Perkenalkan namaku Chris dulu aku
lulus di tahun 2009 dan sekarang aku bekerja sebagai pegawai swasata PDAM
Malang, usiaku saat ini 24 tahun, dan aku baru punya cewek yang sedang kuliah
usianya lebih muda dari aku, perlu diketahui aku sudah naksir dia dari kelas 2
SMA, namanya Muti tapi dari orangtuanya tidak setuju jika dia berpacaran
denganku.
Oh.. iya, kejadian yang akan
kuceritakan ini kira-kira terjadi pada bulan Agustus 2002, saat itu aku sedang
main ke rumahnya yang berada jauh dari kotaku, Malang, karena lokasi Muti ada
di Surabaya. Setelah menempuh dua jam perjalanan, Aku pun sampai di rumahnya.
Aku langsung ketuk pintu rumahnya.
“Permisi.. Muti.. ada?”, ucapku
pada orang tuanya.
Selanjutnya mereka memanggil
namanya, tak lama kemudian Muti pun muncul dengan pakaian yang cukup seksi,
dengan mesra Muti menyambutku dengan memeluk dan menciumku!
“Hai.. baru nyampe yah”, ucapnya.
“Iya.. nih”, jawabku.
Aku pun kemudian masuk ke
rumahnya, disana hanya ada nenek serta adik-adiknya saja kerena ibunya berada
di Jakarta.
Singkat cerita setelah
ngobrol-ngobrol, Muti mengajakku pergi nonton ke bioskop 21 Surabaya. Aku hanya
tersenyum menuruti kemauannya.
Dalam perjalanan Muti senantiasa
bergayut mesra di tanganku bahkan kadang-kadang Muti menciumku tanpa rasa risih
sedikitpun. Jam 15.30 kami sudah sampai di bioskop yang kami tuju lalu kami
memesan tiket dan sengaja memilih tempat paling pojok atas.
“Biar lebih enak”, katanya.
Satu jam ruangan theater pun
dibuka tanda pertunjukan akan segera dimulai, aku dan diapun segera masuk
menuju ke kursi paling pojok atas, saling bergandengan. Walau baru masuk dan
lampu masih terang, Muti sudah tampak begitu bernafsu.
Itu terlihat dari sorot mata dan
tindakan Muti yang sering “nyosor” menciumku. Ketika film dimulai maka lampupun
dipadamkan sehingga petualanganpun kami dimulai.
Dalam keremangan kulihat Muti
tersenyum manis terhadapku lalu dia berbisik padaku, “Say.. Aku cinta kamu..
peluk aku dong say..”.
Akupun dengan tersenyum langsung
merengguh Muti dalam pelukanku, entah siapa yang memulai bibir kamipun sudah
bertemu dan melakukan French kiss, sungguh indah dan nikmat berciuman
dengannya. Muti begitu pandai memainkan lidahnya.. kamipun mulai saling julur lidah
dan saling melumat tak terasa desah indaHPun mulai kudengar dari mulut Muti
“Mmhh..”, Muti melenguh pelan.
Segera bibirnya kulumat dengan
panas. Lidahku menyusup ke dalam mulutnya yang agak terbuka, mengais-ngais
lidah dan rongga mulutnya. Mulutnya mulai bereaksi membalas lumatanku.. cukup
lama lidahku bermain dalam mulutnya.
Tanganku yang mengelusi lehernya
mulai turun menyusuri leher ke bawah menuju buah dadanya. Dari luar pakainnya,
tanganku menggapai.. meraba dada kanannya lalu dada kririnya. Perlahan tanganku
mulai meremas lembut buah dada tersebut.
“Mmhh.. hh..”, Muti kembali
melenguh pelan.
Sementara mulut dan lidahku
kembali menyerang dengan ganasnya. Tanganku mulai menarik lepas ujung bawah
pakainnya dari dalam celana dan menyusup masuk. Kusentuh lansung perutnya yang
halus terus ke atas menuju dada kanan.
Tanganku kembali meremas-remas
dada dari luar beha. Sementara itu di atas Muti dengan panas mengimbangi
kulumanku. Lidahnya tak mau kalah menyelusup ke dalam mulutku. Lidah kami
saling membelit dengan mulut menghisap kuat.
Tanganku bergerak melakukan
belain mesra pada setiap lekuk tubuhnya. Kuremas punggungnya, rambutnya, lalu
Tanganku mulai menyusup dari celah cup beha masuk menyentuh langsung dan
membelai mesra buah dadanya.
Jariku mencari-cari puting
payudaranya. Putingnya terasa mungil namun tegang mencuat. Kuelus?elus dengan
jari sambil sesekali kupilin pelan. Lenguhan Muti semakin keras. Kualihkan
serangan bibir dan lidahku ke lehernya yang halus.
“Oouhh..”, erang Muti.
Mutipun mulai mengerang
kenikmatan. Kuremas susunya yang masih keras dan kenyal lalu ku coba melepaskan
satu.. dua.. tiga kancing bajunya. Sekarang buah dadanya sudah terbuka. Dadanya
begitu putih dan indah sekali, terbungkus beha ukuran 32 B warna krem berenda
menutupi buah dada yang tidak begitu besar.
Achh.. Aku sampai menelan ludah
menyaksikan keindahan bukit yang ranum itu. Kutatap sejenak wajah Muti yang
tampak merona merah menahan nafsu, kembali mulutku mengecupi leher dan belakang
telinga, sementara tanganku sudah menyusup kebalik beha meremasi dan membelai
mesra secara langsung bukit dada yang sudah mengembang tegang. Jariku memilin
putingnya yang mungil.
“Oouuhh..”, Muti melenguh sambil
menggelinjang.
Tanganku terus bermain di bukit
dadanya sebelah kanan kemudian berpindah ke dada kiri. Mulutku bergerak
menyusuri leher, dengan jilatan panas dan basah terus menuju bawah. Kubelai dan
kukecup buah dadanya dari atas behanya oh.. begitu halus sekali kulitnya.
Kuremas buah dada itu dari balik behanya.
“Ouggh..”, desisnya nikmat
membuatku semakin bernafsu saja.
Sementara tanganku keluar dari
dalam cup beha menyelinap dan mengelus-elus punggungnya yang halus. Kubuka
kaitan behanya di punggung, lepas sudah. Kupandangi wajahnya, matanya terpejam.
Terpampang lah keindahan yang sesungguhnya dan benar-benar elok.
Wow.. buah dadanya begitu putih,
mulus, kencang, dihiasi puting kecil mungil berwarna kemerahan di kedua
ujungnya. Walau memang tidak terlalu besar, bahkan cenderung kecil namun tampak
sangat kenyal sekali bagai buah apel muda.
Tapi justru itulah keindahannya.
Buah dada yang tidak besar namun kencang seperti yang umumnya dimiliki gadis
chinese, sungguh mendatangkan pesona bagai sihir yang sangat luar biasa dan tak
pernah habis.
Perutnya rata, putih halus tanpa
noda dihiasi dengan pusar yang indah. Mulutku segera mendarat di perut, lidahku
menjilati pusarnya, bergerak terus ke atas dengan jilatan hangat menyusuri
perut menuju dada kirinya. Sesampai di dada tidak langsung menuju pusat tapi
mengitari lereng bukit dadanya dengan jilatan basah.
lalu dengan lembut ku kecup susu
itu secara melingkar di setiap sisinya.
“Achh..oughh.. Mas..”, Muti
kembali mengerang.
Puas menyusuri lereng dadanya
mulutku menuju puncak dadanya, lidahku menjilati putingnya dengan mesra.
Kemudian mulutku pun langsung mengulum buah dada tersebut. Buah dada kiri itu
segera hilang dalam mulutku.
Mulutku langsung menyedot kuat
sambil lidahku mengais-ngais putingnya. Di bawah, jariku sudah masuk ke dalam
kemaluannya. Kugerakan maju mundur perlahan, terasa lubang itu semakin basah.
Tanpa disadari tangan Muti pun mulai bergerilya melakukan remasan pada
selakanganku hingga membuat penisku mulai berdiri.
“Aduhh.. ohh.. sstt..”, Muti
semakin mengerang.
Kembali kulumat dan kuremas habis
buah dadanya yang wowww.. begitu kenyal dan nikmat, setelah puas kuturunkan
ciumanku ke perutnya kusapu setiap jengkal halus kulitnya dengan juluran
lidahku. Tanganku pun tak berhenti mengusap dan meremas setiap lekuk tubuhnya
lalu dengan pasti kuremas selakangannya.
“Ehmm..”, Muti menggelinjang
mesra.
Kubuka resulting celananya dan
sedikit kutarik kebawah.. lalu tanganku pun mulai merayap membelai
selakangannya yang masih tertutup CD warna krem juga
“Aahh.. sstt.. acchh..”, Muti
terus mendesis tertahan menerima setiap rangsangan dariku.
Sementara itu tanganku sudah
menyusup ke dibalik CDnya sambil tanganku mengelus-elus. Tanganku pun menyentuh
bulu-bulu halus jembutnya yang tidak terlalu lebat.
Terus bergerak ke bawah menuju
pusat lubang kewanitaannya. Tampak Cdnya sudah mulai lembab basah. Jariku
menggesek-gesek sesekali menekan dan meremas di mulut kewanitaannya.
“Ach.. mhh.. Mas”, Muti mendesah.
Segera saja kukecup bibirnya agar
desahannya tidak terlalu keras dan mengganggu penonton lain. Di bawah, tanganku
tetap menggesek-gesek mulut kemaluannya sambil jari-jariku mulai membelai dan
sesekali menusuk menerobos ke dalam lubang kenikmatannya sehingga menjadi
semakin basah.
“Oohh.. Mas..”, Muti kembali
mendesah.
Tubuhnya menggeliat perlahan, terlonjak
dengan pantatnya terangkat naik menhan geli dan nikmat karena takut menganggu
penonton lain. Aku semakin bersemangat menyedot-nyedot buah dadanya dan jariku
terus semakin cepat bergerak keluar masuk di lubang kemaluannya sambil ku gesek
juga klitorisnya.
Ada sekitar 5 menit aku
mempermainkan buah dada dan lubang kemaluannya.
Hingga tak lama kemudian
tiba-tiba tubuhnya menegang dibarengi dengan erangan tertahan. Kakinya kaku,
lurus mengarah ke bawah. Pangkal pahanya menjepit tanganku. Tubuh Muti mengejang
beberapa saat.
Kurasakan ada aliran cairan
putih, kental dan hangat yang meleleh mengalir dari lubang kemaluannya dengan
derasnya.
“Achh.. aku.. aku.. keluar..
sayang..”, desisnya tertahan ketika orgasme.
Muti tergolek lemas dengan mata
terpejam. Kukeluarkan tanganku dari dalam celananya yang basah. Lalu kupeluk
dan kukecup mesra Muti, kucium jariku yang blebotan cairan putih kental yang
tadi keluar dari memek Muti setalah melaksanakan tugasnya. Ohh.. harum sekali
bau cairan memeknya itu!
Setelah beberapa saat istirahat,
kurasakan tangan Muti mulai menjalar lagi membelai mesra dadaku lalu Muti
mencium dan mengulum bibirku serta tangannya yang mulai meraba-raba penisku dan
diusap-usapnya di dalam.
Kemudian Muti mulai membuka
resulting celanaku.. dan dikeluarkannya penisku dari sarangnya yang sudah keras
dan berdiri tegak bagai rudal scud AS. Dibelai dan dikocoknya dengan mesra
penisku.
“Oochh..” desisku tertahan.
Terasa bergetar seluruh syarafku,
ngilu, geli bercampur nikmat kini kurasakan dari belaiannya pada penisku. Muti
terus mengocok dan mengurut-urut penisku membuat penisku makin tegak berdiri
lalu kulihat mukanya di turunkan ke arah selakanganku.. tak lama kemudian..
auchh.. terasa lidahnya dengan lembut mengusap helm penisku
“Uiich..” kembali aku mendesah.
Rasanya bener-bener sulit
dibayangkan lalu tanpa sadar ku tekan kepalanya agar lebih dalam lagi ke
selakanganku hingga akhirnya penisku bener-bener masuk ke dalam mulutnya. Muti
pun mulai menyedot, menghisap dan menjilati penisku di dalam mulutnya
“Ooh.. yess.. ohh..”, Aku menahan
nikmat.
Aku blingsatan dibuatnya namun
aku terus bertahan agar tidak teriak dan terlalu banyak gerak, takut dilihat
penonton lain.
Ahh.. bener-bener hebat dan
nikmat apa yang dilakukan Muti.. tangannya pun tak tinggal diam, ikut mengurut
batang penisku.. Lama-lama akupun tak tahan, diiringi desis nikmat dari mulutku
keluarlah spermaku dalam mulutnya
“Sstt.. aahh.. oohh.. Din.. aku..
keluar.. oohh.. nikmat Din.. oohh..” seruku.
Mutipun terus menjilati dan
menelan habis semua spermaku. Lalu kuangkat mukanya dan kucium bibirnya yang
masih ada sedikit spermaku, kukulum lidahnya, kuremas buah dadanya.. dengan
nikmat.. lalu ku ucapkan, “Terima kasih Muti.. terima kasih sayang”!
Muti tersenyum dan kembali
mengecupku.. mesra. Aku dan Muti pun segera merapikan pakaian kerana film akan
segera habis.
Benar saja.. baru saja kami
selesai dan merapikan pakaian, lampu menyala terang benderang.. aahh untung..
udah selesai..! Andaikan tadi lagi tanggung tak dapat dibayangkan.. betapa
malunya kami.
Lalu kamipun pulang dengan
perasaan senang dan bahagia apalagi aku sampai pulangpun aku masih kerkenang
peristiwa tadi.
No comments:
Post a Comment