Sebut saja nama saya Tony, usia
saat ini 28 tahun, saya tipe laki-laki yang bsa dibilang biasa-biasa saja.
Tinggi badan 170 cm,berkulit putih, dan mempunyai berat badan 67 kg. Saya sayai
memang tidak ada yang spesial dari diri saya. Cerita sex saya ini terjadi pada
tahun 2014 ketika saya sedang menjalani semester akhir pada sebuah unibersitas
swasta tinggi terkenal di jakarta.
Saya seorang lelaki asli dari
suatu kota di jawa tengah, dan dijakarta saya tinggal kost-kostsan. Saya
mempunyai seorang sahabat yang sebut saja namanya Revita. Dia satu kampus
dengan Saya, Revita adalah gadis ber kulit putih, berambut hitam panjang,
bertubuh mungil tetapi badanya padat berisi. Sebenaranya kami sudah menjalin
persahabatan semenjak duduk dibangku SMA dulu.
Dahulu kami 4 orang sahabat yaitu
saya, Revita Dery dan Deva, Dery dan Deva memilih untuk melanjutkan study-nya
di luar negri. Kini tinggalah saya dan Revita 2 orang sahabat yang selalu
bersama. Sebenarnya kami masih sering komunikasi dengan Dery dan Deva, walaupun
itu hanya melalui media sosial saja. Terkadang jika mereka pulang ke Indonesia,
kami masih sering untuk berkumpul.
Dimana setiap kami berkumpul,
kami selalu menghabiskan waktu untuk mengingat tentang pengalaman kamki dan
untuk sekedar melepas rindu. Persahabatan saya dengan Revita saat itu hanya
sebatas sahabat dekat saja. Kami saat itu terlalu munafik untuk mengelak dari
perasaan cinta dianatara kami. Setelah lulus SMA Revita dan saya mempunyai
janji untuk melanjutkan kuliah di Jakarta.
Bahkn kami berjanji untuk
mengambil fakultas dan universitas yang sama. Tidak hanya itu tempat kost
kami-pun sangat dekat sekali, walaupun berbeda kosan. Maklum kamikan berbeda
kelamin,hhe. Pada saat semester 3 saya sempat berpacaran dengan wanitayang
bernama Lola, namun hubungan itu tidak berjalan lama, karena memang kami sudah
tidak saling nyaman lagi. Sebenarnya hubungan saya dengan Lola putus karena
hubungan saya dengan Revita terlalu dekat. Saat itu sebenarnya saya sempat down
ketika putus dengan Lola, namun hal itu bisa teratasi dengan Revita yang selalu
berada disamping saya dalam suka maupun duka. Revita sungguh sahabat sejati
yang selalu ada di setiap saya mengalami kesulitan.
Teman akmi-pun sampai mengira
jika saya dan Revita mempunyai hubungan spesial, karena kedekatan kami, kami
hanya tertawa saja karena memang kami hanya sekedar sahabat. Setiap satnight
(malam minggu) kami sering menghabiskan waktu berdua entah itu untuk nonton
bioskop, makan malam atau untuk belajar bersama. Awal tahun kami mendapat kabar
dari Dery dan Deva jika mereka akan pulang ke Jakarta.
Saat itu kami beremat
merencanakan untuk liburan ke Bali, moment itu yang sangat kami tunggu-tunggu.
Bahkan kami sudah booking hotel dan merencanakan tempat mana saja yang akan kami
kunjungi. Namun rencana tinggal lah rencana, 4 hari sebelum hari H, Deva dan
Dery membatalkan niat ke Jakarta karena mereka ada urusan yang sangat penting,
entah urusan apa itu.
Pada akhirnya saya dan Revita-pun
berpikir bagimana caranya untuk mengisi waktu liburan yang kosong tersebut
karena kami sudah membatalkan semua rencana liburan kami bersama teman kuliah.
1 hari sebelum hari H saya bermain di kost Revita, seperti biasa kami hanya
mengobrol dan merasa kecewa dengan batalannya libuaran kami ke Bali.
Ditengah pembicaraan kami, saat
itu saya tiba-tiba mempunyai ide untuk berlibur ke Bandung tapi tidak menginap.
Pada awalnya Revita awalnya ragu karena bingung mau pergi kemana dan akhirnya
kita sepakat untuk pergi ke Lembang, karena disana udaranya sejuknya dan nyaman
untuk refreshing. Setelah kami sepakat saya pun pulang ke kost saya untuk
mempersiapkan segala sesuatunya.
Singkat cerita tibalah ahri
berlibur kami, saat itu saya sudah bangun pada pukul 05.00 pagi, dan kemudian
saya menelepon Revita,
“ Halo Ton, sory Ton Gwe baru
bangun nih, habis semalem nggk bisa tidur Gwe Ton,hhe ”, ucapnnya.
Saat itu, memang suaranya
terdengar ngantuk dan kuramg tidur,
“ Kita jadi berangkat gak nih
Rev? udah jam 5 lewat hlo ini, ntar kita kesiangan n kena macet ”,
ttanya saya.
“ Jadi dong Ton, tapi gwe belum
mandi nih, bentar yah Gwe mandi dulu yah. Loe kalau mau kesini langsung masuk
aja, pintunya gak Gwe kunci, sekalian Loe masukin barang-barang Gwe ke mobi Loe
yah Ton ”, pintanya.
“ Oke deh Rev, tapi jangan lama-lama
yah ”, jawabku singkat.
Tidak lama kemudia saya-pun sudah
parkir di depan kost Revita dan langsung masuk ke kamarnya. Ternyata dia belum
kelar mandi dan saya dengan cepat memasukkan barang-barang nya masuk ke mobil
saya. Kemudian saya berteriak dari luar kamar mandi,
“ Rev, Gwe tunggu di mobil yah,
GPL (gak pake lama) ”, teriakku.
“ Iya Ton, Gwe bentar lagi kelar
kok ”, sahutnya.
Sekitar 10 menit saya menunggu di
mobil kemudian Revita-pun keluar dengan hotpant hitam dan baju kaos couple yang
kami beli sebelumnya, agar terlihat sehati,hhe,
“ Sorry yah Ton, jadi lama
nunggu, Gwe tadi pagi ngantuk banget ”, ujarnya.
“ Iya santai aja kali Rev, yang
penting kita jadi jalannya ”, jawabku.
Sepanjang perjalanan kita banyak
ngobrol tentang kegiatan kampus, skripsi dan hal-hal yang biasa kita lakukan
sehari-hari sambil mendengarkan lagu. Revita benar-benar sahabat yang baik.
Kita saling menghibur dan saling mengisi, bercanda dan ledek-ledekan adalah hal
yang biasa buat kami. Dan anehnya kita sama sekali tidak pernah membicarakan
perasaan kami masing-masing.
Hanya saja saya sering khawatir
jika Revita sakit atau terjadi kenapa-napa dan begitu pula sebaliknya.
Benar-benar persahabatan yang tulus dan saya sangat takut untuk menodainya
dengan perasaan cinta. Takut dia pergi meninggalkan saya. Takut dia berpikir
bahwa saya mengkhianati persahabatan kita. Saya memacu mobil tidak terlalu
cepat juga tidak terlalu pelan.
Karena saya berusaha menikmati
perjalanan ini. Hanya sekitar 2,5 jam mobil saya sudah memasuki kota Bandung.
Kemudian kami mencari restoran untuk sarapan kami. Kebetulan pagi-pagi kita gak
sempet makan, cuma makan snack doank di mobil. Setelah makan, kita coba
memasuki Factory Outlet (FO), dari FO yang satu ke FO yang lainnya. Memilih
baju dan akhirnya kita membeli sepasang baju kembar lagi. Tidak terasa waktu
sudah menunjukkan pukul 5 sore, perut kami juga sudah mulai laper.
“ Ris, makan yuk, Gwe laper nih
dan kita jangan terlalu sore ke lembangnya yah ”, ucapku.
“ Iya-iya Ton, Sorry yah tadi Gwe
nggak liat jam, habis keasikkan belanja sih hehehe… ”, ujarnya sambil tertawa.
Kemudian saya mengarahkan Jazz ku
kea rah atas Bandung. Sekitar jam 6 kita sudah sampai. Kita menikmati hidangan
di depan kami sambil minum cappuccino hangat. Kami mempunyai selera yang sama
dalam hal minuman, sama-sama menyukain cappuccino. Pas saya melihat jam
ternyata sudah jam setengah 9 malem. Kita keasikan ngobrol sambil browsing
internet pakai laptop yang yang saya bawa dan tak terasa 2,5 jam telah berlalu.
Hujan turun dengan sangat deras
sekali. Kita nunggu hamper 1 jam ternyata hujan tidak kunjung reda. Akhirnya
dengan meminjam payung kita berhasil sampai mobil dan waktu telah menunjukkan
pukul 21:45 wib. Dan akhirnya kita meninggalkan resto tersebut. Tidak lama
kemudian saya merasakan hal yang aneh pada mobilku, stir menjadi berat dan saya
berpikir mobil ban saya ada yang kempes.
Kemudian di tengah guyuran hujan,
saya turun berdua Revita untuk melihat ban mobil saya, tentu saja Revita
memayungi saya. Ternyata dugaan saya benar bahwa ban kanan depan mobil saya
kempes, mungkin terkena psaya. Tidak mungkin untuk mengganti ban dalam keadaan
cuaca seperti ini. Kemudian kami berdua kembali masuk ke mobil,
“ Rev, ban mobil kempes nih, Gwe
ganti dulu yah, Loe tunggu aja di mobil ”, ucapku.
“ Loe gila yah? Ujan-ujan gini
Loe mau ganti ban? Ntar Loe sakit lagipula bahaya malem-malem ganti ban ”,
ucapnya perduli.
“ Kalau gak kayak gini kita gak
bisa pulang Rev, mau nunggu hujan reda? Tambah malem lagi ”, ucap saya.
“ Pokoknya Gwe gak setuju Loe ganti
mobil sekarang, mending jalanin deh mobil nya ”, ucapnya.
Saat itu saya menurut denga
perkaytaaan Revita dan kemudian menjalankan mobil perlahan-lahan,
“ Rev, Gwe punya ide tapi Gwe gak
yakin Loe setuju sama ide Gwe ”, usul saya.
“ Memangnya apa ide Loe Ton ? ”,
tanyannya.
“ Bagaimana kalau kita cari hotel
atau tempat penginapan, kita nginep semalem disini, besok pagi kita pulang,
kecuali kalau Loe ijinin Gwe ganti ban mobil ini sekarang ”, tanyaku.
Sejenak Revita berpikir dan
menjawab,
“ Oke deh kalau gitu kita cari
hotel terdekat disini daripada Loe keujanan dan sakit, itu lebih ngerepotin Gwe
lagi nantinya ”, ucapnya setuju.
Beberapa menit kemudian kita
melihat sebuah penginapan dan saya membeLoekkan kendaraan saya ke penginapan
tersebut. Ternyata hujan malah semakin besar dan diselingi kilatan dan petir.
Dengan payung yang tidak terlalu besar kita berdua masuk ke Loebby untuk check
in. Pas masuk Loebby beberapa orang sempat melihat ke kita karena hampir semua
baju kami basah akibat hujan angin yang besar.
Saat itu kemudian saya bertanya
ke resepsionis,
“ Mas, saya pesen kamar single
bed 2 ”, ucapku.
“ Maaf mas, yang tersisa hanya
kamar double bed 1 dan sisanya family room ”, jawab recepsionis itu.
Karena kamar tinggal 1 saja
sayapun kemudian bertanya ke Revita,
“ Gimana? Yang ada cuma itu, mau
gak? ”, tanyaku.
“ Gak ada pilihan lain kan? Ya
udah ambil aja deh Ton ”, jawabnya
Kemudian kami balik ke mobil
untuk mengambil barang-barang dan segera menuju kamar tersebut. Kamar nya hanya
ada 1 bed ukuran double, dan kamar mandi dengan shower hangat. Kemudian kami
mandi secara bergantian. Saya hanya memakai celana boxer dan baju kaos yang
kami beli di FO. Sedangkan Revita memakai baju kaos lengan buntung dan celana
pendek. Saat itu badan terasa lelah sekali,
“ Riss, kok Loe mau sih nginep
dan tidur sekamar sama Gwe? ”, tanya saya.
“ Jangan pede dulu Loe Ton, Gwe
cuma gak mau Loe sakit aja, kalau Loe sakit ntar Gwe juga yang repot, siapa
yang beliin obat? Siapa yang anterin Loe ke dokter? Lagipula kita sahabatan
udah lama banget, Loe tau siapa Gwe dan Gwe tau siapa Loe ”, ucapnya panjang
lebar.
“ Ngomong-ngomong terima kasih
yah udah jadi sahabat Gwe, Gwe seneng banget punya sahabat kayak Loe Rev, Gwe
gak mau kehilangan Loe Rev”, ucap saya serius.
Saat itu kemudian saya langsung
memeluk Revita begitu saja. Dengan sedikit bingung Revita menyambut pelukan
saya dan sambil bertanya,
“ Maksudnya Loe gak mau
kehilangan Gwe apa? Emank Gwe mau kemana? Gwe kan gak kemana-kemana ”, ucapnya
dengan seidkit candaan.
“ Gwe baru sadar bahwa selama ini
yang Gwe rasain ke Loe bukan perasaan sebagai seorang sahabat tapi lebih, Gwe
sayang banget sama Loe, Gwe gak mau Loe ninggalin Gwe dan married sama orang
lain. Ternyata selama ini Gwe udah bohong sama perasaan Gwe, gwe takut ngomong
ke Loe, nanti semuanya akan berubah. Dan Gwe takut Loe ninggalin Gwe Rev ”,
ucap saya panjang lebar.
Sambil memandang tajam mata saya
Revita,
“ Ton, Gwe gak akan pernah
tinggalin Loe, I’m promise to You, coz, I Love you so much ”, ucapnya dengan
mimik wajah serius.
Saya melihat wajah cantik Revita
mengeluarkan airmata dan tidak lama kemudian saya berusaha mengangkat dagunya
dan mulai mencium bibir nya. Lembut sekali dan ini merupakan ciuman pertama
Revita karena Revita belum pernah pacaran sebelumnya. Dan bagi saya ini untuk
kedua kalinya karena sebelumnya saya pernah berciuman dengan mantan pacar saya.
Cukup lama kami berciuman
kemudian saya mulai memegang buah dada dari Revita, tidak terlalu besar dan
tidak terlalu kecil. Saya meremasnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Revita mulai mendesah, perlahan saya angkat bajunya dan dia menurut saja.
Terlihat buah dada yang putih dengen putting berwarna merah muda, ternyata
Revita sudah tidak memakai bra setelah mandi, mungkin karena bra nya basah.
Dengan cepat saya turunkan
celananya berikut celana dalamnya. Terlihat Kewanitaan yang putih dengan
bulu-bulu yang tercukur rapi. Saya mulai mencumbunya mulai dari leher,
menjilati kupingnya kemudian turun ke arah buah dadanya. Dia mulai mengeluarkan
desahan-desahan kecil. Saya menkilati sekitar putingnya, sedikit gigitan kecil
pada putingnya.
Revita mulai meracau. Saya turun
kebawah dan muali menjilati kewanitaan dan klitorisnya. Ternyata klitorisnya
sudah basah, tampaknya Revita sudah terangsang. Secara telaten saya jilati
klitorisnya hingga akhirnya dia menjambak rambut saya dan keluar cairan hangat.
Wangi sekali kewanitaan Revita, tampaknya dia sangat merawat kebersihan
kewanitaan-nya.
Saya langsung melucuti pakaian
saya hingga bugil, Revita tampak sedikit kaget melihat Kejantanan saya yang
berukuran sedang. Saya suruh dia mengocok lembut dan menjilati Kejantanan saya,
awalnya dia tampak jijik tapi lama-lama sudah biasa. Lembut sekali
jilatan-jilatan dan isapannya pada Kejantanan saya. Tidak lama kemudian saya
mengarahkan Kejantanan saya ke lubang kewanitaan-nya.
Saya melihat dia dengan tajam dan
dia hanya melihat saya dan memejamkan matanya. Saya tidak tahu apakah itu tanda
setuju atau tidak tapi dia tidak melakukan penolakan. Saya mulai memasukinya
pelan-pelan, dia sedikit menahan sakit kemudian saya berhenti sejenak lalu saya
coba masukin lagi Kejantanan saya hingga akhirnya masuk, darah perlahan-lahan
mulai keluar dari kewanitaan-nya.
Saya yakin itu darah perawannya
Revita. Kemudian saya mulai melakukan gerakan maju mundur dengan tempo biasa
saja, Revita tampak menahan sakit tapi menikmatai. Sekitar 15 menit kami
melakukan itu hingga akhirnya saya sudah mulai merasa ingin Klimaks dan sempat
bertanya ke Revita apakah dikeluarkan di dalem atau di luar dan dia bilang di
dalam saja, dan tidak lama kemudian,
“ Crottttt… Crottttt… Crottttt…
Crottttt… ”,
Tersemburlah air mani saya
bercampur lendir kawi Revita memenuhi lubang kewanitaan Revita. Sesaat kemudian
kami tergolek lemas di tempat tidur dan membayangkan apa yang telah kami
lakukan. Kami saling diam tanpa kata. Saya coba menoleh ke Revita dan dia
mengeluarkan air matanya. Saya memulai pembicaraan,
“ Rev, maafkin Gwe yahg, tidak
seharusnya Gwe ngelakuin ini pada Loe, Gwe bener-bener khilaf, maafin Gwe ya
Rev ”, ucap saya dengan mata berkaca-kaca.
“ Bukan bukan salah Loekog ini
ini Ton, loe gak perlu minta maaf ”, ucapnya sambil mengusap airmata-nya.
“ Rev, Gwe janji akan nikahin
Loe, Loe mau kan jadi istri Gwe kelak ? ”,tanya saya.
Sambil tersenyum dia berkata,
“ Ton, Loe cowok yang baik. Loe
selalu ada buat Gwe disaat Gwe utuh Loe. Loe selalu mengerti bagaimana cara
memperlakukan Gwe. Gwe sebenernya sedih waktu liat Loe jadian sama Lola, tapi
Gwe pengen lihat Loe bahagia. Loe cowok sempurna di mata Gwe, tidak ada alasan
buat bilang tidak ke Loe. Gwe sayang sama Loe, Gwe mau jadi istri Loe Ton ”,
ucapnya membuat hatiku tentram.
“ Maksih ya Rev, gw janji bakal
selalu buwat loe bahagia dan nggak akan seklaipun ngecewain Loe… Love you so
much Rev… Emuuuachhh…”, ucap saya sambil mengecup keningya.
“ Iya makasih ya Ton, Love to So
much ”, balasnya.
Singkat cerita, setelah kejadian
itu, pada pada akhirnya kamipun berpacaran dan kami semakin sering Hubungan
intim. Pada Akhirnya setealah kami di wisuda, dan saya mendapatkan pekerjaan di
perusahaan asing dan Revita bekerja di salah satu Bank Sawata di Indonesia.
Pada bulan juni 2015 kami memutuskan untuk menikah dan kehidupan kamipu n
selalu bahagia.
No comments:
Post a Comment