Setelah aku lulus dari dunia perkuliahan aku langsung mencari
pekerjaan dan untungnya kedua ortuku mengijinkan untuk aku kerja di luar kota,
supaya nambah pengalaman dan sudah mempercayai diriku kalau aku sudah benar
benar dewasa, setelah aku mendapat pekerjaan mungkin hampir 3-4 tahun aku
bekerja di perusahaan ini pada akhirnya aku dipercaya sebagai kepala cabang di
satu wilayah.
Ruang kantorku berada di tingkat 10, jelas sekali banyak
wanita wanita karier yang memakai rok mini selalu berlewatan di ruanganku,
perusahaan tempat aku hidup bukanlah yang terbesar diantara ribuan perusahaan
yang sama yang ada di jakarta. namun jelas bukan yang terkecil, karena
perusahaan ini telah setuju membayarku dengan gaji yang lumayan tinggi. meski
untuk itu aku harus menyerahkan segalanya. seluruh waktuku, meninggalkan
hobbyku, sahabatku, dan semuanya.
Cerita Seks – karena itu aku selalu merasa untuk harus
memiliki sesuatu kegiatan yang bisa meredakan tekanan ini. dan karena jelas
waktuku telah dibeli lunas perusahaan tempat aku bekerja, Untuk menghilangkan
kejenuhan pekerjaan yang terlalu banyak, aku mulai mencari hiburan melalui
browsing tempasex yang mungkin bisa memuaskan aku.
Lalu tidak lagi. maka mau tidak mau aku menyajikan laga seru
tepat di meja kerjaku. dan siapa lagi bintang utamanya kalau bukan aku. dan
tentu saja salah seorang anak buah, Sekretarisku “Maya”, dia seorang dari kota
yang sama denganku.
Awalnya asal usul yang sama membuat kami merasa lebih dekat
dibanding dengan teman yang lain. aku membuat peluang untuk menjadi lebih
dekat. lalu beban pekerjaan yang sama. membuat kami semakin dekat, tetapi jelas
buatku untuk berpacaran bukanlah suatu pilihan. aku tak ingin terikat untuk
sementara waktu.
dulu aku merasa rambutnya yang panjang dan selalu harum itu
begitu menarik. aku katakan itu padanya dan kami menjadi semakin dekat. lalu
aku juga merasa matanya adalah mata terindah yang pernah aku temui. aku juga
katakan itu dan kami juga semakin dekat.
Terakhir aku mulai merasa kalau dadanya yang sedang sedang
saja itulah yang paling indah di dunia, juga pantat yang menonjol di bawah
pinggang yang ramping itu. apalagi kalau ke bawah lagi, pahanya putih mulus
sampai kaki terbalut sepatu hak tinggi itu adalah daya tarik yang tak dapat
kutahan lagi. tetapi ini tidak aku katakan.
Terkadang aku tersenyum sendiri menghirup kopi. lalu meraih
sebuah laporan di mejaku. Beberapa saat mataku terpaku, membayangkan tubuh
indah Maya tanpa busana dan meliuk liuk dan hayalanku semakin jauh.
Aku memutuskan menghubungi maya dengan alasan soal laporan,
suara merdu kembali bergumam akrab, berisi penjelasan dan sedikit gurau. dia
memang tidak pernah canggung menghadapiku. pengakuannya aku telah dianggapnya
sebagai saudara tuanya sendiri. dan pengakuanku aku menganggapnya sebagai
korban yang potensial. tentu saja cukup pengakuan dalam hati.
‘udah kamu kesini aja terangin langsung. aku gak nyambung.’
ceklek. telfon kututup. peluang kubuka.
tidak lama menungu si sintal itu datang. blazer tanpa dalaman
membuat aku terkesiap. juga milikku. da di du dia menerangkan ini itu sambil
duduk didepanku. mataku bekerja keras, ke wajahnya biar dia tankap
keseriusanku, sebentar ke belahan dadanya.
aku menghela nafas, menunjukkan ketidaknyamanan atas
keterangannya dan posisi duduk kami.
‘udah, coba kamu ke samping sini, terangkan lagi, gak enak
ngeliat huruf terbalik.’
dia beranjak, lalu pidah ke sampingku. bagiku gerakannya
seperti potongan film bioskop dalam gerak lambat memutari meja besar milikku
dan berdiri disampingku. lalu merunduk. tubuh kami begitu dekat. Lalu maya
kembali menyerocos menerangkan laporan tanpa masalah itu. sambil memainkan kata
oh ini, oh itu, tangan kananku hinggap di pinggulnya. entah dia sadar ata tidak,
yang jelas yanti diam saja.
gerakan tanganku yang mulai nakal, dan meraba wilayah pinggul
indah itu.
yanti tiba tiba diam.
‘pak …’, protesnya. sambil mendelik.
‘sst…’, kataku sambil tersenyum dan sambil melanjutkan
aktivitas tanganku, namun kali ini agak ke bawah.
‘pak, saya tidak suka …’
hmmmp, kuraih pundaknya yang rendah karena merunduk, kutarik
dan xxx dengan lidahku yang mendidih. dia menolak. wajar. namanya juga
pembukaan.
saat rongga mulutku dipenuhi oleh daun telinganya dia
berbisik.
‘jangan pak ..’
aku tak peduli. pegangan tangan kiriku di rambutnya kupererat
mencegah leher jenjangnya menjauh dari bibirku yang lapar. tangan kananku
membasuh punggungnya, pantatnya juga pahanya. lalu kubisikkan.‘aku sayang kamu
nof’, tentu saja itu gombal,’sangat sayang’.
entah bagaimana detailnya, tapi aku rasa perubahan itu
berlangsung hanya beberapa menit. dan kini kami telah saling berpagutan. bibir
kami mengeluarkan jurus jurus andalan dan pamungkas seolah saling berusaha
untuk mengalahkan.
dan tanganku … aku tak ingat telah kemana saja. yang pasti
pantat itu kini kuremas tanpa terhalang lagi oleh rok span yang digunakan maya,
matanya terpejam penuh penghayatan. nafasnya memburu deras. tangan kirinya
bertumpu di meja dan tangan kanannya menjambak rambutku. tubuhnya masih meliuk
liuk penuh sensasi.
kami bergumul semakin liar. lonjakan lonjakan kami semakin
tak terkontrol. gelombang itu tak dapat tertahan lagi. terasa panas seolah ada
diubun ubun. lalu kurengkuh tubuhnya dengan sangat erat. kami saling melekat
dengan sangat erat.
kami berpelukan lama. melepas ketegangan ini. dan berangsur
angsur mengembalikan kesadaran kami. ruangan yang tadinya terlihat kabur
sedikit demi sedikit menjadi jelas.
meja, kursi, deretan sebagai saksi bisu.
Mulai saat itu Maya sekretarisku adalah pemuas nafsuku, entah
sampai kapan hubunga ini akan berakhir.
No comments:
Post a Comment