DEWALOTTO

DEWALOTTO
Tersedia 6 Bank BCA, BNI, MANDIRI, BRI, DANAMON dan NIAGA ™DAFTAR™ Klik Gambar Diatas*****

Sunday, 30 October 2016

Certa Sex - Anisa Pengurus Bayi..

Waktu itu suasana rumah sedang gak ada orang kecuali saya dan pengurus bayi, saya yang habis menonton video porn online dan membuat kontolku tegang, aku berfikir untuk pengurus bayi di rumahku untuk melayaniku, karena kakaku dan suaminya sedang pergi dengna urusan kantor, pengurus bayi yang ada dirumahku namanya Anisa dia orng jawa dan masih berumur 18 tahun.


Memang agak kolotan dan dusun sekali, tetapi kalau aku perhatikan lagi Anisa memiliki body yang lumayan bagus dengan wajah yang tidak terlalu jelek.

Kami biasa mengobrolkan acara tivi atau terkadang Im-im (panggilan Anisa sehari-hari) aku ajari internet meskipun hasilnya sangat buruk.

Entah kenapa malam ini keinginanku untuk melihat situs porno sangat besar dan libidoku naik saat aku lihat foto-foto telanjang di internet, tanpa aku sadari Im-im keluar dari kamar dan berjalan ke arahku entah sudah berapa lama dia berdiri disampingku ikut memperhatikan foto-foto telanjang yang ada di monitor komputer.

“Apa enggak malu ya..?” tanya Im-im yang membuatku kaget dan segera aku ganti situsnya dengan yang “normal”. Dengan berusaha tenang, aku minta Anisa mengulangi pertanyaannya.

“Itu lho tadi, gambar cewek telanjang yang Mas buat, emangnya nggak malu kalau dilihat orang?”

Memang Anisa sangat lugu dan ndusun kalau soal beginian. Dengan santai aku jawab sembari menyuruhnya duduk disebelahku.

“Begini Im, ini foto bukan aku yang buat, orang yang buat ini (sambil aku perlihatkan lagi situs yang memuat foto telanjang tadi), merekakan model yang dibayar jadi ngapain malu kalau dapat duit.”

Kemudian Im-im melihat lebih seksama satu per satu foto telanjang itu dengan posisi badan agak membungkuk sehingga terlihat jelas bulatan kenyal panyudaranya, sudah sejak lama aku menikmati pemandangan ini dan aku sangat terobsesi untuk tidur dengan Im-im.

Aku tersentak kaget saat Anisa bertanya soal foto dimana seorang cowok sedang menjilati vagina cewek.

“Apa nggak geli ceweknya dijilati kayak gitu terus lagian mau-maunya cowok itu jilatin punya ceweknya padahalkan tempat pipis?”.

Dengan otak yang sudah kotor aku mulai berfikir bagaimana aku memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.

“Gini Im, vaginanya cewek kalau dijilatin oleh cowok malah enak, memang awalnya geli tapi lama-lama ketagihan ceweknya. Kamu belum pernah coba kan?” tanyaku pada Im-im sambil tanganku membuka foto-foto yang lebih hot lagi.

“Belum pernah sama sekali, tapi kalau ciuman bibir dan susuku diremes sudah pernah, aku takut kalau nanti hamil”. (memang Im-im sangat terbuka tentang pacarnya yang di Bogor dan pernah suatu hari cerita kalau pacarnya ngajak tidur di hotel tapi Im-im nggak mau).

“Kalau Cuma kayak gitu nggak bakal bikin hamil, gemana kalau kamu coba, nanti kalau kamu hamil aku mau tanggungjawab dan nggak perlu bingung soal uang, terus kalau ternyata kamu nggak hamil, kamu nanti aku ajari gaya-gaya yang ada difoto ini. Gimana?”

Dan Im-im cuma diam sambil lihatin wajahku, sebenarnya aku tahu dia naksir aku sudah lama tapi karena posisi dia hanya babysiters yang membuatnya nggak PD.

“Benar ya.., janji lho?” pintanya dengan sedikit ragu.

Dan dengan wajah penuh semangat aku bersumpah untuk menepati janjiku, meskipun aku enggak ada niat untuk menepati janjiku. Aku putuskan sambungan internet dan mulai “melatih” Im-im dengan diawali teknik berciuman yang sudah pernah dia rasakan dengan pacarnya, sentuhan halus bibirnya yang lembut membuatku membalas dengan ganas hingga tanpa terasa tanganku telah meremas payudara Anisa yang memang masih kencang.

Desahan halus mulai muncul saat bibirku menelusuri lehernya yang agak berbulu seolah Im-im menikmati semua pelatihan yang aku berikan.

Aku merasa cumbuan ini kurang nyaman, aku dan Anisa pindah ke dalam kamar Im-im, perlahan aku rebahkan tubuhnya dan bibirku bergantian menjelajah bibir dan lehernya sedangkan tanganku berusaha membuka kaos dan BH-nya dan kini separoh tubuh Anisa telah bugil membuat libidoku tidak karuan.

Tanpa ada keluhan apapun Anisa terus mendesah nikmat dan tangannya membimbing tangan kiriku meremas teteknya yang bulat sedangkan payudara kanannya aku lumat dengan bibirku hingga terdengar jeritan kecil Im-im.

Entah berapa lama aku mencumbu bagian atas tubuhnya dan sebenarnya keinginanku untuk bercinta sudah sangat besar tetapi aku tahu ini bukan saat yang tepat.

Perlahan aku turunkan celana pendek dan celana dalamnya bersama hingga Anisa sepenuhnya bugil dan ini yang membuat dia malu. Untuk membuat Anisa tidak merasa canggung aku mencumbunya lebih ganas lagi sehingga kini Anisa mendesah lebih keras lagi dan tangan kanannya meremas kaosku untuk menyalurkan gairahnya yang mulai memuncak.

Bibirku kini mulai menjalar kebawah menuju vaginanya yang tertutup kumpulan bulu hitam, perlahan aku angkat kedua pahanya hingga posisi selakangannya terlihat jelas. Samar-samar terlihat lipatan berwarna merah di vaginanya dan aku tahu baru aku yang melihat surga dunia milik Im-im.

Kini bibirku mulai menjilati vaginanya yang mulai banjir dengan halus agar Im-im tidak merasa geli dan ternyata rencanaku berjalan lancar, desahan yang tadi menghiasi cumbuanku dengan Anisa kini mulai diselingi lenguhan dan jeritan kecil yang menandakan kenikmatan luar biasa yang sedang dirasakan babysiters keponakanku.

Semakin lama semakin banyak lendir yang keluar dari kemaluannya yang membuatku lebih bergairah lagi, tiba-tiba seluruh tubuh Anisa kejang dan suara lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua tangannya meremas kuat kasurnya.

Dengan diiringi lenguhan panjang Anisa mencapai klimak, tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat sepasang teteknya mengeras sehingga membuatku ingin meremasnya dengan kuat. Setelah kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya yang habis terkuras membuat tubuhnya yang bugil menjadi lunglai, dengan kepasrahannya aku menjadi sangat ingin segera menembus vaginanya dengan penisku yang sedari tadi sudah tegang.

“Anisa merasa sangat aneh, bingung aku jelasin rasanya” katanya dengan perlahan.
“Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut kalau terjadi apa-apa,” sambil memelukku erat. Sambil kukecup keningnya, aku jawab kekhawatiranya.

“Ini yang disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan sebagian. Anisa nggak perlu takut atau khawatir soal ini, kan aku mau tanggungjawab kalau kamu hamil,” sambil kubalas pelukannya.

Sekilas aku lupa libidoku dan berganti dengan perasaan ingin melindungi seorang cewek, kemudian tanpa disengaja tangan Im-im menyentuh penisku sehingga membuat penisku kembali menegang. Wajah Anisa tersipu malu saat aku lihat wajahnya yang memerah, kucium bibirnya dan tanpa menunggu komandoku Im-im membalasnya dengan lebih panas lagi dan kini Anisa terlihat lebih PD dalam mengimbangi cumbuanku.

Teteknya aku remas dengan keras sehingga Im-im mengerang kecil. Kini bajuku dibuka oleh sepasang tangan yang sedari tadi hanya mampu meremas keras kasur yang kini sudah acak-acakan spreinya dan aku imbangi dengan melepas celana pendekku dan segera terlihat penis yang sudah tegang karena aku terbiasa tidak memakai CD saat dirumah. Melihat pemandangan itu, Anisa malu dan menjadi sangat kikuk saat tangannya aku bimbing memegang penisku dan setelah terbiasa dengan pemandangan ini aku membuat gaya 69 dengan Anisa berada diatas yang membuatnya lebih leluasa menelusuri penisku.

Setelah beberapa lama aku bujuk untuk mengulumnya, akhirnya Im-im mau melakukan dan menjadi sangat menikmati, sedangkan aku terus menghujani vaginanya dengan jilatan lidahku yang memburunya dengan ganas.

Karena tidak kuat menahan rasa nikmat yang menyerang seluruh tubuhnya, Im-im tak mampu meneruskan kulumannya dan lebih memilih menikmati jilatan lidahku di vaginanya dan aku tahu Anisa menginginkan kenikmatan yang lebih lagi sehingga tubuh bugilnya aku rebahkan sedangkan kini tubuhku menindihnya sembari aku teruskan bibirku menjelajahi bibirnya yang memerah.

Perlahan tanganku menuntun tangan kanan Im-im untuk memegang penisku hingga berada tepat di depan mulut vaginanya, aku gosok-gosok penisku di lipatan vaginanya dan mengakibatkan sensasi yang menyenangkan, erat sekali tangannya memelukku sambil telus mengerang nikmat tanpa memperdulikan lagi suaranya yang mulai parau.

Vaginanya semakin basah dan perlahan penisku yang tidak terlalu besar mendesak masuk ke dalam vaginanya dan usahaku tidak begitu berhasil karena hanya bisa memasukkan kepala penisku. Perlahan aku mencoba lagi dan dengan inisiatif Im-im yang mengangkat kedua kakinya hingga selakangannya lebih terbuka lebar yang membuatku lebih leluasa menerobos masuk vaginanya dan ternyata usahaku tidak sia-sia. Dengan sedikit menjerit Anisa mengeluh,

“Aduh.., sakit. Pelan-pelan dong” dengan terbata-bata dan lemah kata-kata yang keluar dari mulutnya. Saat seluruh penisku telah masuk semua, aku diam sejenak untuk merasakan hangatnya lubang vaginanya.

Perlahan aku gerakkan penisku keluar-masuk liang vaginanya hingga menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin kencang aku gerakkan penisku hingga memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yang aku dan Anisa keluarkan untuk mengekspresikan kenikmatan yang kami alami sudah tidak terkendali lagi, hampir 15 menit aku menggenjot vaginanya yang baru pertama kali dimasuki penis hingga aku merasa seluruh syaraf kenikmatanku tegang.

Rasa nikmat yang aku rasakan saat spermaku keluar dan memasuki lubang vaginanya membuat seluruh tubuhku menegang, aku lumat habis bibirnya yang memerah hingga Im-im dan kedua tanganku meremas teteknya yang mengeras. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh Im-im yang lama ada dianganku.

Kami berdua tergolek lemah seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk tubuh Anisa dengan erat agar dia tidak galau dan setelah tenagaku pulih aku berusaha memakaikan baju padanya karena Im-im tidak mampu berdiri lagi.

Saat aku hendak mengenakan CD aku lihat sedikit bercak merah dipahanya dan aku bersihkan dengan CD ku agar Im-im tidak tahu kalau perawannya sudah aku renggut tanpa dia sadari.

Kami berdua melakukan hal itu berulangkali dan Anisa semakin pintar memuaskanku dan selama ini dia tidak hamil yang membuatnya sangat PD. Tanpa disadari 2 tahun aku menikmati tubuhnya gratis meskipun kini Anisa tidak menjadi babysiters keponakanku sebab kakakku telah pindah rumah mengikuti suaminya yang dipindah tugaskan ke daerah lain. Sekarang Im-im menjadi penjaga rumahku dan sekaligus pemuas nafsuku saat pacar-pacarku tidak mau aku ajak bercinta.

Saat lebaran seperti biasa Anisa pulang kampung selama 2 minggu dan yang membuatku kaget dia membawa seorang cewek sebaya dengan Anisa dan bernama Dina yang merupakan sepupunya.

Memang lebih cantik dan lebih seksi dari Anisa yang membuatku berpikir kotor saat melihat tubuh yang dimiliki Dina yang lugu seperti Anisa 2 tahun lalu. Pada malam harinya, setelah kami melepas rasa kangen dengan bercinta hampir 2 jam, Anisa tiba-tiba menjadi serius saat dia mengutarakan maksudnya.

“Mas, aku sudah 2 tahun melayani Mas untuk membereskan urusah rumah dan juga memberikan kepuasan diranjang seperti yang aku berikan saat ini,” Anisa terdiam sejenak.

“Aku ingin tahu, apakah ada keinginan Mas untuk menikahiku meskipun sampai saat ini aku tidak hamil. Apa Mas mau menikahiku?”

Aku terhenyak dan diam saat disodori pertanyaan yang tidak pernah terlintas sedikitpun selama 2 tahun ini. Lama aku terdiam dan tidak tahu mau berkata apa dan akhirnya Anisa meneruskan perkataannya.

“Anisa tahu kalau Mas nggak ada keinginan untuk menikahiku dan aku nggak menuntut untuk menjadi suamiku, 2 tahun ini aku merasa sangat bahagia dan sebelum itu aku telah mencintai Mas dan menjadi semakin besar saat aku tahu Mas sangat perhatian denganku.”

Anisa terdiam lagi dan aku memeluknya erat penuh rasa sayang dan Anisa pun membalas pelukanku.
“Tapi.., aku ingin lebih dari ini. Aku ingin bisa menikmati cinta dan kasih sayang seorang suami dan itu yang membuatku menerima pinangan seorang pria yang rumahnya tidak jauh dari desaku.” Aku terhenyak dan menjadi lebih bingung lagi dan belum bisa menerima kabar yang benar-benar mengagetkanku.


Kami berdua hanya bisa diam dan tanpa terasa meleleh air mataku dan aku baru merasa bahwa aku ternyata benar-benar menginginkannya, namun ternyata sudah terlambat. Keesokan harinya aku mengantar Anisa ke terminal untuk kembali pulang ke desanya dan menikah dengan seorang duda tanpa anak, menurutnya calon suaminya akan menerimanya meskipun dia sudah tidak perawan. Dengan langkah gontai aku kembali ke mobilku dan melalui hari-hariku tanpa Anisa.

Saturday, 29 October 2016

Certa Sex - Nikmat Di Balik Posesif..

Setelah pengalaman seks pertamanya, Verika merasakan sesuatu yang berbeda dari Reymond, kekasihnya kelihatan lebih posesif dan emosional. Reymond terkadang tak suka jika Verika mengenakan kemeja atau rok span yang terlalu ketat saat kuliah, bahkan dia meminta Verika untuk selalu membawa jaket atau sweater saat kuliah untuk menutupi kemeja jika kancingnya terlalu terbuka.


Hari itu genap seminggu semenjak pengalaman ML pertama mereka, dan kebetulan Verika kuliah sore hingga agak malam. Seperti biasa Reymond menunggu Verika selesai kuliah sambil nongkrong bersama teman2nya. Ada satu hal yang masih terbayang dibenaknya…yaitu saat mereka ML pertama dan tak ada darah yang keluar…dan ternyata hal itulah yang membuat dirinya menjadi over posesif dan emosional, ditambah seminggu sudah berlalu, dan Verika selalu menolak jika diajak ke kosnya…

Malam itu Reymond benar2 sedang bergairah…apalagi kejadian seminggu lalu begitu membekas dalam pikirannya…tak terasa saat sedang asik memandang kejauhan sambil mengepulkan asap rokok..kemaluannya berdiri tegak…memenuhi sesak celana jeansnya…
”Sial! Kok jadi konak begini….samperin Verika ah, mungkin dia sdh selesai” katanya dalam benaknya. Segera saja dia pamit dari tongkrongannya dan menyampiri gedung tempat Verika kuliah. Suasana kampus malam itu sudah sepi dan hanya ada beberapa orang yang sedang asik berdiskusi atau bahkan pacaran.

Gedung tempat Verika kuliah berada dipaling pojok area kampus dan agak sedikit melewati lorong yang gelap. Sesampai di gedung itu dia mendapati kekasihnya sedang menunggu dikursi dekat toilet…tampaknya kelasnya sudah selesai beberapa menit yang lalu. “Hi…darimana? Aku baru aja selesai…mau ke toilet cuma takut karena udah gak ada orang…tunggu bentar ya..” Sapa Verika kepada Reymond sambil beranjak berdiri memasuki toilet. Sejenak Reymond tertegun menatap betapa anggun dan manisnya Verika malam itu…tiba2 dia nekat masuk mengikuti Verika kedalam toilet perempuan dan memeluk Verika dari belakang.

“Verika…aku kangen bermesraan sama kamu…” Katanya sambil memeluk erat kekasihnya dan menciumi tengkuknya.

“Ahhhhh…Reymond…nanti ada orang…jangan disini” sergah Verika sambil menahan geli kecupan lembut pada tengkuknya. Reymond tdk mempedulikan ucapan Verika dan malah meremas kencang kedua buah dada mungil Verika dari belakang serta menarik Verika masuk kedalam salah satu bilik dalam toilet itu.

Dalam posisi berdiri berhadapan, Reymond mengulum bibir manis Verika sambil meremasi buah dada Verika dgn agak sedikit kasar…tangannya menuntun paksa tangan Verika untuk meremas kemaluannya yang sudah mengeras dari tadi. Satu persatu kancing kemeja Verika dibukanya dgn nafsu memburu…semakin dia melihat sebagian kulit halus bagian dada Verika…semakin beringas Reymond berusaha membuka kemeja itu.

Setelah semua kancing kemeja Verika terbuka, Reymond mengangkat cup bra Verika sehingga mencuatlah puting susu coklat kemerahan Verika dan dgn cepat Reymond melahapnya dgn kecupan, ciuman, dan kuluman2 yang membuat tanda merah pada buah dada kanan Verika. Dgn terburu2 Reymond membuka restleting celananya dan mengeluarkan kemaluannya dari sela2 samping celana dalamnya…agak tersiksa…tetapi kondisi darurat pikirnya! Yang penting tangan mungil Verika bisa mengocoki kemaluannya yang semakin keras itu! Dgn posisi seadanya, Reymond mengangkat rok Verika sambil melahap rakus buah dada mungil kekasihnya itu.

Dia menurunkan celana dalam Verika dan membelai lembut belahan kemaluan Verika yang ditumbuhi rambut kemaluan yang terawat dgn jarinya….jari tengahnya mencolek klitoris Verika sehingga membuat kekasihnya itu mendesah dan semakin mencengkram keras kemaluannya. Tiba2! Jari tengah Reymond yang hitam besar itu menusuk lubang kemaluan Verika dgn kasar sehingga membuat Verika tersentak…

”Arrggggg Reymond…sakit!” Sergah Verika sambil berusaha menarik tangan Reymond…tetapi apa daya tenaganya kalah kuat! Reymond mengocoki lubang kemaluan Verika dgn jari tengahnya sambil menatap wajah Verika dgn sedikit bengis…

”Kamu suka kan? Kamu suka kemaluannya dimaenin begini? Sudah berapa lelaki yang ngerasain kemaluan kamu?” Tanya Reymond tiba2 dan membuat Verika terkejut dan mengeluarkan air mata…

”Kaammuuu…kenapa kamu tanya begitu? Kamu pikir aku apa??” Jawab Verika sambil menitikkan air mata dan sekaligus menahan nikmat kocokan jari tengah Reymond pada lubang kemaluannya…sejenak mereka terdiam dan Verika menunduk tak ingin melihat wajah Reymond dan berusaha berontak…

”Kenapa tdk ada darah?” Tanya Reymond perlahan…karena dia tiba2 merasa iba dgn kekasihnya…Verika menatap wajah Reymond dgn memelas…

”Jadi karna itu?…kamu mau tau? Kamu tinggal tanya! Aku pernah terjatuh saat maen sepeda dulu…dan mengenai kemaluanku!” Jawab Verika dgn kesal…mencoba ingin memaki Reymond tetapi takut terdengar orang. Tiba2 Reymond merasa bersalah…dia menarik jari tengahnya dari dalam lubang kemaluan Verika dan memeluknya dgn erat sambil berbisik

“maafkan aku Verika…aku terlalu mencintaimu…”

Mereka berpelukan dgn erat, merapihkan pakaian masing2 serta keluar dari toilet itu. Sambil bergandgn tangan mereka menuju parkiran motor…tdk ada yang berkata2…Reymond merasa bersalah…dan Verika tampaknya agak trauma dgn kejadian itu. Reymond mengantarkan Verika ke rumah…lalu mengecup lembut kening Verika sambil meminta maaf…Verika hanya menyunggingkan senyum kecil…entah terpaksa atau tak…sambil berkata “aku sayang kamu Reymond…aku sdh relakan semua untuk kamu…kamu cukup percaya saja” Reymond mengangguk pelan dan bergegas pulang ke kosnya.

Sesampai dikos…rasa bersalah masih menghantui Reymond…dia tdk bisa tertidur hingga larut malam.
Dokkk..dokkkk…dokkkkk!!! Pagi2 Reymond dikagetkan dgn suara pintu kosnya yang diketok dari luar. Dgn hanya mengenakan celana pendek, Reymond mengintip dari jendela kamar…jantungnya berdegup kencang…ternyata Verika! Dia mulai paranoid…

”Wah…jangan2 Verika mau mutusin gue nih…shit!” Katanya dalam hati. Pelan2 dia membuka pintu kamarnya…

”Pagi sayang…loh kok masih belum mandi? Pagi ini kan kita ada kuliah pagi?” Sapa Verika yang tampaknya sudah kembali ceria dan melupakan kejadian semalam…

”Sial! Gara2 semalem ga bisa tidur gue kesiangan…” Kata Reymond dalam hati….

”Ehhh aku kurang enak badan…kyknya mau bolos dulu…biar aku antar kamu aja” jawab Reymond sekenanya.

“Ehmmm kalo gitu aku jg bolos aja…temenin kamu…kasian sakit…ada film apa?” Balas Verika sambil nyelonong masuk kamarnya yang berantakan. Reymond yang masih kusut baru bangun dgn celana pendeknya cuma menjawab seadanya, kebetulan sdh seminggu ini dia tdk sewa film…yang ada hanya tumpukan komik dan film2 jadul yg sdh ditonton beberapa kali dan lupa dikembalikkan. Akhirnya Verika memutuskan merelakan diri merapihkan kamar Reymond…sementara Reymond sendiri bergegas mandi dikamar mandi yang berada dalam kamar kosnya itu.

Pagi itu Verika mengenakan baju terusan batik biru muda selutut…manis sekali…dalam kamar mandi Reymond tak mampu menahan birahinya…entah kenapa kemaluannya tiba2 berdiri tegang mengetahui kekasihnya ada dikamar kosnya. Cukup lama Reymond mandi dan saat keluar kamar mandi, dia mendapati Verika sedang membungkuk merapihkan buku2nya yang berserakan…diam2 Reymond menyiapkan kejutan nakal. Dgn sengaja dia tdk memakai apapun setelah mandi sementara kemaluannya mengacung ke atas…pelan2 dia menghampiri Verika yang agak sedikit membungkuk dan menempelkan kemaluannya ke bokong Verika…Verika kaget dan berbalik menghadap Reymond dan cukup terkejut melihat kekasih hitam besarnya itu tak mengenakan apapun.

Tetapi sebelum berkata2…bibir mungilnya sudah dipenuhi kuluman mulut Reymond sementara badan langsingnya didekap badan besar Reymond. Lama mereka saling berciuman bibir…hingga Reymond mulai menyusuri leher jenjang Verika dgn lidahnya…hingga ke cuping telinganya sambil berbisik….

”Aku mau lihat kamu telanjang satu harian ini….” Entah terhipnotis kata2 Reymond atau memand sudah menahan birahinya semenjak semalam…Verika merelakan Reymond meloloskan baju terusannya…bra…lalu celana dalamnya…Verika berdiri mematung menatap Reymond dalam ketelanjangannya. Reymond menuntun Verika duduk dipinggir ranjang…sementara dia berdiri dihadapannya sambil meminta Verika menghisap kemaluannya…pelan2 Verika mengocoki kemaluan hitam besar kekasihnya sambil mengecup lembut bagian kepalanya…dia sebenarnya enggan melakukan blowjob dan seringkali menolak tetapi dia tdk mau mengecewakan kekasihnya itu. Pelan2 Verika membuka mulut mungilnya…melahap seluruh kepala kemaluan Reymond dan menggelitik lubang kencingnya dgn lidah…Reymond mengerang kegelian sambil sedikit menjambak rambut Verika…kemaluan itu perlahan-lahan mulai memasuki rongga mulut Verika, tetapi terlalu besar dan hanya 3/4 yang masuk….Verika mengulumnya dgn lembut sambil memejamkan mata…mungkin sambil membayangkan lolipop kesukaannya

Mengetahui Reymond menggelinjang keenakan membuat Verika semakin bersemangat mengocoki kemaluan kekasihnya itu dalam mulutnya…hingga tiba2 Reymond menjambak rambutnya dan menarik kemaluannya tiba2 keluar dari mulut Verika. Dia mendorong Verika berbaring sambil membuka lebar kedua pahanya…kemaluan Verika merekah merah dgn klitorisnya yang agak sedikit mencuat keluar karna tegang…segera saja Reymond melahap klitoris Verika sambil menggigitinya pelan2…Verika mendesah kenikmatan dan bergoyang kesana kemari, tampaknya dia tak peduli kawan sebelah kamar kos Reymond akan mendengar desahannya….cukup lama Reymond menyapu bibir kemaluan dan klitoris Verika dgn ciuman dan kuluman hingga klitoris Verika menjadi sedikit bengkak kemerahan.
Verika mendesah, mengerang, menggumam kenikmatan…sampai tiba2 Reymond menindih badannya dan menancapkan kemaluan besarnya kedalam lubang kemaluannya yang sudah basah oleh cairan kenikmatan…..Verika berteriak kecil…

”Arrgghhh Reymond….!!!” Reymond menggenjot badan Verika dgn tempo cepat…kemaluan besarnya mengaduk-aduk lubang kemaluan Verika yang sempit….sementara mulutnya melahap kedua buah dada mungil Verika bergantian hingga meninggalkan bekas merah disekitar putingnya….beberapa saat kemudian Verika mengejang dan Reymond merasakan cairan hangat membasahi lubang kemaluan Verika…klimaks pertam Verika hari itu! Dgn cepat dia membalik badan Verika dan menyuruh nungging…sehingga bongkahan bokong Verika terpampang jelas dihadapannya…tanpa menyia-nyiakan waktu, Reymond langsung kembali menghujamkan kemaluannya kedalam lubang kemaluan Verika…ditusuknya dalam2 sehingga Verika mengerang-ngerang entah kesakitan atau kenikmatan. Begitu keras dan cepatnya tusukan2 kemaluan Reymond kedalam lubang kemaluan Verika, sehingga membuat bokong Verika yang beradu dgn badannya menjadi kemerahan, Verika sdh tak peduli apakah akan ada org yg mendengar desahan2nya…dan akhirnya dia mencapai klimaksnya yg kedua….pinggul Verika dipegang kuat2…dan tiba2 dia mencabut kemaluannya, menggenggamnya dgn kuat dan memuncratkan spermanya ke bokong dan sebagian punggung mulus Verika….kemaluannya begitu ngilu ketika mengeluarkan muncratan terakhir ke sekitar bokong Verika.


Dgn sigap Reymond membersihkan ceceran sperma pada badan Verika dgn celana pendek yang dikenakannya saat tidur, Verika hanya tergolek lemah sambil mengatur nafas…dan hari itu entah berapa kali mereka melakukannya kembali sambil seharian membersihkan kamar kos Reymond dalam keadaan telanjang.

Wednesday, 26 October 2016

Certa Sex - Vania Sayang Ayah..

Selepas SMA, Vania, waktu itu 20 tahun, melanjutkan studinya ke Akademi Sekretaris ternama di Bandung. Dgn wajah sangat cantik, badan tinggi semampai, dan kemampuan akademis yg cukup baik, pantaslah kalau Vania memasuki akademi tersebut. Kekasih Vania sejak SMA, Purnomo, tetap setia dan semakin serius dalam menjalin hubungan dgn Vania.


 “Mau kemana lagi, Van?” tanya Purnomo sambil melirik ke Vania.

“Pulang, ah.. Aku capek sehabis ujian tadi,” jawab Vania sambil bersandar pada jok mobil, matanya terpejam.

Purnomo sekilas melirik pada paha Vania yg putih mulus. Rok mini yg dipakai Vania naik tersingkap dgn posisi duduk Vania tersebut.

“Van, kita ke motel dulu, ya..?” ajak Purnomo.

“Yee, kamu sange ya?” kata Vania melirik Purnomo sambil tersenyum.

“Habisnya aku tak tahan melihat kamu…” kata Purnomo sambil tersenyum pula.

“Ya sudah, mau dimana?” tanya Vania sambil tangannya mengelus paha Purnomo yg sedang mengemudi.

Purnomo tak menjawab. Hanya senyuman saja yg tampak di wajahnya sementara mobil diarahkannya menuju sebuah motel..

“Buka dong semua pakaian kamu,” kata Purnomo sementara dia sendiri melucuti semua pakaiannya.
“Ih dasar otak sange!” kata Vania tersenyum sambil melepas seragam kuliahnya.

“Aku cinta kamu..” kata Purnomo sambil memeluk badan telanjang Vania dari belakang.

Satu tangan meremas buah dada Vania, sementara satu tangan mengelus dan mengusap kemaluannya.
“Mmhh…” desah Vania sambil terpejam. Tangan Vania menggenggam kemaluan Purnomo yg sudah tegak dan sesekali mengenai belahan pantatnya.

“Mmhh.. Enak sayang…” bisik Purnomo ketika Vania mengocok kemaluannya.

Vania tersenyum dan langsung membalikkan badannya menghadap Purnomo lalu mengecup bibirnya. Purnomo membalas kecupan bibir Vania dgn hangat.

“Hisap, dong…” bisik Purnomo di telingan Vania.

Vania tersenyum sambil merendahkan badannya dan langsung berjongkok. Wajahnya tepat di depan kemaluan Purnomo yg sudah berdiri tegak. Lidah Vania mulai menjilati kepala kemaluan Purnomo sementara tangannya tetap mengocok gagangnya.

“Ohh.. Enak sayang…” bisik Purnomo sambil memompa kemaluannya pelan ketika Vania mulai mengulum gagang kemaluannya.Jilatan, hisapan serta kocokan tangan Vania pada kemaluannya membuat Purnomo mengejang menahan nikmat.

“Gantian dong…” kata Vania sambil bangkit setelah beberapa waktu.

Vania bersandar ke dinding sambil berdiri. Purnomo jongkok lalu diciumnya bulu kemaluan Vania. Vania memejamkan matanya dan melebarkan kakinya ketika lidah Purnomo mulai menelusuri belahan kemaluannya.

“Oww.. Enak banget, sayang,” kata Vania sambil memegang kepala Purnomo dan mendesakan ke kemaluannya.

Pinggulnya bergerak naik turun ketika lidah Purnomo bermain di lubang kemaluan dan kelentitnya bergantian.

“Ohh.. Sshh…” desis Vania merasakan kenikmatan yg tak terhingga.

Vania terpejam dan mendongak sambil mendesakkan kepala Purnomo lebih keras ke kemaluannya ketika ada sesuatu yg sangat nikmat tiada tara yg mau keluar..

“Ohh.. Ohh.. Ohh…” Vania menjerit pelan tertahan ketika mencapai puncak orgasmenya.

Terasa ada yg menyembur hangat enak di dalam kemaluannya.

“Mmhh.. Enak sekali sayang,” kata Vania sambil agak membungkuk lalu mencium bibir Purnomo yg masih basah oleh cairan kemaluannya.

Purnomo sepertinya sudah tak tahan lagi. Setelah membalas ciuman Vania sesaat, segera ditariknya badan Vania ke atas ranjang. Vania telentang sambil membuka kakinya lebar. Dgn tak sabar Purnomo segera menaiki badannya lalu mengarahkan kemaluannya ke kemaluan Vania. Tangan Vania segera menggenggam dan membimbing kemaluan Purnomo ke lubang kemaluannya. Dgn sekali desakan, kemaluan Purnomo sudah masuk ke kemaluan Vania. Kemaluan Purnomo keluar masuk kemaluan Vania disertai bunyi khas..

“Mmhh…” Vania mendesah sambil terpejam sementara pinggulnya bergoyg mengimbangi gerakan Purnomo.

“Enak sekali, sayangghh…” desah Purnomo.

Setelah beberapa waktu dan beberapa posisi bersebadan mereka lakukan, Purnomo hampir mencapai puncak kenikmatannya. Kemaluan Purnomo semakin cepat keluar masuk kemaluan Vania. Ketika puncaknya, Purnomo segera mencabut kemaluannya lalu turun dan berdiri di pinggir ranjang. Vania yg sudah terbiasa, langsung mengerti. Kemaluan Purnomo yg masih basah oleh cairan kemaluannya segera dikulum han dihisap kuat sambil dikocok pelan. Purnomo terpejam sambil memegang kepala Vania dan mendesakkan kemaluannya agak dalam ke mulut Vania. Tak lama, crott! Crott! Crott! Air mani Purnomo tumpah di dalam mulut Vania yg terus menghisap kemaluannya.

“Wohh.. Enak sekali, sayang,” ujar Purnomo dgn nafas berat.

Vania tersenyum sambil menjilati gagang dan kepala kemaluan Purnomo dari sisa air maninya yg masih menempel. Lalu mereka berciuman..

“Cepat pulang ah…” kata Vania setelah mereka selesai berpakaian dan merapikan diri.

“Ya sayang…” kata Purnomo sambil menggandeng Vania keluar kamar.

Sesampai di rumah, Purnomo segera pulang setelah berpamitan kepada Ayah dan mama Vania.

“Lama amat sih, Van?” tanya mamanya.

“Iya, mam.. Tadi kami nyimpang dulu ke tempat makan,” kata Vania ringan sambil segera ke kamarnya untuk ganti pakaian.

Malam harinya, ketika mereka sedang nonton TV, Ayah dan Mama Vania segera bangkit dari tempat duduk karena sudah waktunya jam tidur.

“Kamu jangan terlalu malam begadang, nanti sakit kepala,” kata mamanya kepada Vania.

“Iya, Mam.. Tanggung nih film sedang seru-serunya,” kata Vania sambil matanya terus melihat TV.

Lalu mereka segera masuk kamar. Setelah beberapa menit, telinga Vania menangkap suara ranjang berderit berulang-ulang. Sebetulnya Vania sudah mengerti apa yg sedang terjadi di kamar orang tuanya. Vania bersikap cuek saja awalnya. Tapi rasa penasaran dihatinya membuat Vania ingin mengintip mereka. Segera Vania bangkit lalu mengendap mengintip dari lubang kunci. Walaupun tak terlalu jelas tapi Vania dapat melihat Ayah Mamanya sedang bersebadan.

Darah Vania berdesir karenanya. Ketika mata Vania melihat buah zakar dan kemaluan Ayahnya yg keluar masuk kemaluan Mamanya, darahnya makin berdesir. Matanya lebih jelas lagi melihat kemaluan Ayahnya ketika mereka telah selesai bersebadan, Ayahnya bangkit dan mengelap kemaluannya yg basah. Tampak jelas di mata Vania betapa kemaluan Ayahnya lebih besar dari kemaluan Purnomo. Vania segera berdiri, mematikan TV lalu segera bergegas masuk kamarnya. Di atas ranjang, Vania tak bisa memejamkan matanya. Terbayg terus persebadanan Ayah Mamanya tadi, terlebih ketika terbayg kemaluan Ayahnya yg besar.. Perasaan Vania jadi gelisah.

Sejak saat itu Vania secara sadar arau tak selalu memperhatikan gerak gerik Ayahnya. Apalagi bila Ayahnya hanya memakai kolor saja. Mata Vania selalu mencuri pandang ke paha dan selangkangan Ayahnya. Ayah Vania waktu itu berumur 43 tahun. Badannya bersih dan tegap.

Suatu malam..

“Pijitin pundak Ayah, Van.. Pegal amat,” kata Ayah Vania waktu mereka nonton TV.

“Kalau begitu Ayah duduk di bawah biar Vania gampang mijitnya,” kata Vania.

Ayahnya segera turun dari kursi lalu duduk di lantai. Vania segera memijit pundak Ayahnya sambil nonton TV.

“Mama ngantuk ah.. Mau tidur duluan, yah…” kata Mamanya sambil bangkit dan menuju kamarnya.
“Vania sayang Ayah,” bisik Vania sambil merangkulkan tangannya ke leher Ayahnya.

“Nah, biasanya suka ada maunya kalau kamu sudah begini,” kata Ayahnya sambil tersenyum dan menoleh ke Vania.

“Mm.. Vania tak minta apa-apa kok, Pa…” bisik Vania lagi manja.

“Vania hanya mau bilang kalau Vania sayang Ayah,” kata Vania sambil mencium pipi Ayahnya.

Ayahnya diam sambil tersenyum sambil tanganya memegang tangan Vania yg sedang memeluk dirinya dari belakang.

“Tumben kamu manja begini,” kata Ayahnya sambil menoleh dan menatap Vania lama.

Vania tersenyum lalu mencium pipi Ayahnya lagi berkali-kali. Darah Vania mulai berdesir.

“Ada apa sih, Van?” kata Ayahnya lagi sambil tersenyum.

Ucapan Ayahnya tak bisa terus ketika bibir mungil Vania mengecup bibirnya.

“Vania sangat sayang Ayah,” bisik Vania lirih sambil bibirnya melumat hangat bibir Ayahnya.

Ayah Vania pada awalnya kaget atas tindakan putrinya ini, tapi lama kelamaan sentuhan hangat bibir Vania bisa menghangatkan perasaan dan gairahnya. Dibalasnya ciuman Vania dgn hangat pula.

“Mm…” suara Vania terdengar pelan.

Ayah Vania bangkit lalu duduk berhadapan dgn Vania. Kembali dilumat bibir Vania dgn agak panas. Vaniapun membalasnya dgn agak panas pula. Tangan Vania bergerak ke arah selangkangan Ayahnya. Sambil tetap berciuman diremasnya pelan kemaluan Ayahnya. Terasa kemaluan Ayahnya mulai bergerak tegak dan tegang..

“Vania sayang Ayah,” kembali Vania berbisik.

“Ayah juga sama…” kata Ayahnya dgn nafas memburu.

“Jangan disini, Pa.. Nanti Mama tahu,” kata Vania sambil bangkit dan menarik tangan Ayahnya ke kamar belakang.

Ayahnya menurut mengikuti Vania. Vania langsung memeluk dan melumat bibir Ayahnya dgn liar, Ayahnyapun membalasnya semakin panas. Tangan Vania mulai berani disusupkan dan masuk ke celana kolor Ayahnya, lalu tanpa ragu menggenggam dan meremasnya pelan.

“Mmhh…” suara Ayahnya tertahan karena masih berciuman.

Vania kemudian melepaskan pelukannya lalu merendahkan badannya hingga jongkok. Diperosotkan celana kolor Ayahnya sampai lutut hingga kemaluan besarnya yg tegak tampak di depan wajahnya. Vania mengocok pelan kemaluan Ayahnya lalu segera mengulumnya. Ayahnya terpejam sambil memegang kepala Vania.

“Ohh…” desah Ayahnya.

Dimaju mundurkan kemaluannya di dalam mulut Vania. Setelah beberapa lama, badan Ayahnya bergetar lalu… Crott! Crott! Crott! Air mani Ayahnya muncrat di dalam mulut Vania. Vania dgn tenang menelannya habis. Vania lalu berdiri sambil tersenyum.

“Vania pengen, Pa..” pinta Vania berbisik.

“Tak bisa sekarang sayang,” kata Ayahnya sambil membetulkan celananya.

“Kapan, Pa?” kata Vania sambil memeluk dan mengecup bibir Ayahnya.

“Kamu pulang kuliah jam berapa?” tanya Ayahnya.

“Jam 11, Pa…”

“Kalau begitu Ayah jemput kamu di kampus jam 12 untuk makan siang, lalu kita cari tempat…” kata Ayahnya sambil tersenyum.

“Iya, Pa…” kata Vania sambil tersenyum pula.

“Kasih tahu kekasih kamu untuk tak jemput, ya?” kata Ayahnya. Vania mengangguk.

“Sekarang tidurlah,” kata Ayahnya sambil mencium bibir Vania mesra.

Besok harinya sesuai dgn rencana, Vania dijemput di kampus.

“Mau makan siang dimana?” tanya Ayahnya.

“Tak usah makan siang, Pa…” kata Vania manja.

“Langsung saja…” kata Vania tersenyum.

Ayah Vaniapun tersenyum. Mobil langsung di arahkan ke hotel. Di dalam kamar, mereka langsung berciuman. Vania menatap mata Ayahnya lalu melepas kancing kemeja Ayahnya satu demi satu.

“Biar Ayah buka sendiri biar cepat. Waktu kita sedikit sayang. Ayah harus segera ke kantor lagi,” kata Ayahnya sambil tersenyum lalau melepas semua pakaiannya.

Vania juga sama. Badan Vania telentang di atas ranjang. Ayahnya segera duduk di pinggir ranjang. Tangannya mulai mengelus dan meremas buah dada Vania. Vania terpejam menikmati belaian Ayahnya itu. Sementara tangannya dgn segera meraih kemaluan Ayahnya yg sudah tegang besar. Diremas dan dikocoknya pelan. Tangan Ayahnya mulai turun ke kemaluan Vania. Diusap dan di gosoknya kemaluan Vania dgn mesra. Lalu salah satu jarinya mulai memainkan kelentit dan lubang kemaluannya bergantian. Vania terpejam sambil menggigit bibir sementara tangannya tak henti mengocok kemaluan Ayahnya.

“Cepat masukkan, Pa…” pinta Vania.

Ayahnya tersenyum lalu bangkit dan segera menaiki badan anaknya. Disentuhkan kemaluannya ke kemaluan ke belahan kemaluan Vania. Vania menatap mata Ayahnya sambil tangannya segera meraih kemaluan dan mengarahkan ke lubang kemaluannya. Dgn sedikit desakan, kemaluan Ayahnya perlahan masuk ke kemaluan Vania. Vania terpejam merasakan rasa nikmat dari orang yg sangat disayanginya. Tak terasa air matanya mengalir di pipi.

“Ada apa sayang?” tanya Ayahnya sambil terus memompa kemaluannya.

“Vania sangat bahagia bisa bersama Ayah saat ini,” kata Vania sambil memeluk erat Ayahnya.

“Vania sangat sayang Ayah,” bisik Vania.

“Ayah juga sangat sayang kamu,” kata Ayahnya.

Vania tersenyum sambil menggoygkan pinggulnya mengimbangi gerakan pinggul Ayahnya. Kenikamatan dan sensasi yg sangat luar biasa dirasakan oleh Vania saat itu. Siang itu Vania dan Ayahnya dgn liar bersebadan bermandi peluh dan desahan serta jeritan kenikmatan. Sampai akhirnya terasa kemaluan Ayahnya berdenyut tanda akan mencapai orgasme. Dicabutnya kemaluan dari kemaluan Vania lalu digesek-gesekan ke belahan kemaluannya. Tapi Vania dgn segera bangkit dan langsung menghisap serta mengocok kemaluan Ayahnya sampai akhirnya.. Crott! Crott! Air mani Ayahnya menyembur banyak di dalam mulut Vania. Vania menelannya dgn tenang lalu tersenyum. Ayahnya lalu mencium bibir Vania.

“Kamu hebat sayang…” bisik Ayahnya.

“Lebih hebat dari Mama kamu,” kata Ayahnya lagi.


“Vania sayang Ayah…” bisik Vania sambil tersenyum.

Saturday, 22 October 2016

Certa Sex - Bokong Tante Mira..

Rumah aku sedang tahap renovasi, aku dan ibuku sementara tinggal di bangunan kecil sambil menunggu bangunan rumah jadi, bengkel ayahku tidak jauh dari rumah, ayahku tidak mau menginap bersama di rumah orang karena alas an pribadinya,


Setelah banyak process yang dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja, kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya. Ayah pernah memohon kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu adalah ‘business-minded person’.

Aku semakin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan. Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana. Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik. Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya.

Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama. Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar berubah 180 derajat.

Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah. Bareng Budhe Mira di Kamar Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah.

Salah satu temannya bernama tante Mira. Tante Mira saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan.

Tanti Mira adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu. Wajah tante Mira tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main.

Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. Tante Mira sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante Mira keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall. Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Mira.

Ibu bercerita bahwa tante Mira itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Mira sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini. Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah.

Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman.

Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan.

Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante Mira menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya. “Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante Mira.

“Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut.” jawabku santai. “Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante Mira. Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh.

Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”. “Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih.

Bernas mau ngga temenin tante?”. “Emang tante mau makan di mana?” “Tante sih mikir Pizza Hut.” “Males ah ogut kalo Pizza Hut.”

“Trus Bernas maunya pengen makan apa?” “Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.” “Oke deh. Mau cabut jam berapa?” “Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam 7 aja berangkat.

Tante duduk aja dulu.” Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Mira mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya).

Kaki tante Mira putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam.

Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante Mira suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Mira bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius.

Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante Mira semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu. Tiba-tiba tante Mira berkata,

“Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”. “Huh? Mana enak?” tanyaku. “Mau tante kitik kuping Bernas?” tante Mira menawarkan/ “Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi. “Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante Mira. “Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan.

“Alahh sok bersihan kamu Bernas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante Mira. “Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya. Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante Mira.

Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suara lembut membisikkan telingaku.

“Bernas, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante. “Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka. “Udah jam 7 lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata tante sambil mengelus lembut rambutku.

“Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.” “Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.” “Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante.” mintaku.

“Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.” Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Mira sedang membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante Mira tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Mira, begitulah aku berpikir.

Ada rasa senang juga di dalam hati. Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur.

“Nih kamu yang setir mobil tante dong.” “Ogah ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktu itu tante Mira membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya. “Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante Mira. “No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku.

“Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante Mira sambil tertawa kemenangan. Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. Tante Mira seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya.

Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Mira tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia. Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Mira mengajakku mampir ke rumahnya.

Tante Mira tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Mira sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Mira, yang tante Mira tidak pernah merasa kekurangan materi. Apartemen tante Mira lumayan bagus dengan tata interior yang classic.

Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Mira. Jadi aku bisa maklum apabila tante Mira sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen. “Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.” “Kalo begitu, Bernas mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel.

“Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante Mira. “Tapi Bernas dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri. “Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”. Tiba-tiba suara tante Mira menghilang dibalik master bedroomnya.

Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan. “Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante Mira memecahkan suasana hening sebelumnya. “Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum.

“Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal. Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.” Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante Mira tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut.

Tante Mira ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis. “Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku. “Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon.

Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante Mira yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante Mira sudah ingin tidur. “Kita main UNO yuk?!” ajak tante Mira. “Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran. “Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante Mira.

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala. “Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante Mira. Aku hanya memasang tampak cemburut canda. Tante Mira masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. Tante Mira membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente.

Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian. Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas. Melihat kejadian ini, tante Mira menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum.

Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian. “Tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat.” “Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante Mira. Aku merasa tante Mira berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Mira minta, aku selalu menyetujuinya.

Melihat tingkahku yang suka menurut, tante Mira mulai terlihat lebih berMira lagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat. Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Mira ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game.

Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante Mira sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin berMira menanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Mira, dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku.

Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante Mira menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya. Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya.

Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante Mira jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan.

Kini permainan kami semakin wild dan berMira. Tante Mira mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante Mira. “Yee, tante menang lagi.

Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante Mira dengan senyum kemenangan. “Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku. Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.”. Tante Mira kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan. “Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang.

Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira. “Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya. Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Mira bugil juga. Aku pengen sekali menang terus. “Full house … yeahhh … kalah lagi tante.

Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira. Terlihat tante Mira melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”. “Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh.

Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.” jawabnya membela. Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Mira. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi. “Straight … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!” seru tante Mira girang.

Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam. Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati. “Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya.

Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya. “Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu.

“Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante Mira girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada. “Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante Mira sambil tersenyum. Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Mira kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang.

Tak lama kemudian tante Mira membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh. “Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.” ucap tante Mira. Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami. “Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi.

Tanpa disuruh, tante Mira melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Mira hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja. Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante Mira mencukur semua bulu-bulu pubisnya. Muka Cerita Hot Gairah Tante Mira Cerita Dewasa Pemerkosaan Tante Girang Cerita Nakal Tujuh Belas Plus Anal Sex tante Mira sedikit memerah. Kulihat tante Mira sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu.

Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante Mira. “Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku. Tante Mira kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya “Sekarang Bernas tahan napas yah.

Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini tante Mira melepaskan BH-nya dan serentak jatungku ingin copot. Benar apa kata tante Mira, aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wMirata dewasa secara jelas di depan mata.

Payudara tante Mira sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang. “Aih Bernas, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanya tante Mira. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’. “Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.” tambah tante Mira lagi.

Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu. Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba.

Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante Mira meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja. Tante Mira hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante Mira untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi.

Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante Mira akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku. Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Mira. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Mira. Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante Mira mencegahnya. “Tunggu Bernas.

Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Bernas dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini” kata tante Mira. Setelah meneguk wine-nya lagi, tante Mira terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelum-sebelumnya. “Tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.” tantang tante Mira.

“Ahh, yang bener tante?” tanyaku. “Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante Mira. “Bukan karena itu. Tapi … Bernas belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu. “Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Bernas.” kata tante Mira. Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Mira.

Tante Mira kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante Mira. Tante Mira diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Mira. Bau wine merah sempat tercium di hidungku.

Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Mira. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante Mira. Tante Mira dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku.

Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Mira, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante Mira. Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya.

Tante Mira seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante Mira pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang. “Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante Mira. Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya.

Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. Tante Mira menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja.

“Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Bernas bosan ama tante.” candanya. “Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku. “Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante Mira kemudian terputus. Kalimat tante Mira ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting.

Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Mira malam itu. Aku semakin berMira dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante Mira sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung.

“Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante Mira sambil menggoda. “Hmm … apa yah.” pikirku sejenak. “Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante Mira.” jawabku tidak tau malu. Ternyata wajah tante Mira tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Bernas.”. “Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran.

Tante Mira hanya mengangguk pertanda setuju. Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Mira. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Mira dengan lembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Mira, memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante Mira.

AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante Mira dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante Mira. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Mira perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya.

Kini aku bisa memastikan bahwa tante Mira saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’. “Bernasss … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante Mira dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante Mira, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya.

Tante Mira tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Aku mencoba mendorong tubuh tante Mira perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante Mira tidak menahan/menolak, bahkan tante Mira hanya pasrah saja.

Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Mira. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante Mira, dan oh my, wangi betul leher tante Mira. Tante Mira memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya.

Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini. Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante Mira, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Mira.

Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante Mira, sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante Mira. Tubuh tante Mira seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante Mira tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri.

Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Mira memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya. Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Mira saat itu, namun tante Mira tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya. “Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante Mira mulus sekali.

Ternyata semua bulu jembut tante Mira dicukur abis olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya. Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante Mira berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.

Kini memek tante Mira mulai basah dan licin. “Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berMira ama tante?” tanya tante Mira terengah-engah. “Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini?” jawabku. “Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal?” tanya tante Mira lagi. “Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante Mira.

“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante Mira mulai serak-serak basah. Aku tetap memainkan itil tante Mira, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante Mira menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante Mira bukan tipe wMirata yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Mira tidak sakit buatku.

“Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante Mira. Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Mira lemas dan nafasnya terengah-engah. Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel.

Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Mira, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante Mira. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante Mira. Dengan lembutnya tante Mira berkata, “Bernas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh liat ****** Bernas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah panas.”. Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante.

Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante Mira, dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Mira. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante Mira yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana. “Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desah tante Mira.

Aku coba mengocok-kocok memek tante Mira dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku. Tante Mira terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan. “Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Mira.

Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Mira, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante Mira, sehingga aku berhenti sejenak. “Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante Mira. “Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius.

“Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante Mira. “Beres tante.” jawabku. “Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante Mira genit.

Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante Mira semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku. Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. Tante Mira pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku.

Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante Mira 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja. “Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante Mira. “Tante … Bernasss dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku. Puting tante Mira semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras.

Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Mira, dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Mira. Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante Mira.

Tante Mira sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja. “Bernasss … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante Mira sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante Mira telah ‘orgasme’. Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante Mira agar spermaku dilepas keluar dari memek tante Mira.

“Tante … Bernassss datangggg …” jeritku pMirak. Kutarik penisku dari dalam memek tante Mira, dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante Mira. Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante Mira.

“Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku. “Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante Mira. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante Mira. Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Mira. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil.
Mataku melihat ke langit-langit apartment tante Mira. Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia. Tante Mira kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku. “Bernas puas ngga?” tanya tante Mira. “Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga” jawabku.

“Emang memek tante surga yah?” canda tante Mira. “Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri. “Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran. “Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Bernas?” tanya tante Mira manja. “Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir keluar tadi.” kataku.

“Idihhh … mana mungkin …” bela tante Mira sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo. “Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante Mira. “Sippp tante.” jawabku serentak girang. Malam itu aku nginap di rumah tante Mira. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah.

Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Mira, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya. Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante Mira tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. Tante Mira senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri.

Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). Tante Mira sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante Mira seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmMira dan rohMira, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan.

Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur. Tante Mira paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi.

Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante Mira lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga). Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya.

Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante Mira. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Mira menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Mira bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. Tante Mira sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku.

Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Mira. Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante Mira. Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. Tante Mira sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single.

Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante Mira sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Mira, namun tante Mira seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian.


Jadi tante Mira tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya.

Cerita Sex - Keluarga Yang Pengertian..

Hai namaku Siti Zubadiyah. Umurku 17 tahun. Saat ini aku sedang berada di dapur membantu ummi menyiapkan hidangan makan siang. “Kresh…k...