Jika mendengar nama Riana aku selalu terbayang akan wajah
cantiknya walaupun dia sudah beekepala 3 tapi dia masih memiliki body yang
sangat seksi dan masih padat pada bagian pinggul dan ukuran toketnya yang
lumayan besar, dan lagi jika dia bicara nadanya selalu di akhiri dengan nada
desahan khas wanita manja.
Mendengar dia bicara sering membuat aku konak dan pikiranku
menjadi ngeres tak pernah terbayangkan aku mendapat teman di kantor seperti itu
dan pria lain yang mendengar dan melihat dia mungkin juga sama seperti ku
bayangannya, orangnya memang welcome sama siapa saja kadang dia di juluki
dengan bukor (ibu koordinasi) misal ada yang ultah atau yang sakit dia yang
selalu pertama menyeruakan kepada teman teman lainnya.
Wah pokoknya asyik. Kalo dia lagi cuap-cuap diudara sesuai
profesinya sebagai penyiar, selalu saja banyak pendengar pria
berbondong-bondong pengen mengudara, minta dilayani suaranya yang empuk,
seempuk dadanya, hehehe!
Seperti sekarang misalnya. Nggak tau kenapa tiba-tiba
khayalanku tentang Riana melambung tinggi. Jadi pengen melampiaskannya langsung,
abis dia seksi abis bo! Pas subuh tadi dia udah dateng dengan penampilannya
yang seger dan menawan.
Mungkin gara-gara tiap hari ketemu dan ngerasain kegenitannya
itu, sekarang ini sering aku nggak bisa nguasai diri. Masih untung cuma sabun
di kamar mandi yang jadi pelampiasan. Coba kalo langsung orangnya, bisa nggak
ya?
Yang jelas, pas dia dateng ternyata langsung ngedeketin,
”Kiii, aku ada perlu sama kamu. Sini deh.” wah, ada apa ini,
batinku.
Tapi aku tetep ngikutin dia. Eh ternyata dia langsung nurunin
tangga dan balik menuju ruang resepsionis. Padahal tadi dia kan barusan naik.
Udah gitu ruang resepsionis masih gelap.
Tau-tau Riana berbalik, dia menarik tanganku untuk duduk di
kursi sofa. Kebetulan tempatnya agak mojok di ruangan, jadinya makin nggak
kelihatan. Dan lagi aktivitas orang-orang bisa kelihatan tanpa kita bisa
terlihat. Maklum masih subuh.
“Ki,” panggilnya lembut.
“Kenapa?” tanyaku. Ia tersenyum manis dan menatapku lamaaa
banget.
“Riana kamu kenapa?” eh malah tambah lebar senyumnya. Dan
tiba-tiba ia mendekatkan wajahnya kewajahku dan berbisik,
”Aku hari ini ultah Party. Mau nggak ntar malem kamu dateng
kerumah?”
Hah? kerumahnya? lagian kenapa mesti spesial banget begini?
padahal biasanya dia selalu bersikap manja sama semua orang, nggak cuma sama
aku aja. Aku jadi curiga, tapi aku diam saja.
“Mau ya?” bujuknya.
“Emang ada acara apa sih En?” tanyaku penasaran. Eh dia malah
senyum lagi dan malah balik nanya,
”Kamu nggak ngasih selamat sama aku?”
“Oiya ya,” langsung aja kuulurkan tangan dan kujabat tangan
halusnya itu,”Met ulangtahun ya? Moga panjang umur n sehat selalu.”
“Udah gitu aja?” tanyanya. Gantian aku yang
tertegun,”Maksudnya?”
Riana agak cemberut,”Biasanya orang kasih selamat itu cium
pipi kiri kanan..”
Walah! kepalang tanggung. Selagi tanganku masih menggenggam
tangannya, kuangsurkan pipiku ke pipinya kiri kanan.
“Kurang,” celetuknya manja.
”Emang gimana lagi?” tau-tau dia mengangsurkan bibirnya ke
pipiku dan cup, cup. “Kayak gitu tuuh!!”
Aku baru ngerti. Terus aku cium pipi kiri kanannya. Baru aja
ni bibir kutarik dari pipi kanannya. Dia menoleh dan langsung dipagutnya
bibirku.
Cerita Sex Terbaru – Tangannya langsung dilingkarkan ke
leherku. thumbsup_anim.gif Woow! Dadanya yang super wow itu menempel erat
didadaku. Langsung deh tanpa tedeng aling-aling si Joni ambil sikap sempurna.
Kita berpagutan, lamaa sekali.
Waktu kulepaskan ciumanku, terdengar desahannya manja. Aku
tak tahan lagi, kalau tadi dia yang nyerang, sekarang giliranku mendaratkan
ciuman ke bibirnya yang tipis. Kembali nafas Riana mengengah, dan dia menyambut
ciumanku dengan menjulurkan lidahnya sedikit.
Nafas perempuan seksi ini semakin memburu, sehingga begitu
aku lepas ciumanku, masih terdengar desahan manjanya. Malah terdengar sedikit
erangan erotisnya. Tanganku langsung tidak tinggal diam. Bergerilya, meraba dan
mengusap lembut semua bagian tubuhnya, terutama yang sensitif mendatangkan
rangsangan. Begitu tanganku mendekat ke dadanya, tiba-tiba Riana menangkap
tanganku.
“Hayo mau ngapain?” bisiknya dengan suara bergetar karena
horny. Aku cuma senyum. Tanganku yang satu lagi membelai pipinya. Riana balas
tersenyum, kemudian tanganku yang dipegang diarahkannya menuju ke balik
bajunya, langsung ke kancing BH-nya yang kebetulan ada didepan.
“Ini untukmu Ki, aku pengen kamu pegang dadaku…” gumamnya
sambil berdesah manja. Aku kaget juga, tapi sekaligus tidak mau menyia-nyiakan
kesempatan ini. Langsung saja kubuka kait BH-nya, dan bisa kurasakan betapa
dadanya yang super wow itu benar-benar sesuai dengan apa yang kulihat dari
luar.
Ukurannya mungkin sekitar 36 C, atau malah mungkin D.
Perlahan kubelai dan kuremas lembut dadanya. Riana mulai mengerang pelan, takut
ketahuan. Tapi begitu tanganku mulai menjepit putingnya pelan, dan kuputar,
desahannya mulai terdengar liar,
”Ngghhh…ssshhh…kiii.. .sshhh…aahhhh…” aku makin gila.
Giliran puting sebelahnya kuputar pelan sambil kujepit dengan
jari-jariku. Tapi waktu mau berbuat lebih jauh, Riana melepas pelukannya dan
berbisik lirih dengan suara bergetar,
”Ki, nanti malem kerumah ya? Kita bisa lebih bebas nanti.”
aku mengangguk, mengancingkan behanya, dan kami sempat berciuman sebentar
sebelum ia melangkah keatas keruang siaran, dan aku pulang.
Wah, ini hari yang paling istimewa! Soalnya jangankan sampai
berbuat gitu, wong mendekat sedikit saja dalam mimpi pun aku nggak berani, abis
galak sih! Tapi begitu bisa dapet durian macam ini, aku jadi nggak sabar
menanti malam tiba.
Akhirnya apa yang kutunggu-tunggu sudah ada didepan mata
Devil.gif . Dengan dandanan ala kadarnya, maklum aku nggak begitu suka dandan,
aku menuju ke rumah Riana dengan Sidekick hijauku. Suara knalpot racing yang
menderum membuat sebagian orang menoleh, termasuk beberapa pendengar yang emang
sengaja datang untuk merayakan ultah penyiar pujaannya.
Huh, mengganggu saja! rutukku dalam hati. Tapi biarinlah,
yang terakhir kan dapetnya paling banyak, hehehe!!
Beberapa pendengar yang udah kenal denganku menyapa, tapi aku
hanya menanggapi sambil lalu saja, karena yang kucari adalah sesosok wanita
cantik bertubuh sintal yang selalu kubayangkan dalam mimpi-mimpiku. Dan
Akhirnya bidadari sexy yang kutunggu muncul. Dengan gaun
malam hitam yang dilengkapi pernik-pernik berlian, sungguh malam itu Riana
menjadi bintang di pestanya, seakan seorang ratu yang hadir untuk dikagumi
rakyatnya.
Para fans langsung berdecak kagum,”Ooohh…mbak Riana cantik
sekali,” suara salah satu pendengar yang juga ngefans sama cewek satu ini
muncul disela-sela kerumunan pendengar.
Aku yang waktu itu juga berbaur bersama mereka juga
terkagum-kagum. Betul-betul ni cewek pinter merawat diri, dan memperlihatkan
kecantikannya.
Acara demi acara pun berlangsung, sampai tiba saatnya para
tamu pun beranjak pulang. Karena sedikit-sedikit ada yang kenal, jadinya aku
juga ikut nyalamin para pendengar. Mereka tentu puas sesudah memandangi Riana
yang malam ini memang terlihat sangat cantik.
Begitu para tamu pulang, aku sebetulnya juga ragu-ragu, apa
iya Riana sungguh-sungguh. Kalo dari perlakuannya tadi pagi sih ya keliatannya
emang iya. Sebodolah. Yang jelas, begitu aku masuk kedalam rumah, Riana
mendekatiku dan berkata,”Tunggu sebentar ya.”
Aku cuma mengangguk. Kemudian dia menghilang kekamarnya, dan
beberapa saat kemudian terdengar suara dari dalam,” Ki, sini deh.”
Aku bergegas masuk kekamarnya. Wah, boleh juga kamar perempuan
sintal ini. Nuansa krem meliputi sekeliling ruangan, termasuk karpetnya. AC
yang terpasang membuat ruangan jadi sejuk. Belum lagi perangkat stereo set dan
TV 29 inch melengkapi kamarnya. Betul-betul kamar elit deh. Tapi yang membuat
aku tertarik bukan kamarnya, tapi penghuni kamarnya itu.
Kulihat Riana sudah berganti busana. Kali ini dia memakai
lingerie tipis transparan sehingga lekuk tubuhnya makin jelas terlihat. Wah
udah nggak sabar pengen nerkam aja bawaannya, tapi kutahan dulu. Begitu
melihatku, Riana tersenyum simpul trus berdiri,
”Gimana, bagus nggak lingerieku?” tanyanya sambil berdiri dan
memutar tubuh moleknya. Aku jadi makin tergiur,”Bagus banget, cocok buat
tubuhmu.”
“Kita buka kado dulu yuk!” katanya, wah, pengennya sih
langsung hehehe! Tapi okelah. Jadinya, aku duduk ditepi spring bednya,
berhadapan sambil bantuin buka kado.
Makin lama makin dekat, karena suasana romantis sudah
terbangun dari musik jazz yang dia putar.
Lantunan lembut Norah Jones dengan Don’t Know Why makin
menambah gairah. Begitu kado habis terbuka, Riana memandangku dengan senyum
manisnya. Aku rada salah tingkah.
“Aku belum dapet kado dari kamu lho.” ucapnya manja. Aku
hanya tersenyum,”Maaf, aku nggak bisa ngasih apa-apa buat hari spesialmu.”
Riana memegang tanganku,”Nggak papa. Kamu dateng kesini juga
udah lebih dari cukup.
Aku memang pengen berdua sama kamu, menikmati malam ini,
ngerayain hari ultahku.” Lalu dengan lembut dia mencium pipiku,”Makasih ya Ki.”
Aku menoleh kearahnya. Kupandangi dalam-dalam wajah ayunya,
dan makin lama makin dekat. Akhirnya bibir kami bertemu. Kupagut lembut bibir
tipisnya, sebagai ucapan selamat ulangtahun. Riana mendesah manja, dan
tangannya melingkar dileherku.
Tubuh kami semakin merapat dan belahan dada yang terbungkus
BH dan lingerie itu menempel erat didadaku. Kupeluk tubuhnya, dan semakin
kudalamkan ciumanku. Lidah kami saling mencari dan membelit, memagut, seperti
ular berbisa, dan makin lama makin erat.
Nafas Riana semakin berpacu ketika kulepas pelan-pelan
ciumanku. Matanya setengah terpejam,”Met ulangtahun ya,” lalu tanpa memberi
kesempatan menjawab, kulabuhkan ciumanku kelehernya yang jenjang dan putih.
Riana mulai menggeliat, dan mulai terdengar erangannya,”Ahhh…engghhhh… ”
Terus kutelusuri lehernya yang mulus dengan lidahku,
membuatnya makin kegelian. Sengaja aku belum menggerilyakan tanganku. Tapi
Riana sudah mulai on dan nggak sabar. Tangannya yang melingkar dileherku
sekarang mulai mengusap punggungku.
Puas bermain dilehernya, kembali kutautkan ciumanku ke
bibirnya. Kali ini tanganku mulai ikut bermain. Kuusap punggungnya pelan,
lembut, dan semakin bergerak kedepan lalu singgah didadanya.
Dengan penuh perasaan, kuusap lembut buah dadanya sebelah
kiri dan sedikit kuremas. Nafas Riana makin memburu dan ia melepas ciumanku
dengan deru nafas yang makin horny. Tangannya yang lentik mulai membuka kancing
kemejaku satu persatu. Kubiarkan ia melakukan aksinya, sementara ciumanku mulai
mendarat diatas dadanya.
Sambil kuusap dengan mulutku, kubuatkan sedikit cupang merah
didadanya. Riana makin mendesah dan erangannya mulai agak keras. Kemejaku sudah
lepas sehingga aku bertelanjang dada. Tidak mau kalah, giliran tanganku
menyusup kebalik lingerie Riana, dan kuraba buah dada kirinya. Kubuka kait BH
dibelakangnya, dan penutup keindahan dada besar itupun terlepas.
Riana langsung berdiri, melepaskan lingerie dan BHnya,
kemudian langsung menurunkan celana dalamnya sehingga iapun telanjang. Aku
memandangi lekuk tubuhnya yang indah. Pinggang ramping, pinggul besar, dada
membulat kenyal. Ia berbisik lirih penuh keromantisan,”Malam ini aku milikmu
Ki.”
Satu persatu kulepas pula semua yang menutup tubuhku, dan
akupun berdiri mendekatinya, kemudian memeluknya dan kembali bibir kami
bertaut. Hanya saja kali ini agak sedikit lebih kasar. Tanganku mulai memutar-mutar
puting susunya yang kenyal, dan Riana mulai mengerang-erang, mengekspresikan
birahi yang makin tinggi.
Ciumanku lalu berpindah ke dadanya, mengulum buah ranum itu
sambil mengisap dengan keras. Erangannya makin jelas
terdengar,”Ngghhh….sshhhhh.. .ahhhh….” dan tanganku mulai bergerak kebawah,
menuju labianya yang merekah.
Ketika kusentuh, Riana mendesah tertahan,”Ssshh…Kiiii….ahh
hh…hhhh” Makin dalam kusentuh, makin kuat erangannya. Ia kudorong sehingga
terduduk ditempat tidur dan kemudian ia membaringkan dirinya diatas peraduan.
Aku memandang wajah sayu menawan itu dengan deru nafas memburu.
Langsung aku berbaring disebelahnya, dan kuusap lagi
kewanitaannya yang sudah mulai membanjir. Mulutku kembali bertualang disekitar
dadanya. Riana tidak tinggal diam. Tangannya mencari kelelakianku dan mulai
memain-mainkannya.
Aku bangun secara tiba-tiba sehingga dia berhenti beraksi
diatas kelelakianku, lalu kubuka kedua pahanya hingga memperlihatkan
kewanitaannya. Riana mengerti apa yang mau aku lakukan. Tangannya memegang
kepalaku dan mengarahkannya untuk memberi sentuhan hangat di kewanitaannya,
”Lakukan apa yang kamu suka Ki, aku milikmu, benar-benar
milikmu…sshhh…enngghhh” tak sempat dia melanjutkan perkataannya karena lidahku
sudah keburu masuk di sela kewanitaannya.
Kusapu semua bagian labianya, mengisap-isap dan kugigit kecil
bagian yang mirip kacang itu, dan belum begitu lama, tiba-tiba Riana mengerang
keras dan tubuhnya terangkat,”Aaaa…hhhhh” dan kemudian kewanitaannya terasa
makin basah.
Aku tidak peduli, dan terus melabuhkan lidahku kesana,
sehingga rasa geli gatal yang menyerang Riana makin menjadi. Makin banyak
cairan yang keluar dari kewanitaannya dan kemudian Riana membantingkan diri di
ranjang dan mulai menggeliat-geliat dengan paha menjepit kepalaku.
Kemudian kulepaskan diriku dari jepitannya, dan mulai
mengarahkan tongkat nakhoda ke kapal yang hendak kulabuhi. Karena sudah licin,
mudah saja tongkat itu berlabuh, sreett,”Ssshhh…aaahhh…” kemudian mulailah
pelayaran itu dimulai.
Kukendalikan irama tubuhku senada dengan Riana. Perempuan itu
mulai mendesah-desah, mengerang, menjerit kecil sambil tubuhnya
menggeliat-geliat dibawah tubuhku, makin lama makin cepat, tapi aku sengaja
tidak mempercepat gerakanku sehingga ia makin liar. Kali ini erangannya sangat
kuat, dan sangat menggairahkan.
Baru beberapa menit, tiba-tiba Riana menghentikan
gerakannya,”Ki, aku mau melayanimu diatas. Boleh ya?” desahnya manja. Lalu dia
berbalik dan mulai menari diatas tubuhku.
Erangannya lebih keras dari yang tadi. Ia terus
mempertontonkan gerakan-gerakan yang indah, dan kedua bukit kembarnya bergoyang
sexy.
Sebuah kupegang dan kuremas-remas, sedangkan sebuah lagi
kuhisap dengan keras, dan akhirnya sebuah teriakan kecil dan panjang keluar
dari tenggorokannya,”Aaaaaahhhhhh.. .ahhhh..ahh…ah….” lalu kubalik tubuhnya
sehingga kembali ia dibawah, lalu aku teruskan pelayaranku sehingga akhirnya
mencapai puncak. Keluarlah semua kerinduanku akan pelukannya, sangat banyak.
Riana sendiri begitu merasakan kehangatan didalam
kewanitaannya hanya bisa mendesah manja, pasrah, penuh penyerahan diantaranya
nafasnya yang memburu. Tubuh kami bermandikan keringat, meski ruangan itu sejuk
dengan AC.
Sambil mengengah, Riana memandangku dan berkata,”Makasih ya
Ki, ini kado paling spesial yang pernah aku terima.” Lalu dia mengecup bibirku
yang berbaring disampingnya. Kami berdua lalu berbagi cerita sambil berpelukan,
dan akhirnya terlelap berdekapan. Ah, Riana.
No comments:
Post a Comment