Suatu hari saat di rumah kebetulan hari itu sedang tanggal
merah jadinya santai santai, kira kira pukul 11 siang aku dihampiri oleh anak
kecil yg menyuruhku untuk datang ke rumah mba Rissa, ada apa gerangan dia
memanggilku untuk datang ke rumahnya perlu di ketahui kalau mba Rissa itu juga
guruku di sekolahan,
Karna rumah aku dan mba Rissa juga tak begitu jauh aku hanya
berjalan kaki , entah kenapa akhir akhir ini di rumah mba rissa sering konslet
listriknya , disiti aku sering di mintai bantuannya untuk membenarkan kadang
membenarkan keran yg macet juga, kedekatan kami tdak sampai disitu aku dan mba
Rissa sering pergi kadang ke gunung entah mencari pemandangan sempat juga kita
pernah ML di rumput rumput yg panjang, dari situ mba rissa sering mengajakku
untuk pergi dan main di rumahya.
Setibanya di rumah Mba Rissa, suasana sepi. Keluarganya
tampaknya sedang pergi. Betul, ketika aqu mengetuk pintu, hanya Mba Rissa yg
tampak.
“Ayo, cepet masuk. Semua keluargaqu sedang pergi menghadiri
acara hajatan saudara di luar kota,” sambut Mba Rissa sambil menggandeng
tangganku.
Darahku mendesir ketika membuntuti lamngkah Mba Rissa. Betapa
tdak, pakaian yg dikenakan luar biasa sexy, hanya sejenis daster pendek hingga
tonjolan toked dan pahanya terasa menggoda.
“Anu, Bud.. Listrik rumahku mati melulu. Mungkin ada ada
kabel yg konslet. Tolong betulin, ya.. Kau tak keberatan kan,” pinta Mba Rissa
kemudian.
Tanpa banyak basa-basi Mba Rissa menggandengku masuk ke ruang
tengah, kemudian masuk ke sebuah kamar.
“Nah saya curiga jaringan di kamar ini yg rusak. Buruan kau
teliti ya. Nanti keburu mahrib.”
Aqu hanya menuruti segala permintaannya. Setelah merunut
jaringan kabel, akhirnya aqu memutuskan untuk memanjat atap kamar melalui
ranjang. Tapi aqu tdak tahu persis, kamar itu tempat tidur siapa.
Yg jelas, aqu sangat yakin itu bukan kamarnya bapak-ibunya.
Celakanya, ketika aqu menelusuri kabel-kabel, aqu belum menemukan kabel yg
lecet. Semuanya beres. Kemudian aqu pindah ke kamar sebelah.
Aqu juga tak bisa menemukan kabel yg lecet. Kemudian pindah
ke kamar lain lagi, sampe akhirnya aqu harus meneliti kamar tidur Mba Rissa
sendiri, sebuah kamar yg dipenuhi dengan aneka lukisan sensual.
Celakanya lagi, ketika hari telah gelap, aqu belum bisa
menemukan kabel yg rusak. Akibatnya, rumah Mba Rissa tetap gelap total. Dan aqu
hanya mengandalkan bantuan sebuah senter serta lilin kecil yg dinyalakan Mba
Rissa.
Lebih celaka lagi, tiba-tiba hujan deras mengguyur seantero
kota. Tdak-bisa tdak, aqu harus berhenti. Maunya aqu ingin melanjutkan
pekerjaan itu besok pagi.
“Wah, maaf Mba aqu tak bisa menemukan kabel yg rusak. Ku
pikir, kabel bagian puncak atap rumah yg kurang beres. Jadi besok aqu harus
bawa tangga khusus,” jelasku sambil melangkah keluar kamar.
“Yah, tak apa-apa. Tapi sorry yah. Aqu.. Merepotkanmu,” balas
Mba Yanti, “Itu es tehnya diminum dulu.”
Sementara menunggu hujan reda, kami berdua bercakap-cakap
berdua di ruang tengah. Cukup banyak cerita-cerita masalah pribadi yg kami
tukar, termasuk hubunganku dengan Mba Rissa selama ini.
Mba Rissa juga tdak ketinggalan menanyakan soal puisi indah
tulisannya yg dia kirimkan padaqu lewat kado ulang tahunku beberapa bulan lalu.
Entah bagaimana awalnya, tahu-tahu nada percakapan kami
berubah mesra dan menjurus ke arah yg menggairahkan jiwa. Bahkan, Mba Rissa tak
segan-segan membelai wajahku, mengelus telingku dan seterusnya.
Tak sadar, tubuh kami berdua jadi berhimpitan hingga
menimbulkan rangsangan yg cukup berarti untukku. Apalagi setelah dadaqu
menempel erat pada tokednya yg berukuran tdak begitu besar namun bentuknya
indah dan kencang.
Dan tak ayal lagi, kont*lku pun mulai berdiri mengencang. Aqu
tak sadar, bahwa aqu sudah terangsang oleh guru sekolahku sendiri! Namun hawa
nafsu birahi yg mulai melandaqu sepertinya mengalahkan akal sehatku.
Mba Rissa sendiri juga tampaknya memiliki pikiran yg saja. Ia
tdak henti-hentinya mengulumi bibirku dengan nafsunya.
Akhirnya, nafsuku sudah tak tertahankan lagi. Sementara bibirku
dan Mba Rissa masih tetap saling memagut, tanganku mulai menggeraygi tubuh guru
sekolahku itu. www.tempatceritasex.com, Kujamah gundukan daging kembar yg
menghiasi dengan indahnya dada Mba Rissa yg masih berpakaian lengkap. Dengan
segera kuremas-remas bagian tubuh yg sensitif tersebut.
“Aaah.. Budi.. Aah..” Mba Rissa mulai melenguh kenikmatan.
Bibirnya masih tetap melahap bibirku.
Mengetahui Mba Rissa tdak menghalangiku, aqu semakin berani.
Remasan-remasan tanganku pada tokednya semakin menjadi-jadi.
Sungguh suatu kenikmatan yg baru pertama kali kualami
meremas-remas benda kembar indah nan kenyal milik guru sekolahku itu. Melalui
kain blus yg dikenakan Mba Rissa kuusap-usap ujung tokednya yg begitu
menggiurkan itu. Tubuh Mba Rissa mulai bergerak menggelinjang.
“Uuuhh.. Mba..” Aqu mendesah saat merasakan ada jamahan yg
mendarat di selangkanganku.
Kont*lku pun bertambah menegang akibat sentuhan tangan Mba
Rissa ini, membuatku bagian selangkangan celana panjangku tampak begitu
menonjol.
Mba Rissa juga merasakannya, membuatnya semakin bernafsu
meremas-remas kont*lku itu dari balik celana panjangku. Nafsu birahi yg
menggelora nampaknya semakin menenggelamkan kami berdua, sehingga membuat kami
melupakan hubungan kami sebagai guru-murid.
“Aaauuhh.. Bud.. Uuuh..” Mba Rissa mendesis-desis dengan
Putrinya karena remasan-remasan tanganku di tokednya bukannya berhenti, malah
semakin merajalela. Matanya terpejam merasa kenikmatan yg begitu menghebat.
Tanganku mulai membuka satu persatu kancing blus Mba Rissa
dari yg paling atas hingga kancing terakhir. Lalu Mba Rissa sendiri yg
menanggalkan blus yg dikenakannya itu.
Aqu terpana sesaat melihat tubuh guru sekolahku itu yg putih
dan mulus dengan tokednya yg membulat dan bertengger dengan begitu indahnya di
dadanya yg masih tertutup beha katun berwarna krem kekuningan.
Tetapi aqu segera tersadar, bahwa pemandangan amboi di
hadapannya itu memang tersedia untukku, terlepas itu milik guru sekolahku
sendiri.
Tdak ingin membuang-buang waktu, bibirku berhenti menciumi
bibir Mba Rissa dan mulai bergerak ke bawah. Kucium dan kujilati leher jenjang
Mba Rissa, membuatnya menggerinjal-gerinjal sambil merintih kecil.
Sementara itu, tanganku kuselipkan ke balik beha Mba Rissa
sehingga menungkupi seluruh permukaan toked sebelah kanannya. Puting susunya yg
tinggi dan mulai mengeras begitu menggelitik telapak tanganku.
Segera kuelus-elus puting susu yg indah itu dengan telapak
tanganku. Kepala Mba Rissa tersentak menghadap ke atas sambil memejamkan
matanya. Tdak puas dengan itu, ibu jari dan telunjukku memilin-milin puting
susu Mba Rissa yg langsung saja menjadi sangat keras.
Memang baru kali ini aqu menggeluti tubuh indah seorang
wanita. Namun memang insting kelelakianku membuatku seakan-akan sudah mahir
melaqukannya.
“Uhh.. Hmm ahh..” Mba Rissa tdak dapat menahan
desahan-desahan nafsunya.
Segala gelitikan jari-jemariku yg dirasakan oleh toked dan
puting susunya dengan bertubi-tubi, membuat nafsu birahinya semakin
membulak-bulak.
Kupegang tali pengikat beha Mba Rissa lalu kuturunkan ke
bawah. Kemudian beha itu kupelorotkan ke bawah sampe ke perut Mba Rissa. Puting
susu Mba Rissa yg sudah begitu mengeras itu langsung mencelat dan mencuat
dengan indahnya di depanku.
Aqu langsung saja melahap puting susu yg sangat menggiurkan
itu. Kusedot-sedot puting susu Mba Rissa. Kuingat masa kecilku dulu saat masih
menyusu pada toked ibuku. Bedanya, tentu saja toked guru sekolahku ini belum
dapat mengeluarkan air susu.
Mba Rissa menggeliat-geliat akibat rasa nikmat yg begitu
melanda kalbunya. Lidahku dengan mahirnya, tak ayal menggelitiki puting susunya
sehingga pentil yg sensitif itu melenting ke kiri dan ke kanan terkena hajaran
lidahku.
“Oooh. Buud’ desahan Mba Rissa semakin lama bertambah keras.
Untung saja rumahnya sedang sepi dan letaknya memang agak berjauhan dari rumah
yg paling dekat, sehingga tdak mungkin ada orang yg mendengarnya.
Belum puas dengan toked dan puting susu Mba Rissa yg sebelah
kiri, yg sudah basah berlumuran air liurku, mulutku kini pindah merambah bukit
membusung sebelah kanan. Apa yg kuperbuat pada belahan indah sebelah kiri tadi,
kuperbuat pula pada yg sebelah kanan ini.
Toked sebelah kanan milik guru sekolahku yg membulat indah
itu tak luput menerima jelajahan mulutku dengan lidahnya yg bergerak-gerak
dengan Putrinya. Kukulum ujung toked Mba Rissa. Lalu kujilati dan kugelitiki
puting susunya yg tinggi.
Puting susu itu juga sama melenting ke kiri dan ke kanan,
seperti halnya puting susu tokednya yg sebelah kiri tadi. Mba Rissa pun semakin
merintih-rintih karena merasakan geli dan nikmat yg menjadi-jadi berbaur
menjadi satu padu. Seperti tengah minum soft drink dengan memakai sedotan
plastik, kuseruput puting susu guru sekolahku itu.
“Aaahh.. Hmm..” Mba Rissa menjerit panjang.
Lidahku tetap tak henti-hentinya menjilati puting susu Mba
Rissa yg sudah demikian kerasnya. Sementara itu tanganku mulai bergerak ke arah
bawah. Kubuka retsleting celana jeans yg Mba Rissa kenakan. Kemudian dengan
sedikit dibantunya sambil tetap merem-melek, kutanggalkan celana jeans itu ke
bawah hingga ke mata kaki.
Tubuh bagian bawah Mba Rissa sekarang hanya dilindungi oleh
selembar celana dalam dengan bahan dan warna yg seragam dengan behanya.
Meskipun begitu, tetap dapat kulihat warna kehitaman samar-samar di bagian
selangkangannya.
Ditunjang oleh nafsu birahi yg semakin menjulang tinggi,
tanpa berpikir panjang lagi, kulepas pula kain satu-satunya yg masih menutupi
tubuh Mba Rissa yg memang sintal itu. Dan akhirnya tubuh mulus guru sekolahku
itu pun terhampar bugil di depanku, siap untuk kunikmati.
Tak ayal, jari tengahku mulai menjamah bibir meqi Mba Rissa
di selangkangannya yg sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu tipis kehitaman walaupun
belum begitu banyak. Kutelusuri sekujur permukaan bibir meqi itu secara
melingkar berulang-ulang dengan lembutnya.
Tubuh Mba Rissa yg masih terduduk di sofa melengkung ke atas
dibuatnya, sehingga tokednya semakin membusung menjulang tinggi, yg masih tetap
dilahap oleh mulut dan bibirku dengan tanpa henti.
“Ooohh..
Jari tengahku itu berhenti pada gundukan daging kecil
berwarna kemerahan yg terletak di bibir meqi Mba Rissa yg mulai dibasahi
cairan-cairan bening. Mula-mula kuusap-usap daging kecil yg bernama klitoris
ini dengan perlahan-lahan. Lama-kelamaan kunaikkan temponya, sehingga
usapan-usapan tersebut sekarang sudah menjadi gelitikan, bahkan tak lama
kemudian bertambah lagi intensitasnya menjadi sentilan.
Klitoris Mba Rissa yg bertambah merah akibat sentuhan jariku
yg bagaikan sudah profesional, membuat tubuh pemiliknya itu semakin
menggerinjal-gerinjal tak tentu arahnya.
Melihat Mba Rissa yg tampak semakin merangsang, aqu menambah
kecepatan gelitikanku pada klitorisnya. Dan akibatnya, klitoris Mba Rissa mulai
membengkak. Sementara meqinya pun semakin dibanjiri oleh cairan-cairan
kenikmatan yg terus mengalir dari dalam lubang keramat yg masih sempit itu.
Puas menjelajahi klitoris Mba Rissa, jari tengahku mulai merangsek
masuk perlahan-lahan ke dalam meqi guru sekolahku itu. Setahap demi setahap
kumasukkan jariku ke dalam meqinya. Mula-mula sebatas ruas jari yg pertama.
Dengan susah payah memang, sebab meqi Mba Rissa memang masih
teramat sempit. Kemudian perlahan-lahan jariku kutusukkan lebih dalam lagi.
Pada saat setengah jariku sudah amblas ke dalam meqi Mba Rissa, terasa ada
hambatan. Seperti adanya selaput yg cukup lentur.
“Hmm.. Bud..”
Mba Rissa merintih kecil seraya meringis seperti menahan rasa
sakit. Saat itu juga, aqu langsung sadar, bahwa yg menghambat penetrasi jari
tengahku ke dalam meqi Mba Rissa adlh selaput daranya yg masih utuh.
Ternyata guru sekolahku satu-satunya itu masih perawan. Baru
aqu tahu, ternyata sebandel-bandelnya Mba Rissa, ternyata guru sekolahku itu
masih sanggup memelihara kehormatannya. Aqu sedikit salut padanya. Dan untuk
menghargainya, aqu memutuskan tdak akan melanjutkan perbuatanku itu.
“Bud.. Jangan berhenti..” tanya Mba Rissa dengan nafas
terengah-engah.
“Mba, Mba kan masih perawan. Nanti kalau aqu terusin kan Mba
bisa..”
Mba Rissa malah menjulurkan tangannya menggapai
selangkanganku. Begitu tangannya menyentuh ujung kont*lku yg masih ada di dalam
celana pendek yg kupakai, kont*lku yg tadinya sudah mengecil, sontak langsung
bergerak mengeras kembali.
Ternyata sentuhan lembut tangannya itu berhasil membuatku
terangsang kembali, membuatku tdak dapat membantah apapun lagi, bahkan aqu
seperti melupakan apa-apa yg kukatakan barusan.
Dengan secepat kilat, Mba Rissa memegang kolor celana
pendekku itu, lalu dengan sigap pula celanaqu itu dilucutinya sebatas lutut. Yg
tersisa hanya celana dalamku. Mata Mba Rissa tampak berbinar-binar menyaksikan
onggokan yg cukup besar di selangkanganku.
Diremas-remasnya kont*lku dengan tangannya, membuat kont*lku
itu semakin bertambah keras dan bertambah panjang. Kutaksir panjangnya sekarang
sudah bertambah dua kali lipat semula. Bukan main! Semua ini akibat rangsangan
yg kuterima dari guru sekolahku itu sedemikian hebatnya.
“Mba.. Aqu buka dulu ya,” tanyaqu sambil menanggalkan celana
dalamku.
Kont*lku yg sudah begitu tegangnya seperti meloncat keluar
begitu penutupnya terlepas.
“Aw!” Mba Rissa menjerit kaget melihat kont*lku yg begitu
menjulang dan siap tempur.
Namun kemudian ia meraih kont*lku itu dan perlahan-lahan ia
menggosok-gosok batang ‘meriam’-ku itu, sehingga membuat otot-otot yg
mengitarinya bertambah jelas kelihatan dan batang kont*lku itu pun menjadi
laksana tonggak yg kokoh dan siap menghujam siapa saja yg menghalanginya.
Kemudian Mba Rissa menarik kont*lku dan membimbingnya menuju
selangkangannya sendiri. Diarahkannya kont*lku itu tepat ke arah lubang
meqinya.
Sekilas, aqu seperti sadar. Astaga! Mba Rissa kan guru
sekolahku sendiri! Apa jadinya nanti jika aqu sampe menyetubuhinya? Apa kata
orang-orang nanti mengetahui aqu berhubungan seks dengan guru sekolahku
sendiri?
Akhirnya aqu memutuskan tdak akan melaqukan penetrasi lebih
jauh ke dalam meqi Mba Rissa. Kutempelkan ujung kont*lku ke bibir meqi Mba
Rissa, lalu kuputar-putar mengelilingi bibir gua tersebut. Mba Rissa
menggerinjal-gerinjal merasakan sensasi yg demikian hebatnya serta tdak ada
duanya di dunia ini.
“Aaahh.. Uuuhh..” Mba Rissa mendesah-desah dengan Putrinya
sewaktu aqu sengaja menyentuhkan kont*lku pada klitorisnya yg kemerahan dan
kini kembali membengkak. Sementara bibirku masih belum puas-puasnya
berpetualang di toked Mba Rissa itu dengan puting susunya yg menggairahkan.
Terlihat toked guru sekolahku itu dan daerah sekitarnya basah
kuyup terkena jilatan dan lumatanku yg begitu menggila, sehingga tampak
mengkilap.
Aqu perlahan-lahan mulai memasukkan batang kont*lku ke dalam
lubang meqi Mba Rissa. Sengaja aqu tdak mau langsung menusukkannya. Sebab jika
sampe kebablasan, bukan tdak mungkin dapat mengoyak selaput daranya. Aqu tdak
mau melaqukan perbuatan itu, sebab bagaimanapun juga Mba Rissa adlh guru
sekolahku, darah dagingku sendiri!
Mba Rissa mengejan ketika kusodokkan kont*lku lebih dalam
lagi ke dalam meqinya. Sewaktu kira-kira kont*lku amblas hampir setengahnya,
ujung ‘tonggak’-ku itu ternyata telah tertahan oleh selaput dara Mba Rissa,
sehingga membuatku menghentikan hujaman kont*lku itu.
Segera saja kutarik kont*lku perlahan-lahan dari liang
surgawi milik guru sekolahku itu. Gesekan-gesekan yg terjadi antara batang
kont*lku dengan dinding lorong meqi Mba Rissa membuatku meringis-ringis menahan
rasa nikmat yg yg tak terhingga.
Baru kali ini aqu merasakan sensasi seperti ini. Lalu,
kembali kutusukkan kont*lku ke dalam meqi Mba Rissa sampe sebatas selaput
daranya lagi dan kutarik lagi sampe hampir keluar seluruhnya.
Begitu terus kulaqukan berulang-ulang memasukkan dan
mengeluarkan setengah batang kont*lku ke dalam meqi Mba Rissa. Dan temponya pun
semakin lama semakin kupercepat. Gesekan-gesekan batang kont*lku dengan Rissang
meqi Mba Rissa semakin menggila.
Rasanya tdak ada lagi di dunia ini yg dapat menandingi
kenikmatan yg sedang kurasakan dalam permainan cintaqu dengan guru sekolahku
sendiri ini. Kenikmatan yg pertama dengan kenikmatan berikutnya, disambung
dengan kenikmatan selanjutnya lagi, saling susul-menyusul tanpa henti.
No comments:
Post a Comment