Aku sudah menganl sex lebih dulu
ketimbang teman temanku walaupun aku masih mempunyai teman cewek yang sedikit,
jujur saja sebagai pria jika melihat kemaluan wanita pastinya terangsang
apalagi melihat hubungan intim sekalipun pasti lebih terangasang walaupun hewan
juga aku melihatnya ikut terangasang.
Ceritanya bermula ketika aku masih
duduk kelas 2 di bangku SMTP di kecamatanku. Saat itu usiaku sekitar 15 tahun.
Maklum sebagai orang yang tinggal dan dibesarkan di suatu desa yang agak
terpencil dari keramaian kota, aku sehari-hari bekerja sebagai penggembala
kerbau sebagaimana umumnya laki-laki seusiaku di desaku itu.
Sebelum dan sepulang dari sekolah,
aku mempunyai tanggung jawab untuk mengurus hewan-hewan piaraan keluargaku,
sebab biaya pendidikan dan keperluan pokok sehari-hari kami, umumnya diperoleh
dari harga kerbau.
Kurang lebih 15 ekor kerbau yang
harus saya urus setiap harinya yakni mengembalakan di padang rumput, memandikan
di sungai, memasukkan ke kandang dan sebagainya.
Walaupun sejak kecilku aku sudah
seringkali menyaksikan bagaimana hewan-hewan itu melakukan hubungan sex (kuda,
ayam, sapi, kambing, anjing, burung misalnya), namun entah saat itu pengaruh
setan dari mana sehingga aku tiba-tiba mulai terangsang memperhatikan sepasang
kerbauku melakukan hubungan sex.
Mungkin karena keduanya merupakan
tungganganku sehari-hari yang paling jinak, bersih dan sedikit gemuk, apalagi
masih mudah (belum pernah melahirkan), atau memang karena aku sudah terkena
puber pertama, atau karena aku kesepian dari teman-teman penggembala lainnya.
Yang jelas aku sangat terangsang
melihat dengan asyiknya penis kerbau jantanku menyentuk dan menembus vagina
kerbau betinaku dari belakang. Aku semakin mendekatkan wajahku ke dekat vagina
yang tertusuk dengan penis yang panjang itu dan melihat bagaimana keduanya
melakukan aksinya. Si jantan dengan keras dan cepat sekali menggocok-gocok
vagina si betina, sehingga terdengar bunyi yang agak khas.
Ketika keduanya mencapai klimaks yang
ditandai dengan amblasnya seluruh penis si jantan ke dalam vagina si betina dan
sedikit terdiam lalu meneteskan cairan putih dari dalam kemaluannya, aku
mencoba mencium dan meraba kedua bibir vagina si betina yang sedikit basah dan
montok itu.
Bahkan aku dengan mudah membuka
kedua bibir vaginanya dan melihat dengan jelas dinding-dinding vaginanya yang
agak keputihan setelah penis si jantang keluar, lalu memasukkan dua jari
tanganku ke dalamnya, sehingga terasa agak panas dan halus. Keduanya masih
terdiam di tempatnya, karena aku mengelus-elus kepalanya agar tidak bergerak
dulu.
Kebetulan saat peristiwa itu, aku
berada di atas kerbau jantanku dan menungganginya, sehingga punggungku
bergerak-gerak mengikuti irama gerakan pinggul si jantan ketika ia menggocok
vagina si betina. Hal itulah barangkali yang membuatku sangat terangsang.
Konsentrasiku saat peristiwa itu
mulai terganggu. Aku semakin penasaran ingin juga menikmati vagina si betina
itu, tapi aku masih takut jika ada orang lain yang melihatku karena aku berada
di padang rumput yang luas dan terbuka.
Belum aku turun dari atas kerbau
jantanku itu, tiba-tiba datang lagi kerbau jantanku yang lainnya menaiki tubuh
kerbau betinaku tadi dan langsung memasukkan penisnya hingg amblas seluruhnya.
Aku cepat-cepat lompat dan memisahkannya agar tidak sembarang yang
menggaulinya, apalagi si jantan yang satu itu sedikit kurus dan kotor.
Akal kotorku mulai jalan. Menjelang
tengah hari nanti, aku dapat salurkan nafsu bejatku lewat kerbau betinaku di
sungai, sebab kebetulan setiap tengah hari aku bawa mereka berendam dan mandi
di sungai bersama dengan teman-teman gembala lainnya. Hal itu sudah rutin kami
lakukan, selain membersihkan tubuhnya juga untuk mengistirahatkannya sambil
minum-minum.
Berbeda dengan hari-hari
sebelumnya, di mana kami berangkat sama-sama dengan teman gembala lainnya ke
sungai, tapi hari itu aku sengaja cepat-cepat membawa kerbauku ke sungai karena
didorong oleh maksud lain sehingga menjelang tengah hari aku sudah ada di
sungai itu berendam bersama dengan kerbauku.
Suasana di sungai itu masih sangat
sepi. Sejak dari padang rumput hingga tiba di sungai yang jaraknya kurang lebih
1 km dari rumah penduduk, aku memang sudah menunggangi kerbau betinaku yang
cantik dan mudah itu.
Mungkin karena ia dalam keadaan
suburnya (musim kawinnya) sehingga ia tenang sekali jika disentuh, apalagi
ditunggangi. Aku banyak main-main di atasnya, kadang mengelus, meraba-raba
kepala, dada dan pantatnya, bahkan berbaring di atasnya.
Sesampainya di sungai, aku langsung
buka baju dan celanaku sekalian mumpun belum ada orang lain di sungai itu,
apalagi hal itu sudah menjadi kebiasaan kami jika mandi di sungai. Aku sudah
tidak peduli lagi kerbau lainnya.
Aku hanya konsentrasi dan mengurusi
kerbau betinaku yang sedang mengalami masa subur itu. Mula-mula kubersihkan
seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dan terakhir aku bersihkan
bagian belakangnya, terutama di bawah ekornya itu.
Aku coba mainkan tanganku dengan
mengelus vaginanya, menusuk-nusuknya dengan telunjuk, membuka kedua bibir
vaginanya dengan kedua tanganku. Terasa panas dan halus. Si betina itu hanya
sedikit bergerak merendam tubuhnya sambil menikmati kehangatan air sungai yang
masih jernih itu.
Pantatku dan pantat si betina itu
tidak kelihatan karena terendam air. Hanya kepala kami yang nampak di permukaan
air, sehingga sekalipun ada orang lain yang melihatku, tidak mungkin langsung
curiga, karena ia tidak akan bisa melihat penisku bersentuhan dengan vagina
kerbauku.
Aku terus menggosok-gosok tubuh si
betina dengan kedua tanganku, namun penisku mulai menyentuh bibir vagina si
betina dan mulai terasa agak hangat. Entah apa si betina itu juga terangsang
atau tidak, tapi yang jelas ia hanya diam dan kemaluannya terasa hangat.
Aku semakin sulit menahan nafsuku
ketika pantat si betina itu sedikit bergerak ke kiri dan ke kanan sebagaimana
layaknya manusia yang sedang terangsang. Penisku yang berdiri sejak pagi hari
akibat rangsang oleh persetubuhan antara kerbau jantan dengan kerbau betinaku,
nampaknya sulit lagi kukendalikan.
Akhirnya kuputuskan untuk mencoba
saja menyalurkannya melalui vagina si betina mumpun belum ada orang lain yang
melihatku.
Karena memang bukan fitrah untuk
berpasangan dengan manusia, maka wajar saja jika aku tidak kesulitan menembus
vagina si betina. Penisku amblas seluruhnya tanpa hambatan sedikitpun. Nikmat
sekali kurasakan saat itu, sebab baru kali itu penisku merasakan yang namanya
vagina, meskipun vagina hewan, tapi kurasa tidak jauh beda rasanya dengan
vagina manusia apalagi bagi orang yang dirundung nafsu birahi.
Cukup lama juga aku keluar masukkan
penisku di kemaluan si betina itu, meskipun dalam air. Si betina nampaknya juga
menikmatinya. Ia tidak banyak bergerak dan seolah memberi kesempatan padaku
untuk memperlakukannya hingga aku bisa mencapai kepuasan.
Bahkan sedikit aneh, sebab
punggungnya sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan namun agak lambat. Getaran
dinding vaginanyapun terasa sekali menambah gairahku sehingga terasa lebih
nikmat.
Meskipun saat itu aku belum bisa
bandingkan dengan vagina manusia karena aku sama sekali belum pernah merasakan
sebelumnya, tapi belakangan kuketahui ternyata bagi orang yang bernafsu tinggi
seperti diriku sulit membedakan kenikmatan dan kehangatan dari keduanya.
Dalam tempo hampir satu jam, aku sempat
memuncratkan spermaku ke dalam vagina si betina sebanyak 3x hingga teman-teman
gembalaku berdatangan. Mereka hanya bertanya padaku tentang sebabnya aku tidak
menunggu mereka namun dengan alasan kerbaku haus dan kepanasan, akhirnya mereka
bisa mengerti juga tanpa sedikitpun rasa curiga pada diriku.
Kami tetap kembali ke padang rumput
secara bersama-sama dan pulang ke rumah bersama pula, tapi telah mengalami
sesuatu peristiwa luar biasa selama hidupku, sementara mereka tidak. Itulah
kegembiraan dan kebanggaan yang dapat kami raih saat itu, bahkan menjadi
kenangan hidupku sepanjang masa.
Hampir setiap hari aku peraktekkan
pengalamanku itu lewat kerbau betinaku. Kadang aku lakukan di padang rumput
dikala sepi dari temanku, kadang di kandangnya dan kebanyakan kulakukan di
sungai. Sesekali pula aku mencobanya pada kerbau betinaku yang lain, namun
kebanyakan pada kerbau betinaku yang pertama kali memuaskan nafsuku itu.
Pernah sekali kuperaktekkan lewat
anak kerbauku yang berusia 5 bulan dengan harapan vaginanya lebih sempit, namun
malah aku ditendang lalu ia lari.
Teman-teman penggemar cerita porn,
mungkin tidak menarik dan merangsang bagi anda jika membaca ceritaku ini, namun
bagi orang tertentu, terutama yang bernafsu tinggi seperti aku, tidak bisa
membedakan mana vagina kerbau dan mana vagina manusia jika sudah sama-sama
bersentuhan.
Aku tidak mampu menghitung lagi
berapa kali kuperaktekkan pada kerbau dan mungkin di atas ratusan kali sebab
sejak kurasakan kenikmatan itu, aku hampir tiap hari melakukannya hingga aku
berhenti menggembala karena melanjutkan pendidikan di kota Kabupatenku.
Sungguh banyak sekali spermaku yang
bakal jadi janin manusia terbuang sia-sia di kemaluan kerbau, namun belum
sempat kusesali karena hingga usiaku di atas 30 tahun, nafsu syahwatku belum
juga reda, bahkan semakin meningkat rasanya.
Anehnya lagi, hampir tidak ada
wanita yang kuanggap jelek dan membosankan selama mereka masih normal dan
menyukai hubungan sex. Inilah kelebihannya bagi pria yang memulai petualangan
sexnya lewat binatang atau hewan, apalagi bila nyata-nyata manusia. Sebab
selalu dianggap lebih baik yang dirasakan belakangan dari yang pertama.
Entah diriku ini tergolong pria
normal atau tidak, tapi yang jelas aku tidak memilih-milih wanita asal ia punya
vagina yang bisa disetubuhi. Tua atau muda, berbulu atau tidak, harum atau
tidak, basah atau tidak, montok atau tidak, sempit atau tidak, rasanya semuanya
nikmat dan dapat merangsangku untuk mencapai tujuan pokok yang sebenarnya.
Sejak peristiwaku bersama kerbau
betinaku, aku senang sekali terhadap vagina wanita, sehingga muka, payudara,
kelentit, rambut, bau, dan penampilan tubuhnya seolah hanya soal yang kedua
bagiku. Aku belum mau dikatakan menyerah dan menolak jika ditawarkan vagina
wanita. Aku belum pernah menolak tawaran sex dari wanita hanya karena kurang
menarik.
Sebelum aku melanjutkan pendidikan
ke Kota, aku memang sempat merasakan nikmatnya vagina wanita selama dua kali.
Pertama kali di sawah sewaktu menjelang musim panen dan yang kedua sewaktu
menjelang pendaftaran/penerimaan siswa baru.
Kedua perstiwa itu sama-sama sulit
terlupakan karena mempunyai kesan tersendiri yang luar biasa. Keduanya pun
sama-sama masih perawan desa dan masih tergolong di bawah usia. Namun kisahnya
belum sempat kuutarakan melalui ceritaku ini, sebab terlalu panjang sehingga
bisa membosankan pembaca.
No comments:
Post a Comment