Hamper 3 minggu mantan kekasihku yang bernama Varo menjadi
suamiku, setiap malam aku menikmati memang benar suamiku Varo pemuda yang
perkasa dan selama seminggu berturut turut lubang memekku disiram oleh sperma
yang hangat dan segar, walaupun malam harinya kita menikmati bersama, paginya
sebelum berangkat kuliah dia selalu memeras payudaraku katanya biar tambah
semangat.
Aku tak mau melarang karena aku juga menikmati semua
perbuatannya itu, walau akibatnya aku harus merapikann bajuku lagi. Malam itu
sekitar jam setengah 10-an. Setelah menidurkan anakku yang paling bungsu, aku
pergi kekamar mandi untuk berganti baju. Varo meminta aku mengenakan pakaian
yang biasa aku pergunakan ke sekolah.
Setelah selesai berganti pakaian aku lantas keluar dan
berdiri duduk di depan meja rias. Lalu berdandan seperti yang biasa aku lakukan
jika ingin berangkat mengajar kesekolah. Tak lama kudengar suara ketukan,
hatiku langsung bersorak gembira tak sabar menanti permainan apa lagi yang akan
dilakukan Varo padaku.
“Masuk.. Nggak dikunci,” panggilku dengan suara halus. Lalu
Varo masuk dengan menggunakan T-shirt ketat dan celana putih sependek paha.
“Malam ibu… Sudah siap..?” Godanya sambil medekatiku.
“Sudah sayang…” Jawabku sambil berdiri. Tapi Varo menahan
pundakku lalu memintaku untuk duduk kembali sembil menghadap kecermin meja
rias. Lalu ia berbisik ketelingaku dengan suara yang halus.
“Bu.. Ibu mau tahu nggak dari mana biasanya saya mengintip
ibu?” “Memangnya lewat mana..?” Tanyaku sambil membalikkan setengah badan.
Dengan lembut ia menyentuh daguku dan mengarahkan wajahku kemeja rias.
Lalu sambil mengecup leherku Varo berucap. “Dari sini bu..”
Bisiknya. Dari cermin aku melihat disela-sela kerah baju yang kukenakan agak
terbuka sehingga samar-samar terlihat tali BHku yang berwarna hitam.
Pantas jika sedang mengajar di depan kelas atau mengobrol
dengan guru-guru pria disekolah, terkadang aku merasa pandangan mereka sedang
menelanjangi aku. Rupanya pemandangan ini yang mereka saksikan saat itu.
Tapi toh mereka cuma bisa melihat, membayangkan dan ingin
menyentuhnya pikirku. Lalu tangan kanan Varo masuk kecelah itu dan mengelus
pundakku. Sementara tangan kirinya pelan-pelan membuka kancing bajuku satu
persatu.
Setelah terbuka semua Varo lalu membuka bajuku tanpa
melepasnya. Lalu ia meraih kedua payudaraku yang masih tertutup BH. “Inilah
yang membuat saya selalu mengingat ibu sampai sekarang,” Bisiknya ditelingaku
sambil meremas kedua susuku yang masih kencang ini.
Lalu tangan Varo menggapai daguku dan segera menempelkan
bibir hangatnya padaku dengan penuh kasih dan emosinya. Aku tidak tinggal diam
dan segera menyambut sapuan lidah Varo dan menyedotnya dengan keras air liur
Varo, kulilitkan lidahku menyambut lidah Varo dengan penuh getaran birahi.
Kemudian tangannya yang keras mengangkat tubuhku dan
membaringkannya ditengah ranjang. Ia lalu memandang tubuh depanku yang terbuka,
dari cermin aku bisa melihat BH hitam yang transparan dengan “push up bra
style”.
Sehingga memberikan kesan payudaraku hampir tumpah meluap
keluar lebih sepertiganya. Untuk lebih membuat Varo lebih panas, aku lalu
mengelus-elus payudaraku yang sebelah kiri yang masih dibalut bra, sementara
tangan kiriku membelai pussy yang menyembul mendesak CDku, karena saat itu aku
mengenakan celana “mini high cut style”.
Varo tampak terpesona melihat tingkahku, lalu ia
menghampiriku dan menyambar bibirku yang lembut dan hangat dan langsung
melumatnya. Sementara tangan kanan Varo mendarat disembulan payudara sebelah
kananku yang segar, dielusnya lembut, diselusupkan tangannya dalam bra yang
hanya 2/3 menutupi payudaraku dan dikeluarkannya buah dadaku.
Ditekan dan dicarinya puting susuku, lalu Varo memilinnya
secara halus dan menariknya perlahan. Perlakuannya itu membuatku melepas ciuman
Varo dan mendesah, mendesis, menghempaskan kepalaku kekiri dan kekanan.
Selepas tautan dengan bibir hangatku, Varo lalu menyapu dagu
dan leherku, sehingga aku meracau menerima dera kenikmatan itu. “Saan… Saann…
Kenapa kamu yang memberikan kenikmatan ini..” Varo lalu menghentikan kegiatan
mulutnya.
Tangannya segera membuka kaitan bra yang ada di depan, dengan
sekali pijitan jari telunjuk dan ibu jari sebelah kanan Varo, Segera dua buah
gunung kembarku yang masih kencang dan terawat menyembul keluar menikmati
kebebasan alam yang indah.
Lalu Varo menempelkan bibir hangatnya pada buah dadaku
sebelah kanan, disapu dan dijilatnya sembulan daging segar itu. Secepat itu
pula merambatlah lidahnya pada puting coklat muda keras, segar menentang ke
atas.
Varo mengulum putingku dengan buas, sesekali digigit halus
dan ditariknya dengan gigi. Aku hanya bisa mengerang dan mengeluh, sambil
mengangkat badanku seraya melepaskan baju dan rok kerjaku beserta bra warna
hitam yang telah dibuka Varo dan kulemparkan kekursi rias.
Dengan giat penuh nafsu Varo menyedot buah dadaku yang
sebelah kiri, tangan kanannya meraba dan menjalar kebawah sampai dia menyentuh
CDku dan berhenti digundukan nikmat yang penuh menentang segar ke atas.
Lalu Varo merabanya ke arah vertikal, dari atas kebawah.
Melihat CDku yang sudah basah lembab, ia langsung menurukannya mendororng
dengan kaki kiri dan langsung membuangnya sampai jatuh ke karpet. Adapun tangan
kanan itu segera mengelus dan memberikan sentuhan rangsangan pada memekku, yang
dibagian atasnya ditumbuhi bulu halus terawat adapun dibagian belahan vagina
dan dibagian bawahnya bersih dan mulus tiada berambut.
Rangsangan Varo semakin tajam dan hebat sehingga aku meracau.
“Saaan.. Sentuh ibu sayang, .. Saann buat.. Ibu terbaang.. Pleaase.” Varo
segera membuka gundukan tebal vagina milikku lalu mulutnya segera menjulur
kebawah dan lidahnya menjulur masuk untuk menyentuh lebih dalam lagi mencari
kloritasku yang semakin membesar dan mengeras.
Dia menekan dengan penuh nafsu dan lidahnya bergerak liar ke
atas dan kebawah. Aku menggelinjang dan teriak tak tahan menahan orgasme yang
akan semakin mendesak mencuat bagaikan merapi yang ingin memuntahkan isi
buminya.
Dengan terengah-engah kudorong pantatku naik, seraya tanganku
memegang kepala Varo dan menekannya kebawah sambil mengerang.
“Ssaann.. Aarghh..” Aku tak kuasa menahannya lagi hingga
menjerit saat menerima ledakan orgasme yang pertama, magma pun meluap
menyemprot ke atas hidung Varo yang mancung.
“Saan.. Ibu keluaa.. aar.. Sann..” Memekku berdenyut kencang
dan mengejanglah tubuhku sambil tetap meracau. “Saan.. Kamu jago sekali
memainkan lidahmu dalam memekku sayang.. Cium ibu sayang.”
Varo segera bangkit mendekap erat diatas dadaku yang dalam
keadaan oleng menyambut getaran orgasme. Ia lalu mencium mulutku dengan kuatnya
dan aku menyambutnya dengan tautan garang, kuserap lidah Varo dalam rongga
mulutku yang indah. Tubuhku tergolek tak berdaya sesaat, Varopun mencumbuku
dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuhku yang halus, seraya
memberikan kecupan hangat didahi, pipi dan mataku yang terpejam dengan penuh
cinta.
Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang
hebat. Juga memberi kesempatan menurunnya nafsu yang kurasakan. Setelah merasa
aku cukup beristirahat Varo mulai menyentuh dan membelaiku lagi. Aku segera
bangkit dan medorong belahan badan Varo yang berada diatasku. Kudekatkan kepalaku
kewajahnya lalu kucium dan kujilati pipinya, kemudian menjalar kekupingnya.
Kumasukkan lidahku ke dalam lubang telinga Varo, sehingga ia
meronta menahan gairahnya. Jilatanku makin turun kebawah sampai keputing susu
kiri Varo yang berambut, Kubelai dada Varo yang bidang berotot sedang tangan
kananku memainkan puting yang sebelah kiri.
Mengelinjang Varo mendapat sentuhan yang menyengat dititik
rawannya yang merambat gairahnya itu, Varopun mengerang dan mendesah.
Kegiatanku semakin memanas dengan menurunkan sapuan lidah sambil tanganku
merambat keperut.
Lalu kumainkan lubang pusar Varo ditekan kebawah dfan
kesamping terus kulepaskan dan kubelai perut bawah Varo sampai akhirnya
kekemaluan Varo yang sudah membesar dan mengeras. Kuelus lembut dengan jemari
lentikku batang kemaluan Varo yang menentang ke atas, berwarna kemerahan
kontras dengan kulit Varo yang putih kepalanya pun telah berbening air birahi.
Melihat keadaan yang sudah menggairahkan tersebut aku menjadi
tak sabar dan segera kutempelkan bibir hangatku kekepala kontol Varo dengan
penuh gelor nafsu, kusapu kepala kontol dengan cermat, kuhisap lubang air
seninya sehingga membuat Varo memutar kepalanya kekiri dan kekanan,
mendongkak-dongkakkan kepalanya menahan keikmatan yang sangat tiada tara,
adapun tangannya menjambak kepalaku.
“Buuu.. Dera nikmat darimu tak tertahankan.. Kuingin
memilikimu seutuhnya,” Varo mengerang. Aku tidak menjawabnya, hanya lirikan
mataku sambil mengedipkannya satu ke arah Varo yang sedang kelejotan. Sukmanya
sedang terbang melayang kealam raya oleh hembusan cinta birahi yang tinggi.
Adapun tanganku memijit dan mengocoknya dengan ritme yang
pelan dan semakin cepat, sementara lidahku menjilati seluruh permukaan kepala
kontol tersebut. Termasuk dibagian urat yang sensitif bagian atas sambil
kupijat-pijat dengan penuh nafsu birahi. Sadar akan keadaan Varo yang semakin
mendaki puncak kenikmatan dan akupun sendiri telah terangsang.
Denyutan memekku telah mempengaruhi deburan darah tubuhku,
kulepaskan kumulan kontol Varo dan segera kuposisikan tubuhku diatas tubuh Varo
menghadap kekakinya. Dan kumasukkan kontol Varo yang keras dan menengang ke
dalam relung nikmatku.
Segera kuputar memompanya naik turun sambil menekan dan
memijat dengan otot vagina sekuat tenaga. Ritme gerakanpun kutambah sampai
kecepatan maksimal. Varo berteriak, sementara aku pun terfokus menikmati dera
kenikmatan gesekan kontol Varo yang menggesek G-spotku berulang kali sehingga
menimbulkan dera kenikmatan yang indah sekali.
Tangan Varopun tak tinggal diam diremasnya pantatku yang
bulat montok indah, dan dielus-elusnya anusku, sambil menikmati dera goyanganku
pada kontolnya. Dan akhirnya kami berdua berteriak.
“Buu Dennook.. Aku tak kuat lagi.. Berikan kenikmatan lebih
lagi bu.. Denyutan diujung kontolku sudah tak tertahankan” “Ibu pandai… Ibu
liaarr… Ibu membuatku melayang.. Aku mau keluarr” . Lalu Varo memintaku untuk
memutar badan manghadap pada dirinya dan dibalikkannya tubuhku sehingga.
Sekarang aku berada dibawah tubuhnya bersandarkan bantal
tinggi, lalu Varo menaikkan kedua kakiku kebahunya kemudian ia bersimpuh di
depan memekku. Sambil mengayun dan memompa kontolnya dengan yang cepat dan
kuat.
Aku bisa melihat bagaimana wajah Varo yang tak tahan lagi
akan denyutan diujung kontol yang semakin mendesak seakan mau meledak. “Buu…
Pleaass.. See.. Aku akaan meleedaaakkh!”
“Tungguu Saan.. Orgasmeku juga mauu.. Datang ssayaang.. Kita
sama-sama yaa..” Akhirnya… Cret.. Cret.. Cret tak tertahankan lagi bendungan
Varo jebol memuntahkan spermanya di vaginaku. Secara bersamaan akupun mendengus
dan meneriakkan erangan kenikmatan.
Segera kusambar bibir Varo, kukulum dengan hangat dan
kusodorkan lidahku ke dalam rongga mulut Varo. Kudekap badan Varo yang sama
mengejang, basah badan Varo dengan peluh menyatu dengan peluhku. Lalu ia terkulai
didadaku sambil menikmati denyut vaginaku yang kencang menyambut orgasme yang
nikmat yang selama ini kurindukan.
Lalu Varo membelai rambutku dengan penuh kasih sayang
kemudian mengecup keningku. “Buu.. Thank you, i love you so much.. Terus
berikan kenikmatan seperti ini untukku ya..” Bisiknya lembut.
Aku hanya mengangguk perlahan, setelah memberikan ciuman
selamat tidur aku memeluknya dan langsung terlelap. Karena besok aku harus
masuk kerja dan masih banyak lagi petualangan penuh kenikmatan yang akan kami
lalui.
No comments:
Post a Comment