DEWALOTTO

DEWALOTTO
Tersedia 6 Bank BCA, BNI, MANDIRI, BRI, DANAMON dan NIAGA ™DAFTAR™ Klik Gambar Diatas*****

Wednesday, 30 August 2017

Cerita Sex - Membayangkan Tubuh Mbak Revita..


Peristiwa ini terjadi kira kira bulan yang kemarin dimana aku baru pindah perumahan yang masih sepi penghuninya mungkin ada 15 kepala rumah tangga yang tinggal disini, dan malam itu memang sial bagiku dimana istriku mau pergi keSemarang untuk menjemput kakak pertamanya. untuk menghadiri pernikahan sepupu mereka, sedangkan aku memang tidak ikut karena tidak mungkin meninggalkan tugas kantor yang memang sedang tinggi loadnya di akhir tahun ini.

Yang pertama malam ini aku bakal kesepian di rumah, yang kedua baru tadi pagi menstruasi Wanti istriku berhenti, seharusnya malam ini aku dapat jatah setelah selama hampir seminggu kejantananku tidak ketemu musuh.

Makanya sepulang kantor aku mampir ke Glodok tempat yang memang sehari-hari aku lewati, kubeli beberapa filem bokep, pikirku lumayan untuk menghabiskan week end ini.

Menjelang memasuki gerbang perumahan yang masih sepi dari penghuni ini, hampir aku mengumpat keras, ketika ingat kalau DVD playerku masih berada di tukang service yang seharusnya sudah bisa diambil beberapa hari yang lalu dan sekarang, gila aja kalau aku harus putar balik menembus kemacetan Jakarta hanya untuk mengambil benda itu.

Aaaah… aku ingat mas Budhi satu-satunya tetangga terdekatku yang rumahnya bersebelahan dengan rumahku, aku bisa pinjam dia, kembali aku bernafas lega. Sehabis mandi, segera aku bertandang ke rumah sebelah, aku sempat heran, tidak biasanya masih jam 20.30 ruang tamunya sudah gelap, padahal mobil Avanza hitam miliknya ada di rumah, berarti mas Budhi ada dirumah, simpulku sederhana.

“Mas Budhii… maaas” panggilku dari luar pagar.

Sesekali kuketok-ketokkan gembok ke pagar besi, sehingga terdengar suara besi beradu nyaring. Agak lama kulihat lampu ruang tamu menyala, tapi pintu tidak segera dibuka, kulihat tirai sedikit tersingkap dan ada yang mengintip dari dalam, tumben pake diintip segala, Biasanya mas budhi langsung buka pintu.

“Eeeiii… Bimooo… sorry ya…ayo masuk pagar tidak dikunci kan..?” seru suara wanita yang sangat aku kenal, mbak Revita istri mas Budhi keluar dari pintu dengan pakaian tidurnya dilapisi sweater.

“Lho mas Budhi mana mbak… sudah tidur..? waduu jadi ngganggu neeh..?” kataku agak kikuk ketika aku sudah duduk di ruang tamu itu mas Budhi tidak muncul.

“Mas Budhi sedang tugas ke Medan Bim eh mau minum apa neeh..?” mbak Revita wanita berwajah cantik ini menawarkan minum yang membuatku semakin jengah untuk duduk berlama-lama disitu.

Pasalnya mbak Revita dengan pakaian tidur yang tipis memperlihatkan bayangan celana G-String putihnya. Aku yakin bagian atas jika tak tertutup sweater akan membayang BH nya, atau mungkin tidak pake, yang aku tahu ibu ini buah dadanya sangat montok.

Sebenarnya antara aku dan mbak Revita sudah akrab sekali, bahkan kalau bercanda kadang-kadang agak seronok, tapi itu justru jika ada di depan mas Budhi atau ada Wanti istriku, ketika berdua begini aku jadi kaya mati angin, sementara mbak Revita masih bersikap wajar.

“Waah.. tidak usah repot-repot mbak… aku hanya mau pinjem DVD player aja kalo bisa” kataku dengan agak sungkan.

“Ada kok Bim, bentar aku lepasin kabel-kabelnya yah.. sendirian di rumah… mau nonton film jorok ya..?” Tebak mbak Revita

Karena DVD player berada dibawah kolong jadi mbak Revita harus berlutut di lantai mencabuti kabel sambil membelakangiku sehingga pantatnya yang montok itu ngepress di baju tidurnya yang tipis dengan celana G-String, terlihat pantat montok itu bagaikan tanpa celana…mau tidak mau kejantananku yang sudah seminggu tidak ketemu musuhnya merespon positif mulai menggeliat bangun.

“Waaah… eeehhh… anuu… buat nonton video pengantin temen yang baru diedit” jawabku sempat gagap.

“Alllaaaaaa… tidak usah ngelesslah… iya juga gapapa… udah gede ini…haa..haaa..” potong mbak Revita sambil meletakkan benda elektronik tipis ini di meja, dengan posisi agak menunduk ini mataku menangkap dua gundukan montok putih mulus tanpa lapisan dari sela-sela sweaternya di dalam daster yang memang berleher rendah, dan mbak Revita seolah tidak merasa akan hal itu.

“Haaa…haaa… mbak Revita nuduh neeh… nonton bokep sendirian tidak seru… kalo ditemenin mbak Revita baru seruuu…” jawabku mulai terbawa gaya sembarangannya mbak Revita…

“Heeee..??? bener ya Bim..? seumur-umur aku belom pernah nonton bokep, soalnya mas Budhi tidak pernah ngasih, kamu ada kan filemnya..?” cerocos mbak Revita tanpa bisa kujawab dan sebelum aku bisa jawab.

“Ya udah sana kamu duluan aku ngunciin pintu sama matiin lampu dulu” Tanpa menunggu jawabanku ibu muda ini sudah menghilang ke belakang.

Dengan gontai aku melangkah pulang sambil nenteng DVD player milik mbak Revita, pikiranku jadi kacau, karena mbak Revita kepengen ikut nonton bokep sama aku.

Sampai dirumah sambil masangin kabel-kabel ke monitor aku bingung sendiri, aku bakal mati gaya, nonton bokep berduaan dengan istri orang. Lain semasa bujangan dulu, kalo nonton bokep justru cari pendamping yang bisa dijadikan pelampiasan.

Lulu anak Fakultas Psikologi, pendampingku setia nonton bokep, ujung-ujungnya kami saling melampiaskan walaupun hanya sampe oral sex. Lulu tidak mau aku setubuhi, katanya waktu itu dia masih perawan. Trus beberapa lagi Titiek, Anita dan Mimi, kalo mereka bertiga memang sudah dapat predikat ayam kampus. Bahkan pernah aku dikeroyok mereka bertiga semaleman.

“Heeeiii aku datang…! ko malah ngelamun Bim…?” Suara mbak Revita membuyarkan lamunanku.

Mbak Revita datang dengan membawa tentengan berupa beberapa minuman kaleng dan makanan kecil.

“Busyeeet bekelnya banyak bener…? Mau sampe pagi…?” seruku untuk menetralisir kebingunganku.

“Waddduuu… aku pikir mbak Revita tadi berganti baju yang lebih pantas, ternyata masih

menggunakan baju tidur yang sama… ini namanya sial atau keberuntungan siiih..???”

“Heh..? siapa tau sampe pagi…? Bim aslinya… sebelum kamu datang tadi aku di dalam rumah sendirian, tuh takut… tau ga siih..? sepi bangeeet… makanya aku bawa banyak bekel, ntar kita ngobrol aja sampe pagi… setuju..?” celoteh mbak Revita panjang lebar bener-bener tidak berubah sikapnya, ada atau tidak ada suaminya.

“Sekarang mau nonton yang mana dulu..? silakan nyonya Revita menentukan pilihan…” kataku sambil menyodorkan segepok piringan DVD lengkap dengan sampulnya.

Pilihan mbak Revita rupanya tepat, pilihan filmnya masih yang XX, jadi sewaktu nonton kami masih bisa sambil santai bercanda mengkomentari adegan demi adegan, walaupun 2 jam kemudian setelah film pertama selesai aku lihat wajah mbak Revita agak memerah dan sesekali merapatkan sweaternya seolah-olah menyembunyikan dadanya yang montok.

“Mmm… apa sih yang dikuatirkan mas Budhi dengan aku nonton Bokep, kalo beginian sih tidak begitu ngaruh aku rasa Bim…?” kata mbak Revita sedikit arogan, sambil milih-milih lagi film yang akan ditonton berikutnya.

“Yang bener aja deeeh Nyonya Revita..?? kalo nontonnya sama suami orang..?” Jawabku menggodanya..

Entah kenapa aku bisa menemukan panggilan Nyonya Revita untuknya yang selama ini tidak pernah muncul.

“Haa… haaa… suami Wanti sih anak kemaren sore mana berani macem-macem..?” sahutnya setengah menantang dengan bibir manisnya dicibirkan padaku.

Memang usia mbak Revita lebih tua 2-3 tahun dari aku, makanya sering ledekannya kepadaku selalu menyangkut umur dan apalagi memang wajahku kata orang adalah baby face, innocent.

Seandainya orang tau kelakuanku di jaman kuliah dulu, pernah kencan ranjang dengan dosen manajemen, pernah pacarin anaknya sekaligus nidurin mamanya, ibu kospun pernah aku embat, mungkin akan lain kesannya padaku dan kebetulan Wanti istriku aku dapatkan ketika aku sudah di Jakarta dan sama sekali tak tahu masa laluku yang brengsek.

“Biim… iihh asyik banget tuh mereka yak..?” Gumam mbak Revita yang memang dasar mulutnya tidak bisa diem, melihat adegan pose 69 kayanya heran banget.

“Emang kamu belum pernah mbak.?” sahutku polos.

“Eeeh… enggak… no comment.. sssst diem aja ya sekarang” kudengar mbak Revita menjawab gagap dan suaranya agak bergetar.

Benar saja suasana jadi hening, apalagi volume film memang kecil supaya tidak kedengaran dari luar. Tapi kini yang aku dengar adalah suara nafas mbak Revita yang tidak teratur, seolah-olah terengah-engah, sedangkan aku juga sudah terhanyut dengan adegan syuuur yang terpampang di monitor dan film kali ini adalah XXX.

Celana pendekku yang gombrong, di bagian selangkanganku sudah menggembung akibat batang kemaluanku sudah menegang kencang, makanya kutumpangkan bantalan kursi agar tidak terlihat oleh mbak Revita.

Awalnya aku tidak begitu memperhatikan mbak Revita, karena aku sangat terbawa oleh adegan dan wajah-wajah seksi di film itu, tapi beberapa kali kudengar mbak Revita menghela nafas panjangnya, dan beberapa kali merubah posisi duduknya, seolah gelisah.

Mulailah aku memperhatikan tingkah wanita yang menahan gejolak birahi, kulihat sering nyonya muda ini meregangkan jari-jari tangannya, dan kulihat wajah yang cantik berkulit putih ini makin memerah, seperti layaknya orang habis minum arak.

Satu setengah jam berlalu, sesekali kulirik mbak Revita yang duduk di sebelahku persis, kegelisahannya kulihat semakin hebat dan hilang sudah komentar-komentar konyolnya seperti pada film pertama.

Pada suatu saat menjelang film ini selesai, mata kami bertemu pandang, kulihat sorot mata yang aneh dari mbak Revita, sementara kurasa matakupun sudah aneh juga, dimata mbak Revita..

“Biiiiimmm….” Kudengar suaranya mendesah memanggil namaku.

“Ya mbaak…” jawabku tak kalah lirih.

Dalam pandanganku saat itu yang dihadapanku bukanlah Revita sebagai wanita yang sudah kukenal baik, tetapi Revita sebagai wanita yang sangat menggairahkan sedang menggelar libidonya. Entah siapa yang memulai, tahu-tahu tangan kami sudah saling menggenggam, kuremas lembut jari-jari halus mbak Revita.

Mbak Revita menundukkan wajahnya ketika wajahku mendekat, kusibakkan rambut panjangnya yang jatuh menutup sebagian wajahnya, kembali dia mengangkat wajahnya dan wajah kami hampir tak berjarak, hembusan nafasnya terasa hangat dihidungku, matanya menatapku penuh makna.

Entah keberanian dari mana yang mendorongku mengulum bibir indah yang setengah terbuka milik mbak Revita. Aah reaksi positif kudapatkan… kulumanku dibalasnya, sejenak bibir kami berpagutan mesra, sampe akhirnya dia melepaskan pagutan bibirnya dengan nafas terengah-engah.

“Aaah Biimo… jangan… jangan diteruskan… bahaya” katanya setengah berbisik sambil berusaha melepaskan rengkuhanku, tak akan kulepaskan nyonya cantik ini, kepalang tanggung, pikirku.

“Kenapa mba..? apanya yang berbahaya..?” sahutku sekenanya sambil mendaratkan kecupan bibirku di lehernya yang jenjang.

Sejenak dia meronta-ronta kecil berusaha menghindari kenakalan bibirku pada leher mulusnya, sementara tanganku tengah meremasi kemontokan buah dada yang ternyata memang tak mengenakan bra.

Beberapa kali tangan halusnya menepiskan tanganku dari dadanya, tapi segera tanganku kembali ke tempat semula, sampai sesaat kemudian perlawanannya berhenti dengan sendirinya, berubah dengan desah nafas memburu dan geliatan tubuhnya

Serangankupun kukendorkan, kecupan bibirku kuperlembut demikian juga remasan tanganku berubah menjadi elusan lembut pada kulit payudaranya dan gelitikan mesra pada puting susunya yang sudah mengeras.

“Bimo… ssss… aku ngga tahaaan..” bisiknya pendek, dekat sekali suara itu di telingaku… ooowww… daun telingaku dikulumnya… dijilatinya…

“ Ikuti aja mba… nikmati aja..” bisikku mesra sambil menarik tali daster yang tersimpul di pundaknya, sehingga memperlihatkan kesempurnaan bukit montok di dadanya.. begitu mulus dengan puting mungil mengeras berwarna merah kecoklatan… kudaratkan jilatan ujung lidahku pada benda itu, tubuh mbak Revita menggeliat sambil mendesah panjang…

“ Ssssssshhh… aaahh… Biimm..ooo.. aku.. takuut… mmmmmhh” Tak kupedulikan lagi kalimat-kalimat mbak Revita, karena nafsukupun sudah di ubun-ubun apalagi menghadapi kenyataan ternyata tubuh ibu muda ini memang tak layak untuk dilewatkan sesentipun.

Desah-desah resah berhamburan dari mulut mbak Revita, geliatan tubuhnya sudah menunjukkan kepasrahannya kepada birahinya sendiri… tangannya mulai melingkar di leherku, betapa rambutku digerumasinya, betapa kuatnya jari lentik mbak Revita mencengkeram kulit punggungku, manakala puting susunya kukulum dalam waktu yang lama….

“ Duuuh… ampuuunn…..” desahnya lirih, perutnya yang rata berkulit putih dihiasi lubang pusar berbentuk bagus ini menggeliat erotis, manakala bibirku mengecupinya… Tubuh atas mbak Revita sudah kutelanjangi, entah kemana daster dan sweaternya jatuh ketika kulempar tadi.

Tubuhnya setengah rebah dengan kepala berada di sandaran tangan sofa, sementara kulihat tangannya meremasi payudaranya sendiri…

Mbak Revita mengerang panjang dengan menggoyang-goyangkan kepalanya yang mendongak ketika lubang pusarnya kukorek-korek mesra dengan lidahku… tubuhnya menggeliat erotis sekali, rupanya disitu adalah salah satu daerah sensitifnya.

“ Owww… Biimmoo… jangaaan… aku tidak mauu…” bisiknya sambil tangannya menahan daguku… ketika kukecupi gundukan kemaluannya dari balik celana G Stringnya yang sudah tampak bercak basah…

“ Kenapa mbak..?” tanyaku lembut..

“ Ssssshh… aku belum.. pernah… maluuu..” jawab mbak Revita, sambil berusaha menarik tubuhku ke atas…

Busyeet jadi diapain aja tubuh indah ini sama mas Budhi..? Selanjutnya tanpa permisi celana G String itu kusingkap ke samping…. Fuuuiii..! sebuah gundukan kecil yang dibelah tengah dengan rambut kemaluan tidak begitu lebat… sebuah bentuk luar kemaluan wanita yang masih orisinil… indah sekali belahan yang basah kulihat berdenyut-denyut… tak ayal lagi lidahku terjulur menyapu cairan yang membasahi belahan indah itu….

“Aaaaahhh… Biiiimmoooo… kamu bandeeelll…” Erang mbak Revita dengan tubuh semakin hebat menggeliat… sepasang kaki panjangnya semakin terkangkang lebar… kaki sebelah kiri terjuntai ke lantai yang beralaskan karpet tebal dan kaki sebelah kanannya ditumpangkan di atas sandaran sofa…

Setelah G Stringnya kutanggalkan. Rambutku habis diacak-acak tangannya yang gemas yang kadang mencengkeram erat kulit pundakku… hal ini membuat aku semakin kesetanan ditambah aroma vaginanya yang segar… bibirku menciumi bibir vaginanya selayaknya mencium bibir mulutnya dan lidahku menyelip-nyelip memasuki liang yang basah itu sampai sedalam-dalamnya…. sesekali kukulum clitoris mungil yang sudah mengeras…

“ Biiimmmmooo…. ampuuuunn… nikmaaaaat bangeeettt…” mbak Revita merintih-rintih dengan suara seperti orang mau menangis… pinggulnya bergerak-gerak merespon ulah lidah dan bibirku di selangkangannya…

“ Ooowwh… Biiimmm… sudaaaaahhhh aku tidak tahaaaaan…” Suara mbak Revita semakin memilukan…

Tiba-tiba tubuh mbak Revita bangkit dan mendorong lembut tubuhku yang tengah bersimpuh di karpet tebal kuikuti saja sehingga tubuhku telentang di karpet sedangkan tubuh mbak Revita mengikuti arah rebah tubuhku sehingga tubuhku kini ditindihnya

Payudaranya yang montok dan kenyal itu kini menempel ketat di dadaku… wajah kami begitu dekat dan wajah wanita yang tengah diamuk birahi memang akan semakin terlihat memikat, seperti wajah mbak Revita ini kulihat semakin mempesonaku…

“ Bimooo… ayo masukin yaaah..?” Desisnya dengan bibir indahnya kulihat gemetar…

Alis indah di wajah cantik mbak Revita mengerinyit dan matanya yang agak sipit semakin menyipit sayu…

“ Ouught… pelaaan Biiimm… ssssss… nyeriii…” keluhnya… sambil memepererat pelukannya… kurasakan liang sanggama ibu muda ini sempit sekali ketika palkonku berusaha menerobosnya

Tapi ibu muda ini sangat bersemangat untuk menuntaskan gairah binalnya… walaupun dengan ekspresi yang nampak kesulitan dan kesakitan…. diiringi geal-geol pinggulnya… akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluanku tertanam di liang sanggamanya yang sempit..

“ Sssshhh… gilaaa… gede banget punya kamu… hhh… hhh… tunggu Biimm..”

Tubuh sintal mbak Revita ambruk ke tubuhku ketika penetrasi itu berhasil… kudiamkan sejenak tubuh sintal itu diam tak bergerak di atas tubuhku dengan nafas memburu tak beraturan… besutan-besutan kecil kurasakan ketika mbak Revita mulai menggerakkan pinggulnya… dan gerakan itu semakin keras… dan besutan-besutan itu semakin nikmat kurasakan…. aku tidak bisa menahan diri lagi untuk mengcounternya… aku mulai mengayun batang kemaluanku..

“ Biimmooo… oooohhh…sssshhhh” hanya itu desah-desah kalimat pendek yang sering terucap dari mulut mbak Revita yang dengan gemulai menarikan pinggulnya… diiringi erangan dan rintihan kami yang sangat ekspresif… sesekali bibir kami berpagutan liar… remasan gemas tanganku pada payudara montok yang terayun-ayun itu seakan tak mau lepas…

“ Biimm… Biimmoooo… ssssshh… aku hampiiirrr… ookkkhhh..” gerakan tubuh mbak Revita semakin tak beraturan… dan rasanya akupun tidak perlu menahan bobolnya tanggul spermaku untuk lebih lama…

“ Tunggu mba..” desisku pendek..

Dan bagaikan dikomandoin tubuh kami bisa serentak meregang dan aku terpaksa mengayunkan batang kemaluanku sehebat-hebatnya un tuk menghasilkan kenikmatanku secara maksimal…

“ Aaaaarrgh.. Biiiimmooo… aammmpuuuunn…” Tubuh mbak Revita menggelepar hebat di atas tubuhku… betapa kejam kuku jarinya mencengkeram dadaku sebagai pelampiasan meledaknya puncak birahi betinanya….

Hening…. sesaat setelah terjadinya ledakan hebat… kulihat jarum jam di dinding menunjukkan angka 11.30… tubuhku tetap rebah telentang… sedangkan tubuh mbak Revita tergolek disamping membelakangiku…

Ketika deru nafas memburu kami mulai mereda… dan ketika keringat birahi kami mulai mengering…. kupeluk tubuh sintal mbak Revita dari belakang, tapi dengan lembut tanganku diangkat dan dipindahkan ke tubuhku sendiri… dan tubuh mbak Revita beringsut menjauhiku… kudekati lagi tubuh itu dan kudaratkan kecupan di punggung berkulit mulus itu… kudengar isak tangisnya….

“ kenapa mba..?” tanyaku lembut… lama tidak ada jawaban, isak tangis mbak Revita makin keras… kubelai lembut pundaknya.. tapi tanganku ditepisnya…

“ Bimo… aku sedih dengan kejadian ini… aku malu sama kamu.. dan aku merasa sudah melukai hati Wanti dan mas Budhi…” terdengar suara mbak Revita serak…

“ Malu kepadaku..? untuk apa malu…? justru aku merasa lebih dekat dan bahagia sama kamu mbak.. walaupun sebenarnya tidak seharusnya dengan jalan seperti ini… selama kita bisa memposisikan masalah ini pada porsinya, kurasa mas Budhi ataupun Wanti tidak akan merasa kita sakiti..” jawabku panjang lebar..

“ Aku takut mereka tahu apa yang telah kita lakukan..” sahut mbak Revita dengan suara yang semakin tenang…

“ Mereka tidak akan tahu selama kita tidak memberitahu… dan kondisi kita saat ini adalah seorang lelaki dan wanita yang punya keinginan yang harus terpenuhi saat ini juga… kita tidak bisa menghindari mbak..” sahutku lagi, sambil kutumpangkan tanganku dipinggul bulatnya… mbak Revita tak bereaksi walaupun masih mempunggungiku…

“Lebih tepatnya harus terpenuhi malam ini… bukan hanya sesaat…” sahut mbak Revita sambil membalikkan badannya, sehingga kembali payudara montoknya menempel di dadaku… matanya menatapku tajam penuh tantangan.. dan kini wajah sembab sehabis menangis ini tersenyum manis sekali…

“ sepanjang malam ini mba..?” tanyaku menegaskan, sambil kulingkarkan lenganku ke pinggangnya yang raping…

“ Yah… bukankah malam masih panjang Bim…?” bisiknya manja.. wajahnya ditengadahkan ke wajahku. Kupagut bibir bagus itu dan disambut dengan sangat bergairah…. Gairah liar birahi betina mbak Revita meletup dahsyat, aku benar-benar tak menyangka ibu muda yang kalem dan polos bisa berubah sedemikian agresip… Batang kemaluanku rupanya benar-benar membikin ibu muda ini gemas setengah mati… tak hentinya tangan berjari lentik ini mengocok dan meremas-remasnya..

“ Bimo aku pengen “ini” kamu..” bisiknya manja sambil meremas lebih keras saat mengucap kata “ini”…

“ Emang bisa..?” sahutku menggoda… wooww.. perutku digigit kecil mbak Revita dengan gemas…

“ Boleeeh enggaaa..?” rajuknya

“ Iyaaaa… habisiiin deeeh..” jawabku sambil kuremas pantat bulatnya…

Awalnya kurasakan mbak Revita masih coba-coba… dengan sabar aku memberi arahan, karena beberapa kali palkonku terkena giginya… lumayan sakiit…

Selanjutnya, tubuhku dibuat melintir dan menggeliat merasakan permainan lidah dan lembutnya bibir mbak Revita membasuk batang kemaluanku… kadang-kadang dengan nekadnya batang kemaluanku ditanamnya dalam-dalam sampai ujung kerongkongannya… sampai mbak Revita tersedak..

“ Eeeii.. jangan diabisin mbaa..” kataku lembut… melihat mbak Revita tersedak..

“ Abis gemeees aku Bim… punya kamu panjaaang bangeeet, gede lagi…” bisiknya manja, memberi alasan…

Akhirnya kami membuat posisi 69, mbak Revita menindihku dengan posisi mengangkangi wajahku… Kami sepakat dengan posisi ini sampai mencapai orgasme… kembali erangan dan rintihan kami bersahutan.. gerak tubuh kami sudah tak berirama

Detik-detik akhir mbak Revitapun kurasakan… beberapa kali kaki panjangnya meregang dan besotan mekinya di bibirku makin liar… aksi lidah dan bibirnya pada batang kemaluankupun makin liar, membuatku semakin mendekati titik kulminasi…

“ Eeeeeehhhkkk… Biiiimmmm… niiiikkkkmaaaattnyaaa…” rengek mbak Revita panjang, tubuhnya menggeliat hebat… kedua kakinya meregang.. besotan meki ke mulutkupun makin hebat… lidahku kujulurkan jauh kedalam liang becek yang kurasakan mengedut-ngedut…

“ Oooowww.. mbak akuu.. hampiiirr…” Desahku selang tak lama setelah palkonku kembali dihajar lidah dan mulut mbak Revita… busyeeet, bukannya melepaskan kuluman bibirnya di palkonku, mbak Revita malah memperhebat aksi mulut dan lidahnya ditambah kocokan tangannya pada batang kemaluanku…

Apa dayaku… tak ampun lagi diiringi eranganku, tubuhku mengejang keras mengantarkan semprotan spermaku bertubi-tubi di dalam mulut mbak Revita yang makin lengket seperti lintah menempel di tubuhku… tak luput kantong pelerku diremas-remas lembut,

Seakan spermaku ingin diperas habis… setelah dirasa tetes terakhir… buru-buru mbak Revita bangun dari tubuhku dan menyambar botol aqua yang tadi dibawa dari rumah dan diteguknya sampai tandas…

“ Iiih… rasanya aneh… banyak banget, kentel lagi… kenyang deh aku Bim… tapi enaak kok, asin ada gurihnya..” komentar mbak Revita dengan pengalaman barunya… Kembali kami berbaring di karpet tebal merasakan lemasnya tubuh…

Setelah mengguyur tubuh dengan shower di kamar mandi kembali kami rebahan santai di karpet tebal di depan televisi, saat itulah mbak Revita menceritakan rahasia kehidupan ranjangnya dengan mas Budhi, yang monotone

Mas Budhi terlalu polos dan lurus dalam soal sex.. sedikit-sedikit takut dosa. Dalam hal kepuasan sex sebenernya mbak Revita tidak merasa kekurangan, karena selain mas Budhi memang punya stamina tubuh yang bagus dengan hidup sehatnya, di sisi lain memang mbak Revita adalah type wanita yang gampang tersulut gairah seksualnya dan dengan cepat mencapai puncak orgasme…

“ Pernah hari Minggu pagi aku liat mas Budhi sedang nyuci mobil dengan kaos yang basah, sehingga nempel dibadannya yang atletis… seeerrrr… langsung.. basah juga deh CD ku… dan langsung kutarik mas budhi kekamar dan aku telanjangi…. haa.. haaa.. dapet dua kali…” tutur mbak Revita sambil menyuapi aku dengan anggur yang dibawanya tadi… Kembali kami nonton bokep yang belum kami tonton… belum seperempat jam Asia Carrera beraksi…

“ Biiiimmm… nggaaa tahaaan neeh… keburu pagi…” Desah mbak Revita manja dengan nafas yang sudah ngos-ngosan… apalagi dengan membengkaknya batang kemaluanku yang dari tadi tidak lepas dari genggamannya.

“ Mbak Revita pingin diapain..?” bisikku sambil kudaratkan kecupan di lehernya

“ Pingin kaya di film itu…” jawabnya manja… tanpa disuruh mbak Revita menelungkupkan tubuhnya di sofa dengan kaki berlutut di karpet agak mengangkang… kuminta pantatnya ditunggingkan sehingga gundukan bukit kemaluannya mengarah keluar… mbak Revita kembali mengerang gemas ketika palkonku mulai merentangkan otot liang sanggamanya… ketika pantat montok itu mulai menggeol gemulai dan ketika batang kemaluanku mulai memompa… mulailah kuda jantan dan kuda betina ini berpacu birahi…

Aku membuktikan mbak Revita memang wanita yang cepat mencapai orgasme dan cepat kembali berkobar birahinya… dan mbak Revita menghendaki berganti posisi setelah dia mencapai orgasme… saking seringnya dia mencapai orgasme… hampir-hampir kami kehabisan posisi dan di setiap posisi mbak Revita mengaku bisa mencapai orgasme dengan kenikmatan yang maksimal… Ketika pada orgasme mbak Revita yang kelima, aku juga merasakan orgasmeku hampir sampai… mbak Revita menyadari itu…

“ Biimm… tumpahkan dimulutku sayaaang… aku suka peju kentel kamu…” rengeknya disela-sela nafas kuda betinanya… dan dengan bernafsu sekali mbak Revita menyambut semburan demi semburan sperma kentalku dengan mulut terbuka lebar dan lidah yang menggapai-gapai…

Tubuh mbak Revita kembali rebah telentang di karpet setelah menenggak setengah botol aqua… rambutnya yang panjang tampak kusut dan basah oleh keringatnya, tubuhnya yang berkulit putih juga tampak berkilat basah oleh keringat… terlihat sinar matanya yang kecapekan dan wajah agak memucat…

Ketika aku keluar dari kamar mandi setelah kembali mengguyur tubuhku dengan shower, kulihat mbak Revita tertidur pulas dengan bibir tersenyum… kulihat jam menunjukkan jam 03.45… kurebahkan tubuhku disisinya…

Kubelai lembut rambutnya yang masih basah oleh keringat birahi… kukecup keningnya yang sedikit nonong… kuamati tubuh telanjang ibu muda ini, sebuah struktur yang sempurna… wajahnya berbentuk oval, bibir berbentuk bagus, hidung mancung berbentuk ramping,

Mata agak sipit tapi memanjang dengan kelopak besar… bulu mata yang lentik dan panjang… alisnya seperti di gambar… postur tubuhnyapun proporsional antara tinggi dan beratnya… sekitar 165 – 170 cm… buah dadanya yang montok kutaksir cup branya B…. memang masih kenyal menggemaskan dengan puting susu bak perawan, mencuat mungil ke depan, berwarna merah kecoklatan…

perutnya yang rata dengan lubang pusar berbentuk indah… pinggang ramping menyambung dengan pinggul yang padat ditopang sepasang kaki yang panjang berbentuk atletis….

Rupanya aku tak dapat menahan kantukku… Aku membuka mata kulihat mbak Revita bersimpuh di sebelah tubuhku, dengan pakaian sudah lengkap membalut tubuhnya, rupanya dia yang membangunkanku kulihat jam dinding menunjukkan pukul 05.15…

“Biim, aku pulang dulu yaa..?” kata mbak Revita, wajahnya sudah segar, rupanya sempat mencuci mukanya sebelum membangunkanku…

“ Eeeh… buru-buru sih..? kan masih pagi… “ jawabku sambil menarik pinggangnya…

“ Bimo kamu gila… liat tuh udah terang…” protesnya ketika tubuhnya menindih tubuhku akibat tarikan tanganku dan aku memang gha peduli karena seperti biasa kalo pagi hari, batang kemaluanku pasti ikut menggeliat bangun saat aku bangun…. kembali kugumuli tubuh indah yang kini sudah berdaster lengkap dengan sweaternya….

“ Aaaahhh Bimmooo… tidak mauuk… bauuuk ga enak..” protesnya manja tapi tidak menolak bahkan kudengar desisan panjang ketika batang kemaluanku kembali menggelosor memasuki tubuhnya…

“ Biiimmo… asli aku ga mampu menolak yang begini iniii ooohhkk…” desisnya gemas merasakan pompaan batang kemaluanku ke liang sanggamanya yang sempit…

“ Ayyuu Biiimmm… keburu mbak Suti dateng…” bisik mbak Revita di deket telingaku, setelah orgasmenya yang kedua, mbak Suti adalah tukang cuci yang tiap pagi datang ke rumahnya….

“Owwkk.. Biiimmm… giiilllaa kamuuu… aku berasaa lagiii…” rengek mbak Revita lirih.. kurasakan tubuhnya mulai menegang…

“ Mmmhh… tuungguuu mbaakk..” Kupergencar pompaanku… tubuh mbak Revita makin kuat menegang.. memperkuat pelukan dan cengkeramannya di tubuhku…

“ Oooowww… nggaaaaa tahaaaan Biiiimmm…!” teriakan keras mbak Revita menghantarkan geleparan tubuhnya yang tak terkontrol hal ini ternyata mendorong dengan cepat semburatnya spermaku kembali memenuhi liang sanggama mbak Revita….

Kembali kami terkapar di atas karpet… kali ini mbak Revita ngga lagi telanjang… hanya dasternya aja tersingkap sampai ke perut… Setelah nafsnya kembali teratur mbak Revita beringsut bangkit sambil memungut celana G Stringnya dimasukkan ke kantong dasternya…

“ Udah ya Bim… makasih banget untuk malam panjang ini… aku tidak akan melupakan malam indah sama kamu ini, tapi aku berharap cukup sekali ini saja… jangan sampai kita ulang ya Biim… janji ya..?” kata mbak Revita sendu…

akupun mengangguk saja, tidak ada kalimat yang mampu terucap dari mulutku… Kuantar mbak Revita sampai pintu ruang tamu, karena aku masih telanjang bulat… Nggak sampai setengah menit mbak Revita menutup pintu rumahnya, kulihat dari balik kaca jendela mba Suti tukang cuci itu datang…

Memang kejadian itu tidak terulang lagi sampai saat ini dan hubungan keluarga kami tetap seperti sediakala sampai akhirnya mbak Revita dan Wanti istriku melahirkan anak dengan waktu hampir bersamaan, tapi kejadian semalam itu rupanya benar-benar menjadi ikon yang hidup di hati aku dan mbak Revita… beberapa kali kami melakukan phone sex setiap kali mbak Revita curhat tentang kehidupan seksnya yang tetap monotone… hanya sebatas itu…

Monday, 28 August 2017

Cerita Sex - Pacarku Kehausan Sex..


Masuk di perguruan tinggi tak jauh jauh dari dunia sex menurutku selain menuntut ilmu seks juga merupakan pelengkap kalau jauh dari jangkauan orang tua , terutama pada diriku dengan pacarku sebut saja Brenda, doi beda kampus denganku , aqu kenal dengan doi lewat temanku dan mempertemukan kita aqu dan Brenda dari pacaran belum pernah namanya ciuman maupun sex tapi setelah jalan 3 bulan tanda tanda kalau Brenda orangnya candu sex.

Pertama yang membuat aqu tau ialah dia pernah bercerita kalau selama 4 bulan ini dia jarang di sentuh oleh laki laki termasuk aqu, dalam arti dia haus akan kenikmatan seksual yang pernah di tinggal mantannya pergi, jujur saja aqu kaget mendengar perkataan Brenda tersebut sontak batang yang ada di dalam celana langsung berdiri.

“Kenapa kamu tiba-tiba jadi horny begini..?” tanya saya.

“Aqu tiga hari ini habis nonton BF bareng temen-temen kosku..,” jawabnya,

“Ayolah.., kamu mauya..?” pintanya.

Cerita Mesum Terlengkap, Aqu semakin tdk karuan mendengar permintaannya itu sambil menggelayut di lenganku dgn manja. Akhirnya kuputuskan utk meladeninya, meskipun aqu belum pernah melaqukannya sama sekali dgn wanita manapun.

Dia tampak senang sekali mendengar kesediaanku meladeninya malam itu. Di kepalaqu mulai timbul pikiran-pikiran yang kotor sambil berfantasi dgn kemolekan tubuhnya yang sintal, langsing dan berisi itu (toketnya berukuran 32A, kira-kira segitu deh).

Seketika saja motorku lgsung kubawa ke arah tempat kost-nya yang memang bebas, dan laki-laki boleh masuk, karena memang tetangga sekitar berjarak agak berjauhan dgn rumah itu. Sampai di kost-nya, aqu memarkirkan motorku dan lgsung digandeng masuk ke dalam kamarnya.

Teman-teman satu kost-nya lgsung saja mengejek kami ketika kami baru saja masuk,


“Waaahh, sudah kebelet ya.. abis yang kemarin itu..?” kata salah seorang dari mereka dan lgsung disambut sorakan yang lainnya.

Aqu hanya diam saja, sdng Ina tertawa kecil sambil berkata,

“Biarin..! Orang gue juga kepengen kok..!”

Sesampainya di kamar, Ina bergegas mengunci pintu dan lgsung menubrukku sampai aqu tersungkur di kasurnya. Dia mulai menerkam bibirku dgn ciumannya yang penuh nafsu. Aqu sudah tdk ada pikiran utk menghentikan tindakannya itu.

Aqu lgsung meladeni ciumannya yang ganas itu dgn ganas pula. Tangan Ina mulai merayap di kemaluanku yang masih tertutup celana. Aqu tdk mau kalah juga, kusergap toketnya dgn remasan yang lembut sambil kulepaskan satu persatu kancing bajunya.

Akhirnya dia pun berdiri karena melihatku mulai bernafsu dan sudah mulai membuka bajunya. Dia mulai membantuku membuka bajuku hingga celana dan sekaligus celana dalamku terlepas dari tubuhku dan dilemparkannya saja ke tepi ranjangnya.

Begitu juga sebaliknya, kulucutkan pakainnya hingga kami sama-sama telanjang bulat. Tanpa pikir panjang, aqu direbahkannya di atas kasur dalam posisi duduk, dan kini wajahnya sudah berada tepat di depan batang kejantananku yang sudah tegak berdiri.

“Aqu kangen sama kemaluan lelaki..!” katanya sambil mengocok-ngocok lembut batang kemaluanku.

Aqu semakin menggeliat. Baru pertama kali batang kemluanku dikocok sama cewek. Kocokannya semakin terasa dan aqu semakin mendesah hebat. Tdk sampai dua menit dia mengocok, www.tempatceritasex.com , tiba-tiba mulutnya diarahkannya ke batang kejantananku dan ia pun mulai mengulumnya.

Gila..! Sensasi yang luar biasa. Aqu terkesan dgn permainan mulutnya, sesekali dihisap, dimainkan menggunakan gigi, dikulum, dijilat dan banyak lagi deh.

Setelah agak lama dan aqu juga sudah mulai sangat terangsang, kuangkat dia ke sebelahku dan sekarang aqu yang berlutut di lantai, sdng Ina yang sekarang duduk di kasur.

Aqu sudah tdk tahan ingin mencoba merasakan menjilati miliknya yang gundul tanpa ada selembar bulu pun itu, karena tampaknya Ina sudah mencukurnya.

Aqu memulai dgn mempermainkan mekinya terlebih dahulu menggunakan jari-jariku.

“Sssttt… aaahhh… terus..!” rintihnya ketika jariku mulai memasuki daerang liang senggamanya.

Aqu mulai mempermainkan nafsunya dgn jari-jariku, dia mulai meronta dgn mengangkat-angkat pantatnya. Tdk lama setelah itu aqu mulai menjilati dgn segala macam cara di lembah yang gersang itu, mulai dari kumasukkan lidahku ke lubangnya sampai kuputar-putar di lipatannya yangmembuat Ina semakin meronta bagaikan orang yang kerasukan birahi.

Sekitar 10 menit aqu memainkan liang senggamanya, Ina mulai tdk tahan.

“Maaass… aquuu.. maauu.. keluarr… aaahhh… masukin aja pake… batangmu… Mass.., uuuhh… aaahh..!” rontanya sambil mengangkat-angkat terus pantatnya, sdngkan kepalaqu masih ditekannya, seakan dia minta jangan dilepaskannya lidahku pada lembahnya.

Aqu tdk mempedulikan rintihannya hingga suatu saat, “Seerr… haaahh… haaahh..!” Ina mengelinjang hebat merasakan orgasmenya.

Liang kemaluannya tetap tdk kubiarkan menganggur, aqu masih mempermainkan liangnya itu dgnjariku. Ina masih meronta. Lgsung dia sergap batanganku, dikocoknya dan dikulumnya dgn penuh semangat. Aqu sedikit meronta karena seakan Ina membalas perlaquanku padanya.

Akhirnya aqu lgsung saja merebahkannya dalam posisi telentang, aqu mulai membimbing batang kejantananku yang masih tegang hebat itu ke liang senggamanya, dan,

“Slepp..!” batangankusudah masuk penuh.

Ketika rudalku itu masuk penuh, Ina merintih,

“Haaahh.. Maaasss.. goyang..!” rintihnya manja.

Kuturuti saja kata-katanya, aqu mulai menggoyang pinggulku dan menyodok-nyodok lubang kenikmatannya dgn batang kejantananku. Rintihan demi rintihan bergantian keluar dari mulut kami. Sampai akhirnya Ina semakin menggelenjang tdk menentu, aqu tahu kalau dia sudah mau orgasme lagi. Melihat gejala itu, lgsung saja kupercepat gerakanku sampai akhirnya,

“Serr.. serr.. serr..!” keluarlah cairan kenikmatan itu dari liangnya.

“Stop… Stoop dulu… hhuuhhh… huuhh.. haaahh, jangan.. dicabut Mas..! Biarin aja..” pintanya.

Aqu pun tdk mencabut kemaluanku dan seketika kurasakan batang kejantananku dihisap-hisap liang mekinya, gilaa..! nikmat sekali. Tdk lama kemudian aqu dibaringkan ke kasur dgnposisi telentang. Kini posisi Ina ada di atas dalam keadaan duduk sambil mengocok batanganku dan membimbing lagi ke arah liang kemaluannya.

Kisah Mahasiswi Dewasa : Kisah Liena Mahasiswi dari Luar Negeri

“Sleepp..!”

“Oohh.. liangmu enak banget Say..!” kataqu.

“Punya kamu juga bikin aqu gila Mas..!” katanya sambil menaik-turunkan tubuhnya di atas tubuhku.

Tanganku tdk diam saja, kuraih toketnya dan kukulum, kuhisap toketnya bergantian sambilkumulai meremas bergantian tanpa berhenti. Rontaan Ina semakin hebat dan semakin kelojotan dia. Aqu pun mulai tdk tahan, karena posisi inilah yang paling kusukai, karena tangan dan mulutku tdk akan berhenti hinggap di bagian tubuh wanita yang paling kusukai, yaitu toket.

Setelah sekitar 15 menit kami saling menggenjot birahi, akhirnya rasanya aqu tdk dapat lagi menahan keinginanku meledakkan laharku.

“Saayy… aqu maauuu keluar Saayy..!” rintihku.

“Tunggu aqu Massss… ntar keluarnya aqu kocokin aja..!” kata Ina yang membuatku kaget setengah mati dan lgsung membayangkan bagaiamana nikmatnya dikocokin tangannya ketika mau orgasme.

Tdk berapa lama kemudian, aqu merasakan jepitan pangkal paha Ina semakin keras, dan rontaannya semakin tdk beraturan, sdngkan aqu juga sedikit mulai merasakan mau keluar.Seketika batang kemaluanku merasakan adanya cairan yang mengguyur dari dalam rahimnya sambil Ina terlihat kelojotan tdk beraturan.

Aqu belum merasakan mau keluar juga saat itu.

“Ina, keluarin aqu juga dong..!” pintaqu merintih sambil meremas buah dadanya yang ranum itu.

Seketika dia sudah mengocok batang kejantananku dan lgsung membasahinya dgn ludahnya,dihisapnya dan dikulumnya layaknya sdng makan es krim. Tdk ada semenit aqu sudah menumpahkan air maniku ke lehernya sambil kocokannya terus jalan tdk berhenti. Setelahitu dia membersihkan batang rudalku dgn jilatannya.

“Aqu ntar malem pengen lagi ya..?” pintaqu.

“Aqu juga pengen lagi kok Mass..!” katanya dgn disertai ciuman lembut di bibirku.

Sejak saat itu aqu mulai ketagihan hubungan seks dan kami berdua tdk pernah sungkan-sungkan lagi kalau lagi ingin melaqukan hubungan seks. Pernah kami melaqukannya sehari tiga kali. Bahkan kami pernah hanya melaqukan 10 hari dgn oral seks saja, mengingat saat itu Ina baru menstruasi.

Namun petualngan seksku belum berhenti sampai disitu. Pernah suatu ketika, permainan hubungan seks kami diintip Ibu kost Ina dan dua orang teman kost-nya. Hingga saat Ina sudah lulus dan kembali ke kota asalnya, aqu masih tetap main ke kost Ina karena setelah kepergian Ina, aqu jadi simpanan Ibu kost Ina dan seorang teman kost Ina yang juga pernah mengintip kami melaqukan hubungan seks itu sampai sekarang. Aqu jadi benar-benar ketagihan sampai sekarang.

Utk pengalamanku dgn teman kost Ina dan Ibu kost-nya tdk dapat lagi kuceritakan, karena aqu selalu terangsang berat kalau membaca tulisan di situs ini. Begitu juga aqu jadi seperti “cacing kepanasan” sehabis menulis cerita ini dan sepertinya habis ini aqu harus onani, karena aqu merasakan “on” banget.

Saturday, 26 August 2017

Cerita Sex - Service Dua Cewek..


Saat aku diajak oleh temanku untuk menjadi panitia dalam pernikahan sepupunya, aku sedang mengambil makanan tiba tiba handphonku berbunyi salah seorang temanku menelponku.

Hallo say kamu makan kok gak ngajak ngajak aku sih

“Lho emangnya kamu tau kalau aku sedang makan dari mana say”

“lha sekarang aku dibelakangmu nih, hehehe”

Aku menoleh dan Mbak Ayu melambaikan tangan. Mbak Ayu memakai kebaya dan rambutnya yang sebahu dibiarkan tergerai dengan model shaggy.

“Apa kabar Mbak.?” sambil mencium pipinya.

“Aku baik Vi, kamu ngapain disini?” Mbak Ayu menggandeng tanganku dan menarik aku kesudut ruangan.

“Sepupu teman kawin, terus aku dimintain tolong jadi panitia. Mbak Ayu ngapain disini? sendirian?”

“Undangannya buat suamiku tapi dia lagi ke luar negeri, jadi aku wakilin dia deh. Aku nggak sendirian, kan ada kamu,” sambil tersenyum manis dan menyalakan rokoknya.

“Yee. Naik apa Mbak?”

“Naik mobil dong, masa naik becak.”

“He.. he.. aku juga tahu kalau itu.”

“Kamu pulang sama siapa Vi?”

“Aku pulang sendiri aja, habis makan aku ganti baju terus pulang kali. Capek banget dari siang aku sudah disini.”

“Kamu balik bareng aku aja ya Vi. Nanti kalau sudah selesai ganti baju, aku tunggu di mobil ya.”

Aku mengangguk lalu berganti baju memakai celana pendek, t-shirt dan sepatu kets sementara celana panjang dan lainnya aku letakkan di ranselku. Aku menuju tempat parkir dan masuk ke mobil Mbak Ayu. Aku duduk di sebelah kiri, Mbak Ayu mengemudikan mobilnya keluar dari gedung.

Mbak Ayu mengemudikan mobil menuju ke arah rumahnya di bilangan Permata Hijau, dan memasukkan mobilnya langsung ke dalam garasi rumahnya.

“Katanya mau anterin aku pulang, kok aku diculik ke sini sih?”

“Kamu temanin aku ya malem ini, aku bete nih sendirian di rumah”

“Terserah Mbak aja deh.”

“Nah gitu dong, masuk yuk Vi.”

Mbak Ayu mengajak aku masuk dan mempersilahkan duduk diruang keluarga. Di ruang itu terdapat sofa besar dan TV berukuran besar lengkap dengan sound systemnya. Mbak Ayu memanggil Bi Inah pembantunya dan menyuruhnya untuk membuatkan minum. Aku memang sudah mengenal semua anggota rumah Mbak Ayu termasuk supir dan pembantunya, karena mantan pacarku dulu pernah bekerja menjadi asisten pribadi Mbak Ayu.

“Makasih ya Bi, apa kabar?”

“Baik Den Ovi, silahkan minum lho.”

“Minum gih, aku ganti baju dulu ya vi.”

“Oke Mbak.”

Aku menyalakan TV dan menonton film sex and the city di Trans TV, Mbak Ayu menganti bajunya dengan celana pendek dan kaos lengan dan rambutnya diikat pony tail. Mbak Ayu duduk disebelahku dan menyalakan rokok. Aku terus memperhatikan Mbak Ayu.

“Kenapa sih kamu koq lihatin aku terus?”

“Mbak cakep sih.”

“Ngerayu nih atau ngeledek?” sambil mencubit pahaku.

“He.. he.. he.. Dua duanya donk.” sambil kupeluk pundaknya.

Mbak Ayu menggeser posisi duduknya sehingga tubuhnya bersandar di tubuhku sementara tanganku memeluk pinggangnya dari belakang. Sesekali aku meraba payudaranya dan mencium lehernya. Aku terus mencium leher dan telinganya.

“Sss.. Mmm.. Vi.. Mmm.. Mph.. Mph..” sambil aku terus meraba dan meremas payudaranya.

Mbak Ayu mematikan rokok lalu memutar tubuhnya dan aku mencium Bibirnya. Aku dan Mbak Ayu berciuman dan saling memainkan lidah. Mbak Ayu mulai mengelus penisku dan memasukkan tangannya ke dalam celanaku. Aku membuka bajunya dan meremas remas payudaranya.

“Ouh.. Vi.. Remes tetekku say.. Remes sayang.. Ovi buka celana kamu dong.” sambil tangannya mengocok dan mengelus batang penisku.

“Mmmpphh.. Ssshh.. Ouh.. Ouh.. Mbak aja deh yang buka.”

Mbak Ayu kemudian menarik turun celana pendek dan celana dalamku, Mbak Ayu menunduk dan menjilati serta menghisap batang penisku yang sudah tegang.

“Aahh.. Mbak.. Isep penisku Mbak.. Ssshh.. Ouh enak banget.. Ouh mmpphh.. Mmpphh.. Yes.. Ouh.. Uh. Aahh..”

Mbak Ayu terus menjilati batang penisku dan memainkan lidahnya diseluruh batang penisku juga urat dibalik kepala penisku. Aku membuka baju serta BH dan menarik turun celananya berikut celana dalamnya. Aku meraba vaginanya dan menusukan jariku ke dalam vaginanya.

“Oouuhh.. Vi.. Yes.. terus say. terus. Ouh ouh.. Yess. Yess. Fuck me.. Fuck me.. Cepet say.. Gerakin jari kamu yang cepet.. Yes.. Ouh. Ouh.. Yeess..”

Aku semakin cepat mengocok dan memainkan jariku didalam vaginanya, tak lama kemudian tanganku terasa basah dan vagina Mbak Ayu terasa menjepit dan tangannya mencengkeram pahaku serta Mbak Ayu mencium dan menggigit Bibirku.

“Mmmpphh.. Mmpphh.. Yyyeess.. Aku keluar sayangg.. Yyeess” Mbak Ayu setengah menjerit tertahan.

Mbak Ayu melanjutkan aksi mulutnya di penisku yang sempat tertunda sebentar, tangannya terus mengocok dan memijat naik turun batang penisku.

“Aaahh.. Mbaakk.. Euh euh.. Yess.. Euh.. Ahh.. Aku mau keluar..” tubuhku menegang dan air maniku tumpah didalam mulut Mbak Ayu dan belepotan di tangannya, Mbak Ayu terus menjilati dan menghisap sisa sisa air maniku yang masih menetes dari penisku.

Aku memeluk Mbak Ayu dan mencium Bibirnya lalu kurebahkan Mbak Ayu diatas sofa langsung saja aku menjilati vaginanya dan menghisap klitorisnya.

“Oouuhh.. Vi. Yes.. Jilat terus say.. Jilat vaginaku. Aahh. Ouh ouh.. Yes. Masukin vi.. Masukin sayang.. Aku sudah nggak tahan nih..”

Mbak Ayu memintaku untuk duduk di sofa, Mbak Ayu membuka kakiku dan menjilati batang penisku hingga basah dengan air liurnya. Setelah beberapa saat, Mbak Ayu mengangkangi pinggangku dan menuntun masuk penisku menuju vaginanya. Penisku perlahan tapi pasti hilang ditelan vagina Mbak Ayu, Mbak Ayu menaik turunkan tubuhnya dan sesekali memutar pantatnya dan aku menghisap, meremas remas kedua payudaranya.

“Ouuhh.. Vi.. Enak banget sayang.. Yess.. Yess.. Vi.. Dorong sayang.. Dorong yang kenceng..” desah Mbak Ayu setengah menjerit tertahan sewaktu aku mengocok penisku di vaginanya dengan cepat dan keras.

Mbak Ayu terus memompa tubuhnya naik turun dan sesekali memutar pantatnya, payudaranya bergoyang tak menentu, tubuhnya bertumpu pada tangannya yang mencengkeram pahaku. Rambutnya yang panjang sesekali menggelitik dadaku pada saat Mbak Ayu menundukkan kepala dan menggelitik pahaku waktu Mbak Ayu menengadahkan kepalanya kebelakang. Aku menggendong Mbak Ayu dan merebahkannya diatas karpet dan kupompa tubuhnya dengan cepat.

“Ouhh.. Vii.. Yes yes.. Ouh.. Mmpphh.. Mmpphh.. Yess.. Kenceng sayang yang kenceng say.. Aku sudah mau.. Keluarr..” Mbak Ayu mendesah panjang, tubuhnya menegang dan bergetar dan penisku terasa dibasahi oleh cairan kehangatan Mbak Ayu.

Hal ini membuatku semakin terangsang dan terus memompa tubuh Mbak Ayu. Setelah beberapa lama aku berdiri dan menarik Mbak Ayu agar berlutut, kukocok penisku dihadapannya sementara Mbak Ayu memegang pahaku dan sesekali menjilati terkadang menghisap kepala penisku.

Aku terus mengocok di hadapan wajahnya dan tanpa sengaja aku melihat pintu dapur yang sedikit terbuka dan tampak Bi Inah sedang berdiri dibalik pintu mengintip perbuatanku dengan majikannya. Aku terus mengocok dan memasukan penisku ke mulut Mbak Ayu minta dijilat atau dihisap.

“Ouuhh.. Mbaakk.. Yes.. terus Mbak.. Isep terus.. Yess.. Ouh.. Bentar lagi Mbak.. Bentar lagi.. Aku mauu.. ahh..” desahku panjang bersamaan dengan keluarnya airmaniku dan mengenai wajah Mbak Ayu serta sebagian menetes ke payudaranya.

Mbak Ayu menjilat dan menghisap sisa sisa air maniku. Aku dan Mbak Ayu berciuman. Kami berdua membereskan pakaian yang berantakan di ruang TV dan menuju kamar. Aku langsung tertidur sambil memeluk Mbak Ayu. Esok harinya Mbak Ayu membangunkan aku dan berpesan agar aku jangan pulang dulu sebelum Mbak Ayu pulang.

“Jangan pulang dulu ya Vi, sebelum aku dateng.”

“Memang Mbak mau kemana?”

“Aku mau ke bank dulu terus mau studio dulu ada yang mau aku urus, kalau mau sarapan minta siapin Bi Inah aja ya.”

Mbak Ayu mencium Bibirku dan pergi meninggalkan kamar. Terdengar suara Mbak Ayu meminta Bi Inah agar menyiapkan sarapan buatku. Tak lama kemudian terdengar suara mobil Mbak Ayu meninggalkan rumah.

Aku bangun dan berjalan keluar kamar dan mencari Bi Inah dan ternyata Bi Inah sedang mandi. Kamar mandi Bi Inah terletak di belakang rumah dan diatasnya terdapat lubang angin yang cukup besar.

Aku mengambil kursi dan mengintip Bi Inah yang sedang mandi. Bi Inah umurnya hampir sama dengan Mbak Ayu sekitar 39 tahun. Tubuh Bi Inah lebih kurus dibanding dengan majikannya tingginya sekitar 165cm, kulitnya sawo matang, wajahnya biasa tapi manis tipikal orang Jawa Tengah.

Aku mengintip melalui lubang angin diatas pintu tampak Bi Inah sedang menyabuni tubuhnya dan meremas remas payudaranya yang berukuran 34 secara bergantian, tampak bulu bulu lebat di vaginanya. Penisku kembali tegang melihat pemandangan itu.

Ketika Bi Inah mengambil handuk, aku langsung buru buru masuk ke dalam rumah dan duduk menonton acara TV. Tak lama kemudian Bi Inah masuk dengan rok terusan panjang semata kaki berwarna biru muda memetakan bentuk tubuhnya dan rambutnya yang panjang sebatas pinggang dibiarkan tergerai lepas.

“Eh Den Ovi sudah bangun, mau sarapan Den?”

“Mau dong.. Laper nih, masak apa Bi? Habis mandi ya Bi Inah?” Bi Inah mengangguk, aku berdiri menuju meja makan, sementara penisku yang berdiri tegang tampak jelas tercetak dibalik celana pendekku karena aku memang sengaja tidak mengenakan celana dalam.

“Bibi masak nasi goreng sama telor ceplok setengah mateng nih.”

Aku sengaja berdiri disamping Bi Inah dan melihat makanan apa yang disediakan olehnya sehingga tanpa sengaja penisku menyenggol pinggulnya. Bi Inah hanya diam dan tak bereaksi lalu kusengaja kugesekan penisku di pinggulnya terdengar nafasnya mulai tak beraturan. Lalu aku duduk dan mulai makan. Tak lama kemudian Bi Inah datang membawa minuman.

“Ini minumnya, sama tadi ibu suruh Bibi untuk kasih vitamin ini.” sambil memberikan vitaminnya kepadaku.

“Makasih ya, Bi Inah nanti pijitin aku ya, pegel nih badanku.”

“Baik Den, nanti kalau sudah selesai makan panggil Bibi aja ya.”

“Ehh.. Bibi nggak usah kemana mana, temanin aku ngobrol aja disini, kan nggak enak makan sendirian.”

Aku dan Bi Inah banyak mengobrol, Bi Inah bercerita bahwa suaminya bekerja di perkebunan daerah Sumatra dan pulang hanya dua tahun sekali.

Selesai makan Bi Inah membereskan meja makan dan sekalian membersihkan ruangan. Aku menyalakan TV dan memutar film yang ada di rak dvd yang ada disamping TV. Film yang aku putar tergolong kategori X2 sehingga banyak menampilkan adegan adegan panas yang tidak terlalu vulgar seperti dalam film kategori X3.

Aku menonton film sambil berbaring disofa dan penisku yang tegang akibat melihat adegan panas di film mencetak bentuk penisku di celana bicycle pants yang aku pakai. Bi Inah membersihkan karpet diruangan itu sambil sesekali melihat adegan di film dan melirik ke arah penisku. Setelah selesai membersihkan rumah, Bi Inah menanyakan apakah aku jadi dipijat atau tidak. Aku mengangguk mengiyakan.

“Bentar ya Den Ovi, Bibi mau cuci tangan dulu ama ambil cream pijitnya ibu.”

“Ya Bi.. Disini aja sambil nonton TV.”

“Ya Den, disofa saja, Ibu juga kalau dipijit suka disofa koq.”

Bi Inah masuk kekamar Mbak Ayu dan mengambil sebotol cream juga selembar sprei untuk melapisi kain sofa dan selembar handuk. Aku membuka bajuku dan Bi Inah mulai memijat punggungku, setelah selesai memijat punggungku Bi Inah mulai memijat kakiku.

“Den Ovi celana pendeknya dibuka aja ya, biar nggak kena cream, soalnya kalau kena cream, susah hilangnya kalau dicuci.”

“Nggak ah. Malu kan.”

“Ndak pa pa koq, kan nanti ditutupin pake handuk.”

“Iya deh.” sambil melepas celana pendekku dan mengenakan handuk yang diberikan oleh Bi Inah, lalu aku langsung kembali tengkurap di sofa.

Bi Inah mulai memijat telapak kedua kakiku. Setelah telapak kaki dan betisku Bi Inah mulai memijat paha kananku dan sesekali jari jarinya menyerempet buah zakarku, selesai dengan yang kanan Bi Inah mulai memijat paha sebelah kiri.

“Balik badan dong Den ovi, sekarang dadanya Bibi pijitin ya.”

Aku membalikkan tubuh terlentang, handuk di pinggangku sedikit terbuka. Bi Inah menggeser tanganku diatas pangkuannya agar dia lebih leluasa memijat dadaku. Bi Inah memijat dadaku sementara aku mengelus elus punggung Bi Inah dan Bi Inah tidak bereaksi hanya tersenyum manis.

“Bi.. Kakiku pijit lagi ya, masih pegel nih.”

“Sebentar ya Den ovi, dikit lagi nih tinggal perutnya.” sambil memijat perutku sesekali tangannya menyenggol penisku yang sudah tegang dari tadi.

Selesai memijat perutku Bi Inah mulai memijat pahaku lagi dan kubiarkan handukku terbuka sehingga memperlihatkan penisku yang sudah tegang. Aku pura pura tidur, kuintip Bi Inah yang sesekali melihat penisku.

Selesai dengan kakiku Bi Inah menarik tangan kiriku untuk dipijat, waktu Bi Inah memijat tanganku posisi telapakku persis di depan payudaranya dan dengan sengaja kugerakkan tanganku sehingga menyenggol payudaranya. Demikian juga pada saat Bi Inah memijat tangan kananku.

Kuberanikan meraba payudaranya dan mengelusnya dari luar pakaiannya.

“Den Ovi, jangan dong.” setengah menolak tapi tidak berusaha menyingkirkan tanganku dari payudaranya. Aku terus memberanikan diri meremas remas kedua payudaranya.

“Ssshh.. Den Oovvii.. Mmm..” dia mendesah, aku duduk dan menarik tangannya ke arah penisku. Bi Inah hanya meremas remas penisku.

“Bi Inah, jangan diremes gitu dong kan sakit.”

“Maaf Den, abis Bibi gemes sih.” Bi Inah merubah remasan tangannya menjadi kocokan yang lembut di batang penisku. Aku mencium Bibirnya dan Bi Inah membalas ciumanku, aku mulai meraba pahanya dan mengangkat roknya.

“Ouuhh.. Denn Ovii.. Mmm.. Sss..” desahnya pelan.

Aku meraba celana dalamnya yang sudah basah karena sudah terangsang dan kuselipkan jariku ke dalamnya. Kumasukan jariku ke dalam vaginanya dan kukocok vaginanya dengan jariku. Aku merebahkan Bi Inah disofa, aku berlutut disampingnya sambil meremas remas payudaranya dan berciuman dengannya.

“Euh.. Euh Den.. Den ovi.. Bibi mau pipis Den.. Ah.. Den Ovii.. Ahh..” desahnya panjang, vaginanya terasa berdenyut dan kakinya menegang serta tangannya memegang erat tubuhku.

“Bi Inah lega?” tanyaku sambil terus memainkan jariku didalam vaginanya sementara tangan Bi Inah kembali mengelus dan mengocok batang penisku. Kusodorkan penisku ke arah mulutnya.

“Isep Bi, jilat penisku.. Ouh.. Yes.. Euh.. Euh..” desahku ketika Bi Inah mulai memasukan batang penisku ke dalam mulutnya dan lidahnya menjilati batangnya.

“Den ovi gede amat sih penisnya, bibi sudah lama nggak ngerasain ini.” sambil kembali menghisap dan menjilati batang penisku. Bi Inah menghisap sambil mengocok penisku dengan tangannya.

“Ouh.. Bi Inah.. terus Bi.. Ahh. Enak Bi.. Lagi Bi Inah.. Isep.. Kocok Bi.. Enakk.. Ahh”

Desahku menikmati hisapan, permainan lidah serta tangannya di batang penisku. Kepalanya bergoyang tak beraturan kekiri kekanan, rambutnya yang panjang bergoyang tak beraturan.

“Ouh.. Bi Inahh.. terus Bi.. Enak Bi.. Aaahh..” desahku panjang dan muncratlah air maniku didalam mulut Bi Inah. Bi Inah membuka mulutnya sehingga air maniku bertumpahan diatas kain penutup sofa.

“Den Ovi koq enggak ngomong sih kalau mau keluar, jadi ketelen sedikit deh pejunya.”

“Maaf Bi, aku nggak sengaja, habis Bi Inah enak sih ngisep penisku.”

Bi Inah mengambil tissue diatas meja dan membersihkan sisa air maniku. Aku mencium bibir Bi Inah dan membuka rok terusan yang dipakainya dan selanjutnya BH dan celana dalamnya. Bi Inah sudah telanjang dihadapanku.

Payudaranya masih kencang dan putingnya berwarna coklat tua menantang untuk dihisap. Bi Inah duduk disampingku dan mulai mengocok penisku, kuremas remas payudaranya dan kuhisap putingnya, Bi Inah mendesah tak karuan sementara tangannya terus mengocok penisku yang sudah tegang kembali.

Kutarik kepala Bi Inah agar menghisap lagi penisku, setelah Bi Inah membuat basah penisku kurebahkan Bi Inah diatas karpet lalu kurentangkan kedua kakinya dan kugesekan penisku di vaginanya sambil kumainkan klitorisnya dengan ibu jariku.

“Uuuhh.. Den Ovii.. Masukin penisnya.. Masukin Den.. Bibi sudah nggak tahan nih..” desahnya dan tangannya mencoba menarik penisku agar dimasukkan ke dalam vaginanya tapi tidak kubiarkan dia memegang penisku. Kubiarkan dirinya memohon dan memintaku agar segera memasukan penisku ke liang kehangatannya.

“Den.. Masukin dong.. Ooohh.. Masukin ke vaginaku dong.. Jangan digesek terus.. Den Ovii..” Bi Inah setengah berteriak ketika aku mendorong masuk penisku dengan tiba tiba. Aku terus mengocok vaginanya dengan penisku, setelah beberapa lama.

“Ohh.. Denn.. Aahh.. terus Den.. Bibi mau dapet lagi.. Iyaa.. Ohh.. Den kocok yang keras.. Bibi mau dapet lagi.. Ahh.. Aahh.. Bibi dapet Den.. ahh..” desah Bi Inah dan vaginanya terasa lebih basah karena cairan kenikmatannya membanjiri vaginanya. Aku terus menggenjot tubuhnya lalu kuputar tubuhnya sehingga posisi tubuh Bi Inah tengkurap dan aku menindih tubuhnya dari belakang.

“Den ovi.. Ouh ouh.. Enak Den.. Enakk.. Euh euh.. terus Den.. Den ovi.. Mpphh.. Den ovvii.. Bibi mau dapet lagi.. ahh..” Bi Inah mendesah panjang dan terasa vaginanya berdenyut kencang. Hal ini membuat penisku terasa lebih dijepit, aku terus memompa vagina Bi Inah.

“Ouh.. Ouh Den.. terus Den.. Enak banget.. Dorong Den.. Yang dalem Den.. Ouh.. Denn”

“Ouh Bi Inah.. Aku mau keluar Bi.. Mau keluar..”

“Bareng Den.. Den Ovi.. Bareng Den.. Bibi juga sudah mau lagi..”

“Iya Bi.. Kita keluar bareng ya.. Bi Innaahh.. Aahh.. Ouhh.. Ouhh..”

“Tahan Bi.. Bi Inah tahan.. Bentar lagi Bi.. Aku sudah mau keluar..” aku terus memompa tubuhnya sementara Bi Inah mencengkeram kaki meja dengan kencang dan kepala bergoyang tak beraturan.

“Den Ovi.. Bibi sudah nggak kuat.. ahh.. Ayo Den.. keluar bareng Den Ovi..”

“Bi aku mau keluar.. Sekarang Bi..”

“Ouh Den.. Enak Den.. Bibi enak Den.. Keluarin Den.. Keluarin pejunya di vagina bibi Den.. Ouh.. Anget Den.. Peju Den ovi anget.. Jangan dicabut dulu Den penisnya.. Ouh ouh.. Den ovii.. Enak Den..”

Lalu kucabut penisku dan dilapnya penisku oleh Bi Inah. Bi Inah mencium penisku dan menghisapnya sebentar dan membiarkanku istirahat.

“Makasih ya Bi Inah, vagina bibi enak banget.”

“Sama Ibu enak mana?” aku hanya tersenyum.

“Sama enaknya koq Bi.. Tadi malam Bibi ngintip ya?”

“Lho koq Den ovi tahu?” wajahnya menunjukan keterkejutannya.

“Aku liat koq Bi Inah ngintip dari pintu dapur.”

“iya Den.. Maaf ya.. Abis tadi malem bibi nggak bisa tidur.. Pas mau nonton TV, eh liat Den Ovi lagi diisepin ama Ibu.”

“Jadi bibi lama dong ngintip aku ama ibu lagi ‘main’?”

“Iya.. Makanya bibi jadi nafsu banget tadi malem, apalagi waktu Den Ovi ngocok depan muka ibu..”

Bi Inah memakaikan celanaku dan membereskan pakaiannya lalu dia berjalan ke belakang. Terdengar suara air dibelakang, rupanya Bi Inah sedang membersihkan badan. Aku segera mandi dan berganti pakaian. Selesai mandi Bi Inah sudah mengenakan pakaiannya kembali, rambutnya yang panjang digelung ke atas dan sedang menyiapkan makan siang.

“Makasih ya Bi Inah.” sambil kupeluk dari belakang dan kuremas peyudaranya dan kucium lehernya.

“Iya Den, sama sama. Bibi sudah lama nggak kayak tadi, jangan bilang Ibu ya, nanti Ibu marah sama saya.” sambil menggelendot manja padaku.

Aku mengangguk dan menciumnya sekali lagi. Tubuhnya wangi sabun dan rambutnya digelung ke atas sehingga menampakan lehernya yang bersih. Bi Inah memang selalu merawat tubuhnya. Hanya nasib yang membedakan Bi Inah dengan Mbak Ayu.

Menurutku jika Bi Inah dandan dan mengenakan baju mahal, dia tidak tampak seperti pelayan. Menjelang sore Mbak Ayu datang dan membangunkan aku yag tertidur di depan TV. Aku segera mandi dan keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk.

Mbak Ayu hanya mengenakan daster pendek dan sedang membereskan lemari pakaiannya. Kupeluk Mbak Ayu dari belakang dan kuciumi lehernya yang putih sambil kuremas remas kedua payudaranya yang tidak mengenakan bra.

“Ouuhh.. Vvii.. Sshh.. Mmm.. Terus.. Say.. Ouh.. Sshh.. Mmpphh..”

Tangan Mbak Ayu menarik handukku, memegang penisku dan mengelus elus penisku yang sudah tegang. Kudorong tubuhnya menghadap tembok lalu kuangkat dasternya dan kuciumi serta kujilati pantatnya sambil kutarik turun CD-nya.

MbakAyu membalik tubuhnya, kujilati serta kuciumi bulu tipis dibawah perutnya sementara ibu jariku memainkan klitorisnya dan jari tengahku bermain didalam vaginanya. Mbak Ayu mendesah tak karuan dan mendorong kepalaku agar menjilati vaginanya.

Setelah kujilati beberapa lama tubuhnya menegang, tangannya menekan kepalaku dan Mbak Ayu mendesah sedikit berteriak menikmati orgasmenya. Aku duduk disofa dan Mbak Ayu menghisap penisku tiba tiba Bi Inah membuka pintu dan masuk membawa pakaian Mbak Ayu, tampak kaget dan menjatuhkan pakaiannya kelantai.

“I.. Ibu?” dengan nada terkejut.

“Sini Bi..”

Bi Inah duduk disamping Mbak Ayu.

“Maaf bu, saya ndak tahu kalau ibu..” sambil menundukan kepala.

“Ya sudah ndak pa pa koq Bi. Tapi lain kali ketok pintu dulu ya.”

Mbak Ayu memegang dan membimbing tangan Bi Inah ke penisku. Bi Inah tampak malu.

“Sudah Bi, ndak usah malu. Ayo sini.” Mbak Ayu sambil menarik Bi Inah menggantikan posisinya dihadapanku. Tangan Bi Inah mengelus penisku dan Mbak Ayu memeluknya dari belakang. Bi Inah tersenyum melihatku dan mulai mengocok penisku, Mbak Ayu membuka baju Bi Inah. Bi Inah hanya mengenakan bra dan CD saja, Mbak Ayu memegang penisku dan tangannya yang satu lagi menarik kepala Bi Inah agar menghisap penisku.

“Ouh. Bi. Oh. Yeess.. Jilat Bi.. Ouh. Ouh. Aahh.” Bi Inah menjilati dan mengulum penisku, Mbak Ayu meremas remas payudara Bi Inah dan membuka bra-nya.

“Terus jilat penis ovi Bi, isep Bi.” Bi Inah mengikuti semua perkataan majikannya. Bi Inah mengulum penisku, Mbak Ayu meremas payudara Bi Inah, menciumi tubuhnya dan menelanjanginya. Bi Inah dan Mbak Ayu bergantian menghisap dan menjilati penisku.

Kuraih tubuh Bi Inah, kududukan dia diatas sofa, kucium bibirnya, lehernya, kuremas payudaranya dan kuhisap putingnya bergantian. Mbak Ayu disebelahnya juga meremas payudara Bi Inah dan memainkan klitoris dan vaginanya sendiri.

Aku lalu menjilati vagina Bi Inah dan Mbak Ayu bergantian. Kedua tanganku memainkan vagina mereka. Terkadang kuhisap puting payudara Mbak Ayu dan Bi Inah bergantian.

“Ouh Vii. Yes. Isep say.. Isep putingku.. Ouh..”

“Denn.. Kocok vagina bibi.. Aahh.. Enak Den.. Uh uhh..”

Mereka mendesah tak karuan dan Bi Inah menarik kepalaku agar menjilati vaginanya.

“Oh oh.. Denn.. Jilat Den. Jilat vagina bibi.. Bibi mau dapet.. Ah..” tubuhnya menegang dan vaginanya berdenyut, Bi Inah mencapai orgasmenya yag pertama lalu aku menjilati vagina Mbak Ayu.

“Ouh Vii.. Mphh.. Mmpphh. Jilat say.. Jilat klentitku. Isep say.. Aah.. Vii.” tubuh Mbak Ayu menegang dan bergetar, kedua kakinya menjepit kepalaku, tak berapa lama jepitannya mengendur.

“Ayo Vii.. Entot aku sayang. Aku sudah nggak tahan nih..”

“Iya Den.. Bibi juga mau rasain penis Den ovi..”

Aku merebahkan mereka berdua diatas kasur, kugesekan penisku divagina Mbak Ayu. Bi Inah meremas payudara Mbak Ayu dan sesekali menghisap putingnya.

“Uh.. uh.. Vii. Masukin sayang.. Ouh.. Ouh. Isep Bi.. Isep tetekku.. Vii..” tubuh Mbak Ayu melengkung ketika aku memasukan penisku hingga mentok ke dinding rahimnya.

“Vii.. Ahh terus sayang.. Yang kenceng. Ahh. Aahh.. Bii Inaahh.. Isep..”

Mbak Ayu mendesah tak karuan, tangannya memegang kepala Bi Inah di payudaranya dan tangannya satu lagi memainkan klitorisnya sendiri. Aku terus memompa Mbak Ayu sambil memainkan vagina Bi Inah dengan dua jariku. Aku kocok vaginanya dan ibu jariku memainkan klitorisnya.

“Ouh denn.. Enak Den.. Mmpphh mmpphh.. Terus Den..” Bi Inah mendesah dan rambutnya yang disanggul ditarik lepas oleh Mbak Ayu.

“Ouh Mbak. Yess.. Aku mau keluar Mbak.. Aku mau keluar.. Mbak Ayu.. Ouh.. Yess..”

“Vii.. Bareng Vi.. Aku sudah diujung nih.. Bi isep terus.. Ouhh.. Yess.. Aahh.” tubuh Mbak Ayu bergetar, kakinya menjepit pinggulku, vaginanya terasa berdenyut dan membasahi vaginanya. Penisku terasa lebih dijepit vaginanya.

Terus kugenjot tubuh Mbak Ayu dan kuputar tubuhnya sehingga membuat posisi doggy style, kutarik tubuh Bi Inah dan kucium bibirnya sambil terus kugenjot tubuh Mbak Ayu.

“Terus Vii.. Keras Vi.. Lebih kenceng say.. Aku mau keluar lagi.. Yeess.” desahnya dan tangannya mencengkeram sprei, kepalanya bergerak tak beraturan. Aku terus berciuman dengan Bi Inah dan tangan Bi Inah memijat buah zakarku menambah kenikmatanku.

Aku rebahkan Mbak Ayu dan kakinya kuletakan dipundakku, kupompa tubuh Mbak Ayu dengan keras.

“Ouhh.. Vii.. Terus say.. Aahh.. Aku mau dapett.. Ovii.. terus say.. terus vi.. Ahh ahh.. Ouhh ouuhh.. Yeess..”

“Uh uh Mbak Ammyy.. AaARRGGHH.. AH AAHhh.” aku mendesah panjang berbarengan dengan Mbak Ayu juga tumpahnya air maniku di vagina Mbak Ayu.

Aku merebahkan diri disampingnya. Kucium bibirnya lembut. Aku menarik tubuh Bi Inah agar mengangkangi mukaku dan kujilat vaginanya serta kuhisap hisap klitorisnya. Bi Inah mendesah dan mengerang keenakan, rambutku dijambaknya agar terus menjilati vaginanya.

“Jilat Den.. Isep klitoris bibi.. Ouh uh denn.. Bibi mau dapet..”

Bi Inah menggoyang pantatnya, vaginanya terasa basah dan kuhisap cairan yang menetes dari vaginanya. Kurebahkan Bi Inah disamping Mbak Ayu dan kumasukan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah.

“Ouhh Den Ovii.. Enak Den.. terus Den.. Ouh ah ah ah.. Denn ovii.” aku terus menggenjot vaginanya dan kuputar pinggulku. Aku miringkan tubuhnya dan kuangkat kakinya satu kepundakku. Setelah beberapa lama kuputar tubuhnya dan kuangkat pantatnya sehingga Bi Inah dalam posisi tengkurap dan pantatnya menungging lalu kumasukan panisku ketubuhnya.

“Ouh Denn.. Enak Den.. Enak banget.. Oh oh.. Bibi mau dapet denn.. Bibi mau dapet lagi.. Ayo Den keluar bareng.. Ouh ouh..”

Bi Inah mencengkeram pinggir tempat tidur, Mbak Ayu terus meremas remas payudara Bi Inah dan sesekali mencium bibirnya.

“Ayoo Den.. Bibi sudah nggak kuatt.. Aahh aahh.. Denn.. Cepett.. Bibi sudah nggak tahann..” desahnya berbarengan dengan denyut vaginanya dan terasa basah, rupanya Bi Inah mencapai orgasmenya lebih dulu. Aku terus memompa vaginanya.

“Bibii.. Aahh aahh.. Aku mau keluar.. Bi Inahh.. Aahh..” aku cabut penisku dan kukocok penisku, Mbak Ayu memutar tubuh Bi Inah agar terlentang dan mencium bibirnya serta meremas payudaranya dan aku menyaksikan adegan ciuman antara Bi Inah dan Mbak Ayu. Aku genjot kembali tubuh Bi Inah.

“Bi Inahh.. Oouuhh..” desahku dan tumpahlah air maniku didalam vagina Bi Inah, kucabut penisku lalu Mbak Ayu dan Bi Inah bergantian mengulum penisku membersihkan mengharapkan sisa sisa air maniku. Aku mencium Mbak Ayu dan merebahkan diriku diatas tubuh Bi Inah.

“Makasih ya Bi, vagina bibi enak banget.”

“Iya Den, penis Den Ovi gede pas di vagina bibi.” lalu aku memeluk Mbak Ayu dan mencium lembut bibirnya.
“Makasih ya Mbak.”

“Iya vii sama sama, kamu sudah ngasih Mbak kepuasan.” sambil memelukku dan mencium keningku.


Aku sempat melakukannya sekali lagi dengan Mbak Ayu dikamar mandi. Kemudian aku memesan taksi dan berpamitan untuk pulang. Demikianlah kisahku yang lain dengan Mbak Ayu.

Cerita Sex - Keluarga Yang Pengertian..

Hai namaku Siti Zubadiyah. Umurku 17 tahun. Saat ini aku sedang berada di dapur membantu ummi menyiapkan hidangan makan siang. “Kresh…k...