
berhadap-hadapan. Kembali kami berciuman dengan penuh gairah. Lidah kami saling
beradu. Perlahan bibirnya turun ke pipiku lalu ke leherku.
Diciumnya leherku. Lidahnya menari-nari dari ujung leherku ke
ujung yang satunya lagi. Hal itu membuatku seperti cacing kepanasan saking
nikmatnya. Tangannya tidak tinggal diam. Diremas-remasnya buah dada-ku yang
mulai mengeras. Tangannya sungguh lihai meremas-remas buah dada-ku sehingga
membuatku makin menggelinjang.
Aku tak tahan hingga kembali kulumat bibirnya. Lidahku beradu
dengan lidahnya lagi. Aku sudah tidak tahu kapan pertama kali aku semahir ini
melakukan ciuman. Argha mulai menyusupkan tangannya ke balik tank topku dan
mencari pegangannya, buah dada-ku. Gesekan tangannya langsung di permukaan
kulit buah dada-ku hingga sungguh kenikmatannya tiada tara,
“ Eughhh… Sssss… Aghhh…, ” desahku.
Sejenak dihentikannya aktivitasnya karena menyadari sesuatu
sambil bertanya,
“ kamu ga pakai bra ya, Sayang ?, ” aku hanya tersenyum lalu
kembali melumat bibirnya.
Dia juga semakin ganas merespon ciumanku. Tangannya makin
keras meremas-remas buah dada-ku. Memelintir dari atas ke bawah dan sebaliknya.
Kurasakan Torpedo-nya mulai menegang di bawah sana. Kemudian dia menghentikan
remasan dan ciumannya, lalu mulai melepas tank topku. Aku membantunya
melepaskan penutup buah dada-ku itu melewati kepala.
Maka segera buah dada-ku yang tanpa penutup apa-apa lagi
terpampang di hadapannya. Buah dada-ku yang putih, bulat kencang dengan putting
berwarna kemerah-merahan menjadi santapan matanya. Dia sangat kagum melihat
buah dada-ku. Walaupun sudah sering melihat buah dada-ku, bahkan menjilat,
melumat dan menggigitnya, dia tetap saja menelan ludah menikmati pemandangan
ini,
“ Toket kami indah sekali, Sayang!’ ucapnya.
Kemudian didorongnya kepArghaya di antara kedua gunungku,
lalu lidahnya bergerak di sana. Aku meringis dan mendesis menikmati momen
tersebut. Kemudian dia mulai mencium buah dada-ku yang kanan, dilumatnya dengan
penuh nafsu. Beberapa detik kemudian aku menjerit pelan karena aku merasakan
gigitan pada putting kananku.
Saat itu kulihat dia dengan gemasnya menggigit dan mencupangi
puttingku itu sehingga meninggalkan jejak di sekitarnya,
“ Hhmm… indah sekali dadamu ini Sayang, ” pujinya lagi sambil
tangannya yang satu lagi mengelusi punggung dan leherku dan berakhir di dada
kiriku.
Diremasnya dada kiriku yang sudah tegak berdiri tersebut.
Remasan dan jilatannya silih berganti antara dada yang kanan dan yang kiri,
sehingga menimbulkan sensasi kenikmatan yang tiada tara. Aku sampai
melayang-layang dibuatnya. Puas meremas buah dada-ku yang kiri, tangannya yang
kanan mulai menurun hingga mencengkeram pantatku yang bulat dan padat.
Saat itu aku hanya bisa mendesah nikmat. Kuremas-remas
rambutnya mencoba mengimbangi desakan birahi ini. Untung rumahku sepi, kalau
tidak mana mungkin aku bisa bercinta di sofa seperti ini. Setelah puas
menggerayangi buah dada-ku, dia pun melepaskanku. Segera dibukanya bajunya,
lalu dia membuka celana panjang beserta celana dalamnya.
So, saat itu Torpedo-nya yang dari tadi sudah sesak dalam
celana dalamnya itu kini dapat berdiri dengan dengan tegak. Kemudian dia duduk
di sofa dengan mengangkangkan kakinya. Matanya menatap mataku dengan penuh
harap. Aku mengerti maksudnya. Dia ingin dioral tentunya. Sebenarnya aku kurang
mahir melakukan oral sex, aku masih butuh belajar.
Namun nafsu ingin saling memuaskan membuatku melakukannya.
Maka perlahan-lahan aku duduk di lantai menghadap Torpedo-nya. Batang
kejantanan Argha yang sudah tegang itu kini berada dalam genggamanku.
Kukocok-kocok ke atas dan ke bawah. Nampaknya dia menikmati kocokanku. Tanganku
yang halus naik turun di batangnya.
Nampaknya dia sangat menikmati kocokanku di Torpedo-nya. Hal
itu terbukti dengan matanya yang tertutup rapat. Aku menikmati ekspresinya yang
keenakan itu,
“ Oughhh… Ssssshhh… Enak sekali, Achhhh…. Oughhh…., ”
racaunya.
“ Masukkan dong Sayang, ke mulutmu, ” ucapnya meminta padaku.
Tanpa diminta 2 kali aku menuruti kemauan orang yang
kusayangi itu. Perlahan namun pasti, Torpedo-nya kuarahkan ke rongga mulutku.
Torpedo itu kucium dan kujilat ujungnya dengan lembut bahkan sangat lembut
sekali. Benda itu bergetar hebat diiringi desahan pemiliknya. Seponganku di
batangnya kupadukan dengan sedikit kocokan.
Argha pasti keenakan kuperlakukan seperti itu. Tapi aku akan
membuatnya lebih keenakan. Lalu kubuka mulutku lebih lebar untuk memasukkan
Torpedo itu semuanya ke mulutku. Hhmm… hampir sedikit lagi masuk seluruhnya,
tapi nampaknya sudah mentok di tenggorokanku.
Dalam mulutku, Torpedo itu kukulum dan kuhisap.
Aku gerakkan lidahku memutar mengitari kepala Torpedo-nya.
Hanya itu yang kulakukan tapi tampaknya dia sudah blingsatan. Padahal harus
kuakui bahwa oral sexku belum apa-apa dibandingkan cerita teman-teman cewekku
yang pernah melakukannya. Bahkan masih kalah jauh daripada porno yang pernah
kutonton.
Tapi aku tetap melanjutkannya. Toh Argha masih keenakan.
Memang sih, Argha mengaku baru ngentot pertama kali denganku. Jadi dia belum
bisa membandingkannya dengan yang lain. Sesekali aku melirik ke atas melihat
ekspresi wajahnya saat menikmati seponganku. Dia mengelus-elus rambutku dan
mengelap dahinya yang bercucuran keringat dengan sapu tangan.
Argha nampaknya tidak mau cepat-cepat keluar, maka ditariknya
kepalaku. Aku berdiri tegak di hadapannya yang masih bersandar di sofa. Segera
kulepaskan celana pendek beserta CD-ku sekalian. Matanya nanar melihat
ketelanjanganku. Aku seperti manusia yang baru lahir, polos. Kini aku sudah
telanjang bulat di hadapannya.
Aku lalu naik ke pangkuannya. Dengan senyum nakal aku
meremas-remas dadanya yang bidang. Lalu kubenamkan kembali wajahnya ke buah
dada-ku hingga dia pun mulai menyusu di situ. Kali ini dia menjilati seluruh permukaannya
hingga basah oleh liurnya lalu dikulum dan dihisap kuat-kuat.
Tangannya di bawah sana juga tidak bisa diam, tangannya
meremas-remas pantat dan pahaku. Dielus-elusnya paha putihku itu.
Berbeda dengan pahaku yang dielusnya dengan lembut, pantatku justru
diremasnya dengan keras. GumpArgha daging pinggulku menjadi bulan-bulanan
tangannya. Aku hanya mendesah-desah. Giginya yang putih menarik-narik putting
susuku. Hal itu semakin membuatku merintih. Malah kini tangannya yang bercokol
di pahaku mulai merambat semakin jauh.
Aku tak kuasa untuk tidak merintih dan mendesah. Bongkahan
pantatku diremas, buah dada-ku dilumat. Sekarang tangannya yang kanan
menggerayangi Memek-ku dan menusuk-nusukkan jarinya di sana. Oughhh nikmatnya,
batinku. Sebagai respons aku hanya bisa mendesah dan memeluknya erat-erat,
darah dalam tubuhku semakin bergolak sehingga keringatku menetes-netes.
Bibirnya kini merambat naik menjilati leher jenjangku. Saat
itu dia juga mengulum leherku dan mencupanginya. Cupangannya cukup kuat sampai
meninggalkan bercak merah. Akhirnya mulutnya bertemu dengan mulutku lagi dimana
lidah kami saling beradu dengan liar. Sambil berciuman tanganku meraba-raba
selangkangannya yang sudah mengeras itu,
“ Sayang, sekarang yah !!!, ” pintaku memelas.
Aku sudah tidak tahan lagi ingin segera menuntaskan birahiku.
Maka kuangkat pantatku sebentar dan mengarahkan Memek-ku ke Torpedo-nya. Dia
memegang Torpedo-nya siap menerima Memek-ku. Sedikit demi sedikit aku merasakan
ruang Memek-ku terisi dan dengan beberapa hentakan masuklah batang itu
seluruhnya ke dalam.
Aku tak kuasa untuk tidak menjerit kala batang Argha membelah
bibir Memek-ku. Sama sepertiku, dia juga mendesah menyebut namaku saat
Torpedo-nya amblas ditelan Memek-ku,
“ Oughhh…, ” desahku dengan tubuh menegang dan mencengkram
bahu pacarku.
Kurasakan liangku agak nyeri, tapi itu cuma sebentar karena
selanjutnya yang terasa hanyalah nikmat. Kemudian, secara perlahan-lahan aku
menaikturunkan tubuhku di atas Torpedo-nya. Kupacu kejantanannya dengan
goyanganku. Aku tiba-tiba menjadi gadis yang liar yang butuh kenikmatan.
Kugoyang-goyangkan Memek-ku di atas batangnya sambil sesekali
membuat gerakan memutar.
Memek-ku seperti diaduk-aduk. Aku sangat menikmati posisi
ini, karena aku bisa kontrol permainan. Desahan-desahan nikmat menandai keluar
masuknya batang Argha. Argha juga merasakan hal yang sama seperti yang aku
rasakan. Terlihat dari matanya menatap wajahku yang kemerahan karena nikmat,
“ Ssss… Acchhh… Acchhh…, ” desahku seiring dengan
naik-turunnya tubuhku.
Buah dada-ku yang sudah menegang maksimun terayun-ayun dengan
indah di hadapannya. Argha juga mulai membantu menyodok-nyodok Torpedo-nya,
sehingga kenikmatan yang kurasakan semakin bertambah. Tubuhku terlonjak-lonjak
dan tertekuk menahan sensasi kenikmatan dunia. Hal itu membuat buah dada-ku
semakin membusung ke arahnya.
Kesempatan ini tidak disia-siakannya, dia langsung melumat
buah dada-ku yang kiri dengan mulutnya. Aku semakin menjerit keras. Dengusan
nafasnya dan jilatannya membuatku merinding dan makin terbakar birahi. Argha
semakin menyerangku dengan meremas-remas buah dada-ku yang kanan serta
memilin-milin putting-nya.
Argha sungguh pintar menyerang titik sensitifku. Sepuluh
menit lamanya kami berpacu dalam gaya demikian. Saling berlomba-lomba mencapai
puncak. Sodokan-sodokannya semakin lama semakin cepat dan makin berirama.
Mulutnya tak henti-henti mencupangi buah dada-ku yang mencuat di depan
wajahnya, sesekali mulutnya juga mampir di pundak dan leherku.
Sungguh kenikmatan yang sangat indah. Tangannya yang tadi
lembut menggerayangi paha dan pantatku, sekarang cenderung kasar. Aku sudah
sangat kecapaian dengan posisi tersebut sehinga goyanganku semakin lama semakin
tidak bertenaga. Malah kini dia yang aktif menyodok-nyodok kejantanannya.
Menyadari hal tersebut, Argha minta ganti posisi. Ditariknya
Torpedo-nya dari rongga kemaluanku. Ada perasaan kesal, tapi itu tidak
berlangsung lama. Tubuhku dibalikkan telungkup di atas sofa. Lalu kakiku
ditarik hingga terjuntai menyentuh lantai, hingga otomatis kini pantatku pun
menungging ke arahnya.
Buah dada-ku yang dari tadi menjadi bulan-bulanannya menekan
sofa karena aku telungkup. Argha sibuk memegang erat-erat kedua pahaku,
“ Siap-siap ya Sayang… !!!, ” ucapnya.
Aku hanya bisa menganggukkan kepala menunggu kenikmatan
selanjutnya dengan posisi doggy style. Argha pernah bercerita bahwa posisi ini
sangat disukainya, karena dia yang mengambil kendali dan bebas meremas-remas
semua bagian tubuhku, bahkan anusku. Sebelum menusuk Memek-ku, dia terlebih
dahulu mencium punggungku.
Seluruh tubuhku kembali bergetar, seakan terlempar
ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar menunggu Torpedo-nya menembus
kemaluanku. Posisi ini membuat kegatArgha birahiku semakin tak terhingga,
hingga membuat aku menggeliat-geliat tak tertahankan,
“ Argha… Buruan…!, ” rengekku sudah tidak tahan lagi. Argha
mematuhiku. Sambil meremas pantatku dia mendorongkan Torpedo-nya ke Memek-ku.
“ Oughhh… Eughhhh… “ desisku saat Torpedo yang keras itu
membelah bibir kewanitaan-ku.
Torpedo-nya dengan perlahan dan lembut mengaduk-aduk
Memek-ku. Kontan aku menjerit-jerit keras. Dalam posisi seperti ini sodokannya
terasa semakin keras dan dalam, badanku pun ikut tergoncang hebat, buah dada-ku
serasa tertekan dan bergesekan dengan sofa. Hal itu justru menimbulkan
kenikmatan tersendiri.
Apalagi sofaku terbuat dari kulit sehingga gesekan di buah
dada-ku terasa sedikit kasar namun nikmat,
“ Achhhh…. Eughhhh… Achhhh…. Aow…, ” aku cuma bisa mendesah
setiap kali dia menyodokkan Torpedo-nya ke Memek-ku.
Argha menggenjotku semakin cepat. Memek-ku dihunjam
Torpedo-nya yang sekeras batu itu. Otot-otot kemaluanku serasa berkontraksi
semakin cepat memijati miliknya. Dengusan nafasnya bercampur dengan desahanku
memenuhi ruang tengahku. Mulutku megap-megap dan mataku terpejam. Beberapa
menit kemudian dia menarik tubuh kami mundur selangkah sehingga buah dada-ku
yang tadinya menempel di sofa kini menggantung bebas.
Kemudian dilanjutkanya kocokannya. Buah dada-ku terayun ayun
ke depan dan ke belakang. Terkadang buah dada-ku menyentuh sandaran bawah sofa
sehingga menimbulkan rasa sakit. Tapi rasa sakit tersebut tertutupi kenikmatan
yang menjalar ke seluruh aliran darahku. Sambil berpacu dalam gaya doggy style
ini, tangannya kini tidak tinggal diam.
Dia mulai menggerayangi buah dada-ku yang semakin ranum
karena aku menungging. Ditariknya-tariknya benda kenyal itu sesuka hatinya. Aku
merem-melek menikmati tangannya bergerilya dari buah dada-ku yang kanan ke buah
dada-ku yang kiri. Aku menjerit kegelian saat dia mengocok Memek-ku dengan
cepat dan keras, tapi dia meremas buah dada-ku dengan lembut sekali dan
sesekali memelintir-melintir putting-nya.
Tubuhku kembali menggelinjang dahsyat, pandanganku serasa
berkunang-kunang. Gesekan-gesekan di liang kewanitaanku serta remasanremasan di
buah dada-ku membuat pertahananku sebentar lagi akan jebol. Pandanganku kabur
dan kurasakan kesadaranku hilang. Akhirnya aku pun tak bisa lagi menahan
Klimaksku.
Mengetahui bahwa aku akan segera keluar, dia semakin
bergairah. Tubuhku ditekan-tekannya sehingga Torpedo-nya menusuk lebih dalam,
tangannya pun semakin kasar meremas buah dada-ku,
“ Oughhh… Sssshh… Achhhh…, ” jeritku bersamaan dengan
mengucurnya cairan cintaku.
Kugenggam erat karpet ruang tamu merasakan detik-detik Klimaksku.
Aku menggigit bibir merasakan gelombang dahsyat itu melanda tubuhku. Aku
merasakan cairan cinta yang mengalir hangat pada selangkanganku. Tapi itu belum
berakhir, karena Argha masih terus mengocokku sehingga Klimaksku semakin
panjang.
Argha juga nampaknya akan segera Klimaks. Hal itu tampak dari
gayanya yang khas jika akan Klimaks,
“ Aku mau keluar, aku mau keluar…, ” Argha membisikkannya
sambil ngos-ngosan dan masih terus mengocokku.
“ Jangan di… Jangan di dalam. Achhhh…. Achhhh…. Oughhh…. Aku…
Aku lagi… Subur sayang, ” ucapku karena aku taku Arhga mengeluarkan spermanya
didalam liang senggamaku.
Aku cuma bisa berbicara begitu, setidaknya aku bermaksud
berbicara begitu karena aku tidak tahu apakah suaraku keluar atau tidak,
pokoknya aku sudah berusaha, itu juga sudah aku paksa-paksakan. Aku tidak tahu
apakah dia mengerti apa yang aku bicarakan, tapi yang jelas dia masih terus
mengocokku.
Beberapa detik kemudian, dia mencabut Torpedo-nya, kakiku
langsung ambruk ke lantai. Argha yang menyodokku dari belakang akhirnya
klimaks. Dia mengeluarkan Torpedo-nya dan menyiramkan isinya di punggung dan
pantatku. Air maninya membasahi tubuhku bagian belakang. Tidak terlalu banyak
spermanya, tapi sangat lengket kurasakan di tubuhku. Kemudian dia ambruk
menindihku.
Kurasakan Torpedo-nya yang menindih pantatku mulai mengecil,
“ Terimakasih, Sayang, ” ucapnya sambil mengecup leherku. Aku
hanya terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan barusan.
Akhirnya malam itu Argha menginap di rumahku. Sudah bisa
ditebak kami akan mereguk kenikmatan sepanjang malam sampai besok paginya
karena libur. Sesudah percintaan di ruang tamu tadi, Argha menikmati tubuhku
lagi di kamar mandi. Aku yang sedang mandi dikejutkan akan kehadirannya di
depan pintu.
Walau masih lemas, aku terpaksa meladeninya. Aku hanya diam
di lantai kamar mandi sedangkan dia yang aktif menyodokku. Malah yang seru adalah
ketika sehabis makan malam di luar. Kami kembali ke rumah dan langsung ke
kamarku. Aku yang sudah bersiap-siap tidur diajaknya menonton porno di
komputerku.
Adegan-adegan porno pada monitor komputerku membuat libidoku
menggebu-gebu. Saat itu aku mencoba memancing birahi sex Argha, tapi dia
menolak untuk menyetubuhiku. Aku bingung dibuatnya, tidak biasanya dia menolak
seperti itu. Selama ini justru aku yang sering menolak bersenggama dengannya.
Saat itu, katanya dia mau bersetubuh tetapi ada syaratnya.
Dia memintaku untuk menari-nari seperti penari telanjang. Aku
sih OK saja, berhubung dia adalah pacarku dan nafsuku ingin segera dituntaskan,
maka aku menuruti kemauannya. Bagaikan seorang penari striptis club malam,
aku-pun ber-action di hadapannya, saat itu Argha bernafsu sekali padaku karena
menikmati aku yang striptis dihadapanya dengan liarnya.
Setelah aku melakukan persyaratanya itu, barulah Argha mulai
menjamahku dan tanpa basi-basi lagi langsung membenamkan Torpedo-nya ke liang
senggamaku yang sudah sangat becek itu. Pada akhirma malam itu-pun kami
bersetubuh dengan penuh nafsu liar dan hot. Sungguh kenikmatan yang kuharapkan
akhirnya terpuaskan juga oleh Argha. Aku benar-benar puas malam itu. Setelah
puas melakukan hubungan sex dengan liarnya kami-pun terkapar lemas dan tertidur
pulas dengan posisi telanjang dan berpelukan.
No comments:
Post a Comment