Aku masih bersekolah SMA panggil saja namaku Lia, aku
sekarang baru kelas 1 SMA banyak teman cewekku yang bilang aku itu cantik, dan
tak sedikit pula cowok cowok banyak yang mengejarku untuk menjadikan pacar,
selain cantik aku ditunjang oleh kulit putih dan ukuran payu dara ukuran 34 B ,
lumayan juga ya diumurku yang baru 17 tahun karena setiap mandi aku sering
memeras meras sendiri payudaraku.
Cerita ini bermula ketika aku ketahuan sedang merokok di WC
sekolah. Ya…aku memang pecandu berat rokok. Sehari bisa habis sebungkus. Kalau
sudah pingin ngerokok aku sering curi-curi di WC sekolah. Seperti siang itu,
setelah pulang sekolah aku langsung ke toilet wanita dan mengeluarkan rokok
dari tasku. Sambil menunggu sopirku yang memang sering datang telat, aku mulai
menyalakan sebatang rokok.
Suasana sekolah sudah sepi karena siswa dan guru-guru sudah
pada pulang, makanya aku berani. Lagi asik-asiknya merokok aku dikagetkan oleh
dua orang yang membuka pintu kamar mandi. Ternyata mereka adalah penjaga
sekolahku, Pak Togar dan Aryo. Aku pun ketangkap basah dan tak bisa mengelak.
Mereka menuduhku melakukan pelanggaran berat di areal sekolah dan harus
dilaporkan.
Tentu saja aku tidak menginginkan hal itu terjadi. Bisa
dibayangkan jika sampai kejadian ini diketahui kepala sekolah maka aku pasti
dipecat dari sekolah ini. Aku tidak mau sampai dipecat sehingga terjadi
perdebatan dan tawar-menawar di antara kami.
Aku menawarkan sejumlah uang kepada kedua penjaga seklah itu.
Kemudian Aryo sesuatu pada Pak Togar, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya
mulai cengengesan melihat ke arahku. Pak Togar lalu berkata,
“Gini saja, bagaimana kalau kita pakai sebentar body Non buat
biaya tutup mulut?”
“Huh, dasar…cowok dimana-mana sama aja, selangkangan melulu
isi kepalanya!” omelku dalam hati
Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak
lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan
punggungku ke tembok. Setelah kupikir-pikir, akhirnya aku mengiyakan juga,
daripada aku dipecat dari sekolah ini mending kurelakan tubuhku untuk kedua
penjaga sekolah ini.
Lagian aku sudah tidak perawan lagi dan termasuk gadis yang
doyan ngesex. Tapi bercinta dengan kedua orang ini membuatku agak sedikit
takut. Bagaimana tidak, Pak Togar berumur 40 tahun dengan tubuh tambun berambut
cepak sudah agak beruban dan wajah mirip tukang pukul, sedangkan Aryo baru
berumur 24 tahun, tubuhnya kurus dekil, dengan jenggot kambing yang jarang di
dagunya.
Selain itu dari segi fisik, keduanya jauh dari ganteng. Tapi
tak ada pilihan lain bagiku selain melayani nafsu mereka. Akhirnya aku
menganggukan kepala yang disambut dengan tawa dari mereka.
“Hehehe…cantik, sexy… wah beruntung banget kita Pak Togar!”
kata Aryo
“Iya Kir, anak SMA pula.ha..ha…”sambut Pak Togar tertawa
penuh kemenangan
Kedua penjaga sekolah itu lalu mendekatiku. Pak Togar
langsung melumat bibirku sebelum aku sempat protes dan berkelit, sedangkan si
Aryo meraba-raba dadaku yang kiri dari luar. Aku memejamkan mata mencoba
meresapinya, Pak Togar makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya ikut
meremas-remas payudaraku yang kanan.
Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil
melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika
berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja
lidahkupun meronta-ronta. Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk membawa diri
mengikuti arus permainan.
Dengan kuluman lidah Pak Togar yang agresif, ditambah
remasan-remasan telapak tangan mereka pada payudaraku, birahiku pun dengan
cepat naik. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan
permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Pak Togar mulai membangkitkan
nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan diri menggerakkan tangan memeluk
kepala Pak Togar. Sementara di bawah sana kurasakan sebuah tangan kasar meraba
pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, di sana Aryo mulai menyingkap rok SMA
ku dan merabai pahaku yang putih mulus.
“Mulus banget pahanya Non…bikin gemes aja..nih…he..he..”
sahut Aryo sambil tangannya makin merayap naik hingga selangkanganku.
Pak Togar lalu melepaskan ciumannya dan berkata :
”Gua juga jadi penasaran ini dengan teteknya. Semulus pahanya
ga? Hahaha…”
Pak Togar lalu beralih dadaku. Seragam SMAku yang agak ketat
disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH hitam,
itupun juga langsung diturunkan hingga dadaku terekspos di hadapan mereka.
“Wow teteknya montok sekali, putih lagi” komentarnya sambil
meremas payudara kananku yang pas di tangannya.
Seperti yang aku katakan, untuk ukuran anak SMA seusiaku,
ukuran dadaku cukup besar dengan puting berwarna merah kecoklatan. Aryo juga
langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat yang kiri.
Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin
mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Togar sambil
mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Aryo
yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan
kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras.
Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru
menimbulkan sensasi yang khas. Melihat aku semakin pasrah, mereka semakin
menjadi-jadi. Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga dapat kurasakan angin
membelai kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas.
Aryo menyusupkan tangannya ke balik celana dalamku dan mulai
mengobok-obok di dalam sana. Tangan Pak Togar yang lainnya merayap turun
mengelusi belakang pahaku hingga mencengkram pantatku.
Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan
mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Vaginaku terasa semakin becek karena
gesekan-gesekan dari jari Aryo, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan
ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan daging kecil yang tak lain
adalah klitorisku.
“Ohhhhh…..Bang…….auw!!” desahku.
Tubhku serasa lemas tak berdaya, pasrah membiarkan mereka
menjarah tubuhku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah. Aryo meraih
tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan.
Ukurannya lumayan jadi juga, walaupun perawakannya kurus dan dekil, penisnya
yang sudah tegang cukup besar sehingga membuatku terhenyak.
“Waw…keras juga, gede lagi” kataku dalam hati saat
menggenggam penisnya yang memang panjang itu.
Aku mulai mengocoknya perlahan sesuai yang diperintahkannya,
terasa benar benda itu makin membengkak saja dalam genggamanku. Tak lama
kemudian, Aryo menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah
oleh cairan kewanitaanku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu.
Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada
mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku.
“Asyik nih, siang ini kita bisa ngentot cewek cantik” celoteh
Aryo sambil meremasi bongkahan pantatku yang membulat indah itu.
“Iya…dari dulu saya sudah naksir berat sama si Non Erlina
ini, soalnya udah kece, suka pake baju seksi pula. Ga nyangka akhirnya ada
kesempatan kaya gini…hehe” timpal pak Togar.
Dia langsung membuka baju dan celananya hingga telanjang.
Masih sambil dengan berpegangan di tembok, kugerakkan mataku memperhatikan
burungnya yang baru dikeluarkan dari sangkarnya. Wow…aku membelalakkan mata tak
berkedip, soalnya ukurannya bisa dibilang menakjubkan, panjang sih tidak beda
jauh dari Aryo tapi yang ini lebih berurat dan lebar, dengan ujungnya yang
disunat hingga menyerupai cendawan.
Jantungku jadi tambah berdegup membayangkan akan ditusuk
olehnya. Sumpah deh…penisnya ini mengalahkan semua teman-teman kencanku. Jauh
lebih menggairahkan dibanding milik teman-teman SMU-ku yang pernah ML denganku.
Bahkan mengalahkan penis Tarjo pembantuku sendiri. (sebagai
informasi aku pernah ML dengan pembantuku yang bernama Tarjo. Di lain
kesempatan, akan kuceritakan pengalamanku itu).
Aku berhenti menatap takjub saat Aryo mulai menurunkan celana
dalamku. Disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam.
Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih
menggantung di kaki kanan.
Posisiku yang sedikit menungging mengakibatkan vaginaku
terpampang di hadapan mereka. Mata mereka seperti mau copot melihat
kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi dari balik rok abu-abuku
yang terangkat hingga pinggang. Aryo mendekap tubuhku dari belakang dalam
posisi berdiri.
Dengan lembut dia membelai permukaan vaginaku yang ditumbuhi
bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku,
darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu meremas-remas
dadaku.
“Sshh.. Bang” desahku dengan agak gemetar ketika jarinya
menekan bagian tengah kemaluanku.
“Tenang Non…saya gak bakal kasar kok, dijamin enak ngentot
sama si ganteng Aryo!” kata Aryo memuji diri tanpa tahu kondiri dirinya, ia
juga terus merayu sambil mengelusi bagian pangkal pahaku dengan jarinya.
Aksi Aryo berhenti ketika Pak Togar meletakkan sebuah kursi
panjang di tengah toilet. Kursi panjang itu biasa digunakan untuk duduk jika
sedang ngantri mau ke toliet. Pak Togar lalu memberi isyarat agar Aryo
menelentangkan tubuhku di atas kursi itu. Sekarang aku terbaring telentang di
atas kursi itu dengan Aryo berada di antara kedua pahaku. Dia membentangkan
pahaku lebar-lebar membuatku malu dan menutupkan tanganku di vaginaku. Dengan
gemas dia membentangkan tanganku lagi. Pak Togar lalu mendekat dan berkata :
”Non Erlina, dari dulu saya pengen suatu saat nanti agar
kontol saya bisa ngerasian bibir Non. Eh, akhirnya kesampaian juga. He.he..”
katanya sambil tertawa, “sekarang ayo buka mulutnya Non!” perintah Pak Togar
setengah menghardik.
Hal itu membuatku takut. Akupun pelan-pelan meraih benda itu,
ya ampun tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis
ukurannya.
“Ayo non, emutin kontol Pak Togar tuh, pasti yahud rasanya
kalo diemut sama Non!” kata Aryo menimpali.
aku tak punya pilhan lain. Kubimbing penis dalam genggamanku
ke mulutku yang mungil dan merah, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena
ukurannya. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus
menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku
terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku.
Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.
“Uaahh.. uueennakk banget, Non Lina udah pengalaman yah?”
ceracau Pak Togar menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di
payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku.
Di bawah sana, kurasakan Aryo mulai menjilati pahaku yang
putih mulus, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku
hanya dapat bergetar saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup
ke pangkal pahaku lalu menyentuh bibir vaginaku.
Bkan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya
juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak
seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat
naiknya libidoku. Aku makin bersemangat mengoral penis Pak Togar saking
nikmatnya yg kurasakan.
“Wah, makin gatel nih Non Lina. Awas…kontol saya jangan
sampai digigit ya. ohhhh…ohh….” kata Pak Togar.
Sambil mengoral penis Pak Togar aku menjambak rambut si Aryo
yang sedang menyeruput vaginaku. Aku benar-benar sudah terbuai dalam kenikmatan
birahi. Sebentar lagi aku akan mencapai puncak kenikmatan.
Tidak sampai lima menit, tubuhku mengejang, rasa nikmat itu
menjalar dari vagina ke seluruh tubuhku. Sensasi itu berlangsung terus sampai
kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Aryo melepaskan kepalanya dari
situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku
Badanku lemas, dan kulepaskan mulutku dari penis Pak Togar.
Pak Togar nampaknya mengerti dengan kondisiku sehingga dia tidak memaksaku
mengoral penisnya lagi.
“Emang enak ya cairan pejunya cewek SMA” sahut Aryo kepada
Pak Togar.
“Tunggu sampai lu rasain sepongannya deh Kir…pokoknya maknyus
deh! Non Lina udah pengalaman yah?” kata Pak Togar.
“Benar tuh Pak…anak-anak SMA sekarang kan doyan ngentot.
Hehehehe…”
Aku hanya mengatur nafasku sambil memejamkan mata mendengar
olok-olok mereka. Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, aku mulai
merasakan ada jari yang merenggangkan vaginaku, kemudian disusul dengan sebuah
benda keras yang menyeruak masuk.
Benda itu adalah penis Aryo, ia sepertinya buru-buru sekali
ingin menikmati vaginaku. Aku membelalakkan mata menahan nyeri ketika penisnya
menerobos vaginaku. Penis besar itu kesulitan menjebol vaginaku yang masih
sempit itu.
Kepala penisnya yang besar itu menggesek klitoris di liang
senggamaku hingga aku merintih antara sakit dan nikmat. Ia terus berusaha
menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah.
Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa
perih akibat gesekan benda itu pada milikku. Pelahan-lahan benda itu meluncur
masuk ke dalam milikku. Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan
miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku. aku tak kuasa menahan diri untuk
tidak memekik.
“ahh……….bang…….stop…….ahhhhhhh…….sakittttttt…pelan dikithh!!”
aku melolong panjang menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku
yang masih sempit, sampai mataku berar. Perasaan perih bercampur nikmat
tersebut membuat badanku mengejang beberapa detik.
“Oohh.. Non Lina sayang…peret banget.. memekmu.. enaknya!”
ceracaunya di tengah aktivitasnya.
Aryo menyetubuhiku dalam posisi doggie di atas lantai toilet,
alat kelamin kami yang bertumbukan menimbulkan bunyi plok-plok-plok. Aku sungguh
larut dalam kenikmatan ini dan tak bisa menahan desahanku.
Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat
dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga
masuk semua. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti
sebentar, namun Aryo yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia
menggerakkan pinggulnya lebih cepat.
Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan
nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami. Pak Togar tidak
menyia-nyiakan mulutku yang mengap-mengap dan terbuka lebar. Ia berlutut di
hadapanku dan dijejalinya penisnya ke mulutku sehingga teriakanku tersumbat.
Aryo makin brutal menyodok-nyodok vaginaku. Sambil menyodok,
kepalanya merayap ke payudaraku dan tangannya sesekali menampar bongkahan
pantatku karena gemas. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku
digigitnya dengan bernafsu, kocokan dan kulumanku pada penis Pak Togar pun
makin bersemangat.
Rupanya teknik oral seksku telah membuat Pak Togar ketagihan,
dia jadi begitu bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya
seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat seolah tidak
rela melepaskannya.
Bahkan sesekali dia menjambak rambutku ketika aku menggigit
pelan batangnya. Penisnya yang besar itu menyesaki mulutku yang mungil itu pun
ada sisanya karena tidak tertampung semua. Hal itu membuat aku susah bernafas.
Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah
oleh mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain makin
menghujam ke tubuhku. Aku mencoba mengikuti ritme genjotan mereka hingga
pelan-pelan akupun mulai terbiasa, serasa terbang melayang-layang aku dibuatnya
hingga akhirnya tubuhku menggelinjang. Aku mau menjerit tapi mulutku tersumbat
oleh penis Pak Togar. Bersamaan dengan itu pula genjotan Aryo terasa makin
bertenaga.
“Non…neng saya keluar nih !” erangnya panjang sambil
meringis.
Hal yang sama pula dirasakan olehku, aku tidak sanggup lagi
menahan gelombang orgasme yang menerpaku demikian dahsyat. Kami mencapai
orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di
dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan kami.
Aku melepaskan penis Pak Togar dari mulutku dan mengambil
udara segar. Tubuh telanjangku terbaring lemas di kursi panjang itu. Lelah
sekali persetubuhan liar barusan. Kurasakan punggungku sakit karena bergesekan
dengan kursi panjang itu.
“Hehe…liat nih Pak Togar, akhirnya saya bisa juga numpahin
peju ke memek bidadari sekolah kita” kata Aryo membentangkan bibir vaginaku
dengan jarinya, seolah ingin memamerkan cairan spermanya dengan bangga.
“Ngehek juga kau Kir, kenapa pula jadi kau yang duluan
ngetotin dia. Kan harusnya saya sebagai yang lebih tua darimu”. kata Pak Togar
sewot.
“Aduh maaf Pak. Habis saya gak tahan tadi. Soalnya Non Lina
ini udah dari dulu pengen saya entotin. He..he… Kalo saya ngocok pasti selalu
ngebayangin dia. Jadi mengertilah Bang. He,,he,,” kata Aryo sambil cengengesan.
Pak Togar lalu mendekatiku.
“Non Lina, bisa ga Bapak tusuk sekarang? udah ga tahan
daritadi belum rasain memeknya Non, boleh kan?” kata Pak Togar sambil
mengangkat tubuhku.
Aku tahu itu hanya basa-basi, sebab jika aku menolak
sekalipun dia pasti akan tetap melakukannya. Maka, walau masih lemas banget,
tapi kuanggukan kepala mengiyakannya.
“Tapi pelan-pelan ya…masih cape nih” kataku sambil menatap
ngeri ke penis supernya yang sudah menegang maksimal.
Dia nampaknya senang, karena sebentar lagi akan merasakan
kenikmatan gadis muda. Diangkatnya tubuhku lalu digiring ke arah wastafel lalu
aku disuruh berbalik dan tanganku bertumpu pada wastafel. Sekarang aku dapat
melihat diriku melalui cermin di hadapanku dan dari belakang kulihat dia sedang
mengagumi tubuhku dan mengelus-ngelusnya.
“Bener-bener body yang top!” pujinya sambil meremas bongkahan
pantatku dengan gemas dan menepuknya.
Saat tangannya mengelus kemaluanku tanpa sadar aku malah
merenggangkan kakiku sehingga dia makin leluasa merambahi daerah terlarang itu.
Lewat cermin kulihat dia mulai mempersiapkan penisnya dengan menggosok-gosokkan
pada bibir vagina dan anusku. Kemudian dia menyelipkan penisnya di antara
selangkanganku lewat belakang.
Tanpa buang waktu lagi, Pak Togar mendorong penisnya pada
vaginaku. Walaupun sudah becek oleh lendirku, aku masih merasa nyeri karena
penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku.
Aku merintih kesakitan merasakan penis itu melesak hingga
amblas seluruhnya. Dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan
yang semakin lama semakin tinggi.
“Benar juga katamu Kir…sempit banget…enak…ohh” sahut Pak
Togar.
Dia pasti tak habis pikir bisa menikmati gadis SMA sepertiku.
Kedua bandot ini memnag sangat beruntuk bisa menikmati tubuhku dengan gratis.
Tapi setelah kupikir-pikir toh aku juga menikmatinya. Permainan mereka telah
berhasil menggali sisi terliar dalam diriku. Tak dapat kusangkal bahwa aku
sangat menikmati persetubuhan ini.
“OH…pak terus….entot aku!!” desahku tanpa malu-malu lagi.
Cermin di depanku memantulkan bayangan wajahku yang sedang
horny, mulutku mengap-mengap mengeluarkan merintih terlebih ketika tangan kasar
itu meremas-remas kedua payudaraku sambil sesekali dipermainkannya putingku
yang sudah mengeras.
“Suka ga Non Lina bapak ginikan?” tanyanya sambil terus
menggenjot dan mempermainkan payudaraku. Nampaknya dia senang melihatku
tersiksa seperti ini.
”Aahh.. iya…suka…” desahku tak tertahankan.
Pak Togar menimpali jawabanku dengan berkata pada Aryo : “Lu
denger Kir? Katanya dia suka. Hahaha….”
“Hajar aja terus memeknya Pak. Udah gatal dia
itu….hahahahahah..” kata Aryo.
Aryo menontonku sedang bersetubuh dengan Pak Togar sambil
duduk merokok di bangku panjang.
Pak Togar makin bersemangat saja menyetubuhiku.
Tusukan-tusukan penisnya seolah merobek tubuhku, hingga 15 menit kemudian
tubuhku bagaikan kesetrum dan mengucurlah cairan dari vaginaku dengan deras
sampai membasahi pahaku.
Aku merintih panjang sampai tubuhku melemas kembali, kepalaku
jatuh tertunduk, nafasku masih kacau setelah mencapai orgasme. Tadinya kukira
dia juga akan segera memuntahkan spermanya, ternyata aku salah, penisnya masih
begitu keras dan dia masih kuat menggenjotku tanpa mempedulikan kondisiku yang
mulai kepayahan.
Rambut panjangku dijambaknya sehingga kepalaku terangkat,
kembali kulihat adeganku melalui cermin dimana tubuhku yang telah mandi
keringat tergoncang-goncang, nampak pula payudara terayun kesana-kemari.
Sudah seperempat jam berlalu, selama itulah aku digenjotnya
namun belum terlihat tanda-tanda akan orgasme, justru nafsuku mulai bangkit
lagi. Variasi gerakannya sangat lihai sampai membuatku berkelejotan, juga
staminanya itu sungguh diluar dugaan.
Mendadak dia menarik lepas penisnya, aku sudah siap menerima
semprotan spermanya, namun…ooohh..tidak! penis itu masih mengacung dengan
gagahnya. Dia lalu duduk di kursi panjang tadi,
“Sini Non, kita main pangku-pangkuan!” suruhnya seraya
menepuk paha.
Aku menurut saja dan tanpa diminta lagi aku naik ke
pangkuannya, tanpa malu-malu lagi aku melingkarkan tangaku di pundaknya. Akupun
dengan senang hati menuntun penisnya memasuki milikku, dalam posisi seperti ini
aku dapat lebih aktif bergoyang.
Setelah menurunkan tubuhku hingga penisnya amblas ke dalam
vaginaku, aku pun mulai bergoyang di pangkuannya. Pak Togar pun membalas
gerakkanku dengan menyentak-nyentak pinggulnya berlawanan denganku sehingga
tusukannya makin dalam. Kedua tangannya menggerayangi tubuhku terutama payudara
dan punggung.
“Ohhh.oohhhhh……ohhhh.” hanya itu yang keluar dari mulutku.
Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan
naik-turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Togar mengerang
karena penisnya terasa diplintir. Wajahnya dibenamkan pada belahan dadaku,
putting kiriku disedot dan dikulumnya dengan rakus.
Kunaik-turunkan tubuhku dengan gencar sampai dia
melenguh-lenguh keenakan.
“Uuugghh…oohh…memek SMA enak banget, nngghhh…memek
anak..sma..!!”.
Aryo menonton adegan kami sambil mengelus-elus penisnya, dia
ingin memancing adik kecilnya untuk `bangun`.
“Ayo…goyang Non…oohh!” Pak Togar sepertinya ketagihan dengan
goyanganku. Tangannya tetap meremas-remas dadaku, bahkan sesekali mulutnya
menggigit payudaraku. Kontan aku menjerit-jerit makin kuat. Jeritanku membuat
Pak Togar makin bernafsu begitu juga Aryo, dia tidak tahan hanya menonton saja.
Dia mendekat dan berdiri di sebelahku, penisnya mengacung di depan mukaku. Dia
mengelus-eluskan benda itu pada pipiku yang halus.
“Emut non…ayo buka mulutnya!” sambil mengarahkan batangnya ke
mulutku yang mendesah-desah.
Dengan setengah memaksa dia menjejalinya ke mulutku. Aku yang
tak punya pilihan lain langsung memasukkan penis itu ke mulutku. Kusambut
batangnya dengan kuluman dan jilatanku,
aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus
menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, ntah
kenapa aku tidak merasa jijik.
Malah kupakai ujung lidahku untuk menyeruput cairan yang
tertinggal di lubang kencingnya. Hal itu membuat Aryo blingsatan sambil
meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak
Togar.
”ah uh ah….hhhhh………”suara-suara itu membahana di kamar mandi
itu. Untung suasana sekolah sudah sepi kalau tidak bisa berabe.
Dengan tetap bergoyang, aku juga mengisap-ngisap penis Aryo
makin keras hingga membuat batangnya menegang maksimal. Tangannya merayap ke
bawah menggerayangi payudaraku. Dia sangat pandai meremas-remas titik
sensitifku, sehingga aku dibuatnya melayang-layang.
Gelombang orgasme sudah di ambang batas, aku merasa sudah mau
sampai, namun Pak Togar menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama.
Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan segera
keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga.
“Aaaahhhhh….hhhhhhhh!!!!” desahan panjang keluar dari
mulutku, kepalaku mendongak ke atas menatap langit-langit kamar mandi sehingga
penis Aryo yang sudah menegang maksimal lepas dari bibirku.
Aku dan Pak Togar orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di
dalam rahimku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental
itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.
Ak ambruk ke depan, ke dalam pelukan Pak Togar. Dia peluk
tubuhku sambil penisnya tetap dalam vaginaku, kami berdua basah kuyup keringat
yang mengucur. Aku merasakan kehangatan dalam dekapan pria itu. Tanpa
memperdulikan tubuhku yang lemas Aryo langsung mengangkat tubuhku dari Pak
Togar. Dia lalu membuatku menungging diatas lantai dengan tangan bertumpu pada
kursi panjang itu.
“Mau ngapain lagi sih Bang?” tanyaku. “udah dulu dong, Lina
dah cape nih” keluhku yang tidak dipedulikannya.
Dia menepuk-nepuk pantatku yang montok. Dia kemudian meludahi
bagian duburku beberapa kali. lalu digosok-gosokkan dengan jarinya ke daerah
itu. Aku memejamkan mata dan berharap semoga dia tidak menyerang anusku, karena
aku sudah membayangkan ngerinya kalau batangnya itu membobol pantatku yang
masih perawan.
Aku belum pernah anal seks sebelumnya dan tidak punya
keinginan untuk melakukannya karena membayangkannya juga sudah sakit. Sunguh
aku lemas jika membayangkan rasa sakit jika penisnya menusuk-nusuk anusku
seperti menusuk-nusuk vaginaku. Belum habis aku berfikir aku dikejutkan oleh
sebuah benda lonjong di bibir lubang anusku. Aku pun kontan menarik pantatku.
Tapi Aryo malah menarikku. Aku terkejut dan mencoba berontak
“Jangan bang…jangan di situ…. Sakit!” ibaku.
“Tahan Non, masih baru emang sakit, tapi ntar pasti enak kok”
katanya dengan tenang.
Aku masih meronta-ronta tapi Pak Togar memegangi tubuhku.
Nampaknya dia memberi kesempatan bagi Aryo menikmati anusku. Dia perlahan-lahan
mendorong penisnya masuk ke anusku. Anusku pun kontan mengerut. Dia masih terus
berusaha melicinkan jalan penisnya.
Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya ia
berhasil memperawani anusku. Aku memeluk tubuh Pak Togar karena saking perihnya
baru pertama kali ditusuk bagian sana. Dia diamkan sebentar penisnya disana
untuk beradaptasi sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini juga kupakai
untuk membiasakan diri dan mengambil nafas.
“Auhhh….sakit…” Aku menjerit keras saat dia mulai
menghujamkan penisnya. Secara bertahap sodokannya bertambah kencang dan kasar
sehingga tubuhku pun ikut terhentak-hentak. Aku tidak bisa melukiskan rasa
sakit yang aku rasakan.
Tanpa menghiraukannku dia tetap mengengot duburku. Untuk
merangsangku, Pak Togar meraih kedua payudaraku yang bergoyang dan
diremas-remasnya dengan lembut. Tapi remasannya kalah dibandingkan rasa sakit
yang kuterima.
“pak..u..da..ah….Erlina..sa..kit” jeritku panjang.
Keringat dan air mataku bercucuran. Jeritanku itu bukannya
membuatnya kasihan malahan membuatnya makin bernafsu. Dengan keras dia
sodok-sodokan penisnya dan pantatku yang mulus itu diremas-remas dengan brutal.
Suara rintihanku saling beradu dengan lenguhan. Lambat laun
mulai kuraskan nikmat sedikit. Tapi walaupun begitu air mataku tetap bercucuran
akibat sensasi nikmat di tengah-tegah rasa perih dan ngilu. Rasa sakit itu
kurasakan terutama pada dubur, aku mengaduh setiap kali dia mengirim hentakan
dan remasan keras, namun aku juga tidak rela dia menyudahinya. Terkadang aku
harus menggigit bibir untuk meredam jeritanku.
“aduh, sempit banget nih pantat.” desahnya sambil terus
menggenjotku.
“Udah bangsat. Hentikan. Sak…..it…..” kata-kata kasar keluar
dari mulutku, tapi dia bahkan tidak peduli.
Aku terus memaki dan memakinya agar berhenti. Untuk meredam
suaraku Pak Togar lalu mamasukkan penisnya ke mulutku dan memaksaku
mengemutnya. Dia bahkan mulai kasar dengan menjambak rambutku.
Aku tak punya pilihan lain selain mengoralnya. Hitung-hitung
pengalih rasa sakit vaginaku. Kusedot dengan keras penis hitam itu. Kubuat
pemiliknya medesah-desah. Walau masih lengket-lengket bekas persenggamaan
barusan, kupakai lidahku menyapu batangnya. Aku dapat melihat ekspresi
kenikmatan pada wajahnya akibat teknik oralku.
Tiba-tiba Aryo melingkarkan kedua lengannya ke ketiakku dan
menarik bahuku. Kedua lenganku sekarang terkunci oleh lengan Aryo dan terentang
ke samping, membuatku terpaksa melepaskan kulumannya pada penis Pak Togar.
Dalam posisi seperti itu Aryo kemudian menarik tubuhnya
sehingga kami berdua terlentang di lantai kamar mandi itu dengan posisi tubuhku
ada di atasnya.
Melihat hal itu, Pak Togar ikut maju, dipentangkannya kedua
belah pahaku dan ditekuknya ke arah samping sehingga mengangkang seperti kodok,
membuat vaginaku terkuak lebar.
“Oohh… janganh.. ahhh…hentikan……….”Aku berteriak takut saat
menyadari apa yang akan dilakukan oleh Pak Togar. Pelan-pelan Pak Togar mula
mendekatkan penisnya ke vaginaku. Aku berontak menyadari bahwa akan ada 2 penis
besar dironggaku. Pasti sangat sakit pikirku. Tapi aku tak bisa berbuat banyak
karena Aryo memegangi tubuhku hingga aku tak bisa bergerak.
“AAHHHHHKKK…am…pun………….nnnnn……..” aku menjerit saat penis Pak
Togar menembus liang vaginaku.
Sekarang dua batang penis besar memasuki tubuhku dari depan
dan belakang. Aku meronta-ronta hebat saat secara bergantian Aryo dan Pak Togar
menggenjot tubuhnya. Tubuh ku mengeliat-liat di dalam himpitan kedua penjaga
sekolah buruk rupa itu.
Dan sambil menggenjot vaginaku, Pak Togar juga sibuk menciumi
dan melumat bibirku. Aku merasa tersiksa dihimpit kedua penjaga sekolah brutal
ini, tapi sebenarnya Aku juga merasakan sebuah sensasi hebat yang bergolak dari
dalam tubuhku, bagaikan api besar yang membara dan meledak-ledak, membuatku
akhirnya tenggelam dalam permainan seks bertiga itu. Apalagi ternyata Aryo dan
Pak Togar sangat lihai dalam urusan seks, membuat sensasi dalam tubuhAku
meledak.
“aahhh… ahhhh… mau nyampe…….. oohhh… udaaaahhh… oohhh…
udaaahhh…”Aku merintih-rintih merasakan orgasmenya setiap saat bisa meledak.
Tapi kelihaian Aryo dan Pak Togar dalam bersenggama membuat mereka bisa menahan
orgasmeku. Mereka tidak ingin Aku selesai dengan mudah.
Setiap kali Aku akan meledakkan orgasmenya, setiap kali pula
mereka menghentikannya dengan bermacam cara, seperti dengan menghentikan
genjotan penisnya, atau menjambak rambutku sampai kesakitan dan melupakan
dorongan orgasmenya.
Aku benar-benar dibuat takluk oleh kedua penjaga sekolah itu.
Kurasakan wajahku panas merasakan sensasi orgasmenya berulang kali berhasil
digagalkan.
Entah berapa lama tubuhku berada di dalam himpitan dan
genjotan kedua penjaga sekolah itu.Aku sendiri sampai terlalu payah untuk
merintih, tubuhnya sekarang hanya tergetar dan menggeliat setiap kali hendak
orgasme.
“Gimana rasanya dikeroyok kaya gini Non Erlina? Ngomong
dong..” kata Pak Togar sambil terus menggenjot vaginaku.
“Eeeghh… ennaaakkk… Oohhhh… Nikmathh… Ahhhhh…..” jawabku
sambil membiarkan kedua puting payudaraku dijilat dan digigit kecil oleh Pak
Togar.
“Apa Non mau lain kali ngentot bareng kita lagi?” tanya Aryo
dari belakang.
“Ehhkkhh…. iyaahhh… mauuhhh… oohhh…” aku menjawab asal saja.
Mendengar hal itu Aryo makin bersemangat menggenjotkan
penisnya di anusku. Hal itu berlangsung sekitar 15 menit lamanya sampai aku
merasakan tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit
panjang dan memeluk Pak Togar erat-erat sampai kukuku mencakar punggungnya.
Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai akhirnya
melemas kembali dalam dekapan mereka. Namun mereka masih saja memompaku tanpa
peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang keluar dari mulutku pun
terdengar makin tak bertenaga.
Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku
sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat
oleh Pak Togar, dan Aryo menjambak rambutku. Aku lalu merasakan cairan hangat
menyembur di dalam vagina dan anusku. Mereka berdua pun terkulai lemas diantara
tubuhku dengan penis masih tertancap.
Tanpa disadari, ada seseorang di luar sana yang telah
mengetahui perbuatan mesum kami di toilet ini. Tiba-tiba saja pintu terbuka dan
orang itu masuk
“Hei, apa-apaan kalian? Ini sekolah, bukan tempat untuk main
gila!” bentaknya
Tentu saja kami pun terkejut dan melihat ke arah Ms. Alice,
guru Bahasa Inggris yang berasal dari Amerika itu, berdiri berkacak pinggang
dengan muka yang marah. Perlu diketahui bahwa sekolahku adalah sekolah
internasional jadi tidak heran ada beberapa guru native yang mengajar di sini.
Ms. Alice adalah seorang wanita berumur 24 tahun, berambut merah pendek dengan
tubuh terbilang jangkung kalau dibandingkan tinggi badan wanita Asia pada
umumnya.
Ia sudah dua tahun di Indonesia sehingga sudah cukup lancar
berbahasa Indonesia. Aku yang masih kaget buru-buru metutupi dadaku yang
telanjang dengan kedua lengan. Mata Ms. Alice terpaku melihat melihat batang
kemaluan kedua pria itu yang setengah ereksi itu.
Melihat reaksi Ms. Alice yang terdiam dan matanya mengarah
pada kemaluan pria itu, Pak Togar timbul nyalinya untuk maju mendekati Ms.
Alice, matanya menatap mata hijau wanita bule itu dengan tajam. Aneh, Ms. Alice
yang tadinya tampak galak tiba-tiba terdiam dan melangkah mundur setengah
langkah. Tanpa aba-aba, Pak Togar menarik lengan Ms. Alice dan dengan cepat
mendekap tubuhnya.
“No…tidak…mmmhhh!” sebelum Ms. Alice menyelesaikan
kata-katanya bibirnya sudah lebih dulu dilumat dengan ganas oleh Pak Togar.
Ms. Alice berusaha melepaskan diri dengan mendorong tubuh
penjaga sekolah itu, tetapi tenaganya tentu kalah dibanding pria itu. Pak Togar
menyibak rok Ms. Alice hingga terlihat pahanya yang jenjang dan putih mulus,
tangan kasar itu langsung menggerayangi kemaluan Ms. Alice dari luar celana
dalamnya.
Mereka bergumul beberapa saat hingga akhirnya dorongan tangan
Ms. Alice mulai berubah menjadi pelukan dan elusan liar, ia mulai membalas
cumbuan Pak Togar dan bermain lidah dengannya.bertarung dan tangan Ms. Alice
meraih penis Pak Togar.
Ciuman mereka terpisah beberapa saat untuk mengambil nafas.
“Puasin saya Pak…yah setubuhi saya dengan your big cock!”
pinta Ms. Alice dengan suara lirih, kelihatannya ia sudah terangsang berat.
Pak Togar menurunkan celana dalam Ms. Alice lalu melepas
bajunya dengan kasar. Ms. Alice agak kaget tetapi diam saja. Batang kemaluannya
yang dari tadi dielus-elusnya itu kini digesek-gesekkan oleh Pak Togar di
selangkangannya. Ms. Alice menyandarkan punggungnya ke tembok dan mulai
mengerang keenakan.
Aku pun kembali merasakan seseorang meremas-remas buah dadaku
dari belakang, ternyata Aryo yang nafsunya bangkit lagi siap untuk memulai
babak berikutnya. Aku pun melingkarkan tangan memeluk lehernya, kutengokkan
wajah ke samping dan ia menyambut bibirku, kami kembali berciuman.
Penisnya yang sudah bangkit lagi bergesekan dengan belahan
pantatku. Kulihat di sudut sana, Ms. Alice pun mulai mengerang dan mendesah,
tangannya membuka kait branya sendiri lalu menurunkan cupnya sehingga
payudaranya pun terkuak.
Pak Togar langsung memainkan buah dada wanita bule itu dan
mereka pun berciuman dengan panas. Setelah beberapa saat saling merangsang, Pak
Togar membawa Ms. Alice ke bangku panjang dan membaringkannya telentang di
atasnya. Kemudian mulailah ia memasukkan batang kemaluannya yang sudah siap
tempur itu ke dalam liang kemaluan Ms. Alice.
Sodokan-sodokan pertama dimulainya dengan pelan-cepat
pelan-cepat dengan ritme yang secara random. Ms. Alice mendesah dan menggumam
dalam bahasa Inggris menerima sodokan-sodokan penis pria itu.
Sementara tubuhku juga telah kembali bersatu dengan Aryo,
sambil mendekapku dari belakang ia memasukkan penisnya ke vaginaku, tubuhku
dibungkukan ke depan membentuk sudut 90 derajat dan ia memegangi kedua pergelangan
tanganku. Ia pun memulai genjotannya terhadap vaginaku. Dalam posisi begini
kedua payudaraku nampak jelas sekali berayun-ayun mengundang selera.
“Uuugghhh…asoy nih, memek bule, sedappphh!” ceracau Pak Togar
sambil terus menggenjot vagina Ms. Alice dengan berpegangan pada kedua
pergelangan kaki wanita itu.
Ms. Alice terlihat pasrah, tubuhnya yang sudah telanjang
bulat tersentak sentak di atas kursi panjang itu. Aku melihat jelas vagina Ms.
Alice yang bulunya juga kemerahan itu diterobos penis pak Togar yang besar dan
berurat.
Desahan pelan yang seksi dari guru Bahasa Inggrisku itu
membuatku panas dingin menyaksikannya. Ms. Alice sama sekali tak terlihat
diperkosa, bahkan dengan penuh penyerahan ia menyambut setiap tusukan pak Togar
dengan sedikit mengangkat pinggulnya, nampaknya ia sudah lama tidak menikmati
kenikmatan seks sehingga sekarang demikian larut di dalamnya.
Sepuluh menitan kemudian mereka berganti posisi, kini Pak
Togar telentang di bangku panjang dan sebelum ia sempat meminta, Ms. Alice sudah
lebih dulu meraih penis besarnya dan menjilatinya dengan bernafsu.
Wajah Ms. Alice nampak liar ketika menjilati penis itu sambil
mengocoknya persis seperti artis-artis porno di film-film produksi Vivid dan
Private, berbeda sekali dengan kesehariannya ketika mengajar di kelas yang
anggun dan keibuan.
Sedangkan aku kini sedang disetubuhi Aryo dengan punggung
bersandar ke tembok dan kedua kakiku diangkat olehnya, ternyata kurus-kurus
begini kuat juga dia menopang tubuhku. Penisnya menghujam-hujam vaginaku, terkadang
bibir kami bertemu dan saling bermain lidah. Aku sudah benar-benar mandi
keringat karena sudah bergulat sejak tadi, tapi herannya kedua orang ini
sepertinya belum puas juga mengerjaiku apalagi sekarang ditambah Ms. Alice.
“Aahh..ahhh…kuat banget sih Bang, mau sampe kapan nih?”
desahku di tengah pergumulan kami
“Hehehe…mumpung dapet rejeki Non, kapan lagi bisa gini,
makannya kudu dipuas-puasin sekarang…huuhhh….uuhh!” jawabnya tanpa menghentikan
genjotan
“Enngghh…Bang…” aku melenguh keenakan ketika tiba tiba
penisnya menyodok dalam-dalam.
Cairan cintaku yang sudah kembali meleleh melumasi vaginaku
membuat sodokan itu terasa begitu nikmat. Apalagi urat urat yang menggerinjal
itu berdenyut denyut, membuat aku kehilangan kontrol dan mulai menggerakkan pinggulku
menyambut tiap genjotannya.
“Enak kan Non?” tanya Aryo dengan senyum mengejek.
“Iyah Bang… enakkhh.. ooohh” jawabku yang sedang dimabuk
birahi.
Dalam diriku sekarang ini hanyalah mengejar orgasmeku, tak
kuperdulikan celotehan Aryo yang mengejekku dengan cara menirukan desahan,
erangan dan lenguhanku. Aku menggerakkan mata ke arah bangku panjang, ternyata
mereka sedang bergaya 69.
Pak Togar sedang asyik-asyiknya menjilat dan mencucuki vagina
Ms. Alice yang di atas tubuhnya, ia membenamkan wajahnya pada vagina berbulu
kemerahan itu seolah mau melahapnya. Ms.
Alice dengan badan menggeliat-geliat menahan nikmat juga
tidak kalah agresif mengoral penis penjaga sekolah itu sehingga pria itu
melenguh nikmat dan berkelejotan.
Setelah itu Ms. Alice melanjutkannya dengan naik ke penis Pak
Togar, setelah menempelkan kepala penis itu pada bibir vaginanya, Ms. Alice
menurunkan tubuhnya dan blesss…penis Pak Togar pun terbenam dalam vaginanya.
Ia mulai menaik turunkan tubuhnya hingga vaginanya terpompa
oleh penis itu. Pak Togar dibuatnya kelabakan dan mengerang ngerang dengan
goyangan tubuhnya yang ganas. Aryo sudah hampir selesai denganku, ia sudah mau
keluar. Sebelum ngecrot ia menurunkan tubuhku dan menyuruhku berlutut.
Di depan wajahku ia kocok penisnya dan
crottt…croott…spermanya muncrat diiringi erangannya. Wajahku pun basah karena
cipratan cairan putih kental itu. Aku membuka mulut menyambut cipratan sperma
itu, setelah semprotannya melemah, kuraih benda itu dan langsung kumasukkan
mulut dan kuemuti dengan nikmatnya penisnya yang mulai lembek bercampur sperma
dan cairan kewanitaanku itu.
Aryo akhirnya terduduk lemas di lantai, aku yang belum
mencapai orgasme menghampiri Pak Togar yang sedang sibuk dengan Ms. Alice di
atas bangku. Kunaiki wajah Pak Togar dengan posisi berhadapan dengan Ms. Alice,
sehingga lubang kemaluan dan pantatku tepat mengarah ke wajah pria itu. Tanpa
kuminta aku sudah merasakan lidahnya menjilati liang kemaluanku yang basah itu
dan memainkan klitorisku.
Pada waktu yang sama, aku mulai menciumi Ms. Alice dan
memainkan buah dadanya, begitu pula dengan Ms. Alice yang membalas ciumanku
dengan ganas dan juga meremas payudaraku. Ia menjilati cipratan sperma yang
membasahi wajahku itu hingga bersih.
“You…naughty girl…sshh…I’ll punish you for this!” katanya
sambil mendesah di dekat wajahku.
Aku hanya tersenyum nakal memandangnya lalu kupagut bibirnya
dan kamipun berpelukan sesama wanita dan beradu lidah. Lima menit kemudian
bibirku merayap turun ke lehernya terus dengan tujuan payudaranya. Putingnya
yang coklat itu pun akhirnya kutangkap dengan mulutku dan kuemut-em
“Uuuhh…I’m coming…yeesss…aaahh…aahh!” Ms. Alice mendesah
panjang beberapa saat kemudian diiringi dengan tubuhnya yang mengejang.
Ia semakin cepat menaik-turunkan tubuhnya di atas penis Pak
Togar hingga akhirnya kulihat tubuhnya semakin berkelejotan, ia mencengkram
erat kedua lenganku menyongsong orgasme hingga melemas dalam dekapanku.
“Weleh…weleh hari ini hoki banget udah dapet cewek SMA dapet
gurunya lagi…mana bule pula!” sahut Aryo berjalan menghampiri kami, “yuk sini
Miss, gua pengen ngerasain memek bule nih!”
Ia menarik tubuh Ms. Alice yang masih lemas pasca orgasme.
Karena masih belum pulih tenaganya Ms. Alice pun tersungkur di lantai. Melihat
itu, Aryo duduk di lantai dan menaikkan tubuh guru bahasa Inggrisku itu ke
pangkuannya dalam posisi berhadapan. Ia mengarahkan penisnya yang sudah keras
lagi ke vagina Ms. Alice yang dengan pasrah mengikuti saja arahannya.
“Aaaahh!!” terdengar desahan lirih dari mulut wanita berambut
merah itu saat ia menurunkan tubuhnya hingga vaginanya tertancap di penis Aryo
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Aryo mulai
menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas membuat Ms. Alice mendesah nikmat
sambil berpelukan pada tubuh kurusnya. Penjaga sekolah bertubuh kurus itu
membenamkan wajahnya pada dada Ms. Alice dan dengan bernafsu ia melumat
payudaranya yang berukuran lumayan besar itu secara bergantian.
“Non Lina, bapak tusuk lagi yah!” pinta Pak Togar di bawah
selangkanganku, sepertinya ia sudah cukup puas melumat kewanitaanku, terlihat
dari mulutnya yang sudah belepotan cairanku.
Aku mengangguk saja mengiyakannya, lalu ia menyuruhku
berposisi doggie di lantai. Setelah bertumpu dengan kedua lutut dan telapak
tanganku, aku merasakan kepala penisnya kembali melesak masuk ke vaginaku.
“Uuuhhh!” desahku lirih dengan wajah terangkat.
Ia memompa tubuhku dengan penuh nafsu. Tangannya meraba dan
meremas-remas payudaraku yang bergelayutan. Sambil terus memompa, tangan
satunya meraih payudara Ms. Alice yang sedang bersetubuh dengan Aryo di
sebelahnya.
Tangannya yang menggerayangi payudaraku makin ganas sambil
sesekali memilin-milin puting susuku. Tubuhku tersentak-sentak karena pompaan
Pak Togar, kutengokkan kepalaku ke samping belakang melihat Ms. Alice sedang
menaik turunkan tubuhnya di atas penis Aryo sementara payudaranya dikenyot pria
kurus itu dan payudara satunya diremas-remas Pak Togar. Ms. Alice sepertinya
sudah pulih tenaga dan birahinya, terlihat dari goyangnya yang liar itu.
“Ooohhh…uuhh…Lina…Lina!!” ia memanggilku di tengah desahannya
“Yes Miss?” jawabku
“Please…aahhh…remember…remember to keep this little secret,
ok…hhhmmhh!” katanya dengan lirih.
“Sure…ahhhh…I do!” jawabku menyanggupi
Kami terus berpesta seks di toilet selama hingga setengah jam
ke depan, aku terpaksa minta berhenti karena sudah mencapai batas staminaku
sedangkan mereka masih tampak bersemangat. Untungnya ada Ms. Alice sehingga
mereka mengijinkanku pulang lebih dulu.
Setelah aku berpakaian Aryo sedang menyetubuhi Ms. Alice dalam
gaya doggie sementara Pak Togar di depannya menyetubuhi mulut guruku itu. Aku
berpamitan pada mereka dan keluar menutup pintu membiarkan mereka yang di dalam
meneruskan kegiatan mereka berasyik masyuk.
Sungguh tubuhku terasa lemas sekali, berjalan pun terasa
nyeri pada vagina dan pantatku, terutama anusku yang kurasakan sakit dan
sekarang terasa terbuka longgar. Demikian sekilas petualangaku dengan kedua
penjaga sekolahku yang kelak terulang lagi dan lagi pada hari-hari berikutnya.
Aku semakin tak dapat melepaskan diri dari kenikmatan yang mereka berikan dan
menjadi budak seks mereka sampai aku lulus SMA.
Aku senang karena mereka mewarnai kehidupan seks masa SMA-ku
dengan variasi seks yang belum berbeda dari yang lain. Sejak saat itu jika ada
kesempatan aku selalu bercinta dengan mereka. Tak jarang aku mengundang mereka
ke rumahku jika keadaan sepi. Di rumah kami menikmati kepuasan mulai dari kamar
tidurku, ruang tamu sampai kamar mandi. Bahkan beberapa kali aku mengajak
mereka untuk pesta seks dengan teman-teman SMAku yang cantik-cantik,
ya…sahabat-sahabat dekatku yang kebetulan sama-sama petualang seks.
Ms. Alice, guru Bahasa Inggrisku itu, bukanlah satu-satunya
orang lain yang terlibat dalam kehidupan seksku yang liar, guru les pianoku
yang gadis alim itu pun juga tak terkecuali, lalu ada juga adik sepupuku dan
seorang guru muda cantik di sekolahku yang ikut terseret dalam kehidupan gilaku
ini. Pak Togar sesekali mengajak kenalannya yang lain untuk ikut menikmati
tubuhku dan juga teman-temanku. Biasanya yang diajak adalah lelaki yang paruh
baya namun staminanya bagus. Aku hanya berpesan agar mereka tidak ember
membocorkan semua ini, I love my sex life!
No comments:
Post a Comment